Toni membawa kedua penjaga ke Kediaman Jenderal setelah dua hari berlalu.Linda mengalami demam tinggi setelah kembali kemarin, dia memanggil dokter dan tidur sepanjang malam sehabis meminum obat, serta terus mengalami mimpi buruk, kondisi Linda baru membaik hari ini.Hanya saja Linda sama sekali tidak menganggap serius surat utang 50 tahil itu, karena merasa Intan hanya sedang mempermalukannya.50 tahil hanyalah sebuah uang kecil bagi Intan dan bagaimana mungkin dia bisa benar-benar datang untuk menagih utang ini?Hanya saja, mereka benar-benar datang.Linda merasa sangat malu saat mendengar kabar ini dan merasa tubuhnya kembali terasa panas.Rudi tidak pergi bekerja hari ini dan sedang berada di dalam kediaman.Rudi sama sekali tidak mengetahui bahwa kemarin Linda pergi mencari masalah di Kediaman Adipati Belima, bahkan juga tidak menyadari bahwa dia telah pergi. Akhir-akhir ini mereka terus bertengkar dan Rudi selalu berdiam di ruang kerja dan hanya mendekorasi Kediaman Wanar setela
Hanya saja, para pelayan melaporkan kejadian bahwa orang dari Kediaman Adipati Belima yang datang untuk menagih utang pada Diana dan Diana segera memanggil Rudi untuk menanyakan hal ini dengan jelas.Rudi juga mengetahui bahwa masalah ini tidak bisa terus disembunyikan karena terdapat banyak pelayan yang melihat hal ini, jadi Rudi mengatakan yang sebenarnya pada Diana.Diana marah besar dan berkata dengan marah, "Bencana, kamu benar-benar telah mendatangkan bencana, kenapa kamu bisa menyukainya pada saat itu? Dia tidak merasa cukup setelah membuat masalah di kediaman, tapi bahkan juga pergi ke Kediaman Adipati Belima, apakah kita masih bisa menyinggung Keluarga Adipati Belima pada saat ini? Kenapa Linda tidak berkaca terlebih dahulu? apakah dia sengaja mempermalukan dirinya sendiri dengan pergi ke sana?"Diana mengutuk sambil memegang dadanya, "Bencana, benar-benar sebuah bencana. Dia pasti pergi mencari Intan untuk menghentikan pernikahanmu dengan Keluarga Widyasono."Rudi tiba-tiba m
Pada akhirnya, Rudi tetap pergi menemui Linda. Rudi tidak ingin bertengkar lagi. Mereka harus bicara baik-baik.Di dalam kamar, Linda duduk di bangku sambil memeluk selimut. Wajah Linda masih ditutupi cadar hitam.Sejak ada bekas luka di wajah, Linda telah membuat banyak cadar warna-warni. Linda tidak akan bepergian keluar tanpa memakai cadar atau topi bercadar.Setiap kali bertemu sebelumnya, Linda selalu agresif dan ingin bertengkar.Namun, hari ini, Linda tampak lesu. Linda melirik Rudi sekilas dan mengabaikannya.Pelayan di samping Linda segera berseru, "Jenderal akhirnya pulang. Sudah dua hari Nyonya sakit."Rudi tahu bahwa Linda telah memanggil tabib keluarga. Rudi bertanya, "Apa sudah lebih baik?"Linda berbalik badan dan mengabaikan Rudi.Hari ini, mereka sepertinya tidak ingin bertengkar lagi.Rudi duduk di kursi. Setelah hening sejenak, Rudi berkata, "Hari ini, orang Keluarga Adipati Belima datang untuk menagih utang."Mata Linda menjadi dingin. Linda telah mendengar pelayan
Setelah meninggalkan rumah, Rudi punya dorongan untuk segera pergi ke Kediaman Adipati Belima.Rudi ingin menanyai Intan secara langsung apakah masih ada kemungkinan di antara mereka.Walau hari ini Linda mengatakan Intan meremehkannya, walau sikap Intan sudah jelas saat di medan perang, walau Rudi sangat bertekad ketika ingin menceraikan Intan kala itu ....Rudi tetap merasa bahwa Intan tidak akan mungkin melupakannya secepat itu.Intan hanya marah atas kekejamannya dan telah melanggar janji di tahun silam.Jika Intan masih merasa benci dan marah, berarti Intan masih peduli.Namun, Rudi disadarkan oleh angin dingin yang menerpa. Sebenarnya, Rudi tahu betul selama ini. Rudi hanya gegabah sesaat.Situasi sudah mutlak, tidak ada gunanya untuk menemui Intan. Walau Intan masih memiliki sedikit perasaan pada Rudi, Intan akan menikah dengan Raja Aldiso, sedangkan Rudi akan menikahi Amanda. Mereka tidak akan punya kaitan apa-apa.Rudi kembali ke ruang kerja dan duduk untuk waktu yang lama. Ru
Tamparan itu membuat Shayna terbengong.Shayna memegang pipinya dengan mata membelalak. Sesaat kemudian, Shayna menangis. "Kakak tampar aku? Kakak tampar aku demi Intan si wanita tidak tahu malu itu? Aku akan lapor ke ibu."Setelah itu, Shayna berlari keluar sambil memegang pipinya.Rudi meninju pintu ruang kerja dengan ekspresi sedih. Intan sudah tidak suci? Sebaliknya, Intan masih perawan.Intan masih perawan karena mereka belum pernah bersetubuh. Ironis sekali. Rudi sudah menyadari cintanya sekarang, tetapi juga menyadari bahwa dia tidak pernah memiliki Intan.Jika mereka bersetubuh sebelum dia berangkat perang, Intan mungkin tidak akan memilih untuk cerai ketika dia menikahi Linda.Sesaat kemudian, Nyonya Besar Diana meminta Rudi ke tempatnya.Sebelum Rudi sempat berbicara, Nyonya Besar Diana berkata, "Menurut Ibu, pemikiran Shayna begini bagus sekali. Ibu dukung. Selama Putri Agung bersedia merekomendasikan Shayna pada Nyonya Kartika, Shayna bisa menikah dengan Raja Aldiso. Itu ad
Intan sendiri juga tidak ingin menghadiri acara jamuan Nyonya Kartika. Sejak Erik bisa berbicara, Intan menjadi rileks. Intan mulai membenahi catatan mendiang ayah dan kakak-kakaknya tentang rencana pertahanan militer dan bagan formasi latihan.Ayah dan kakak-kakak telah berperan dalam pertahanan di Kota Uldi dan Manuel. Mereka sangat mengenal daerah perbatasan dan telah membuat banyak denah pertahanan.Di saat tidak peperangan, mereka akan mengirim orang untuk melakukan inspeksi ke berbagai tempat. Semua benteng di dalam dan di luar kota telah mereka tandai dengan jelas.Akan tetapi, agak berantakan dan kacau. Jadi, Intan membandingkan catatan mereka dan membuat perencanaan yang baru.Hal itu jelas memakan banyak waktu dan tenaga. Dari setumpuk catatan itu, Intan yakin tidak akan selesai dalam waktu dua atau tiga bulan jika dia mengerjakannya sendiri.Intan pun mengembuskan napas. Andaikan ada Kak Andi. Kak Andi memiliki mata dan pemikiran yang tajam. Dengan sekilas pandang, semua itu
Intan menggandeng tangan Andi dengan penuh semangat dan membombardirnya dengan pertanyaan. "Kak Andi dari mana? Dari Gunung Pir? Kenapa hanya Kak Andi sendiri? Di mana Guru? Di mana senior yang lain?"Andi mengetuk kepala Intan dengan tatapan penuh kasih sayang. "Kakak tidak datang dari Gunung Pir, tapi dari Kota Uldi. Desni akan sampai dalam beberapa hari lagi dari Negara Lonis. Desni mengawasi pergerakan Negara Lonis selama ini. Dari surat kiriman merpatinya, Desni sudah mendapat banyak informasi.""Kak Desni juga akan datang? Bagus sekali." Intan tersenyum berseri-seri karena girang.Paman Toni membawakan mantel ke aula utama dan baru ingat bahwa ada perapian di aula utama. Mantel itu tidak diperlukan. Jadi, Paman Toni berdiri di ambang pintu dan menatap Tuan Andi legendaris itu. Paman Toni terharu sampai ingin menangis. Ingin sekali Paman Toni pergi mengambil alat tulis di ruang kerja dan meminta Tuan Andi menuliskan kaligrafi untuknya. Dia pasti akan menjadikan karya itu sebagai h
Intan tahu bahwa Nyonya Kartika tidak mengundangnya ke perjamuan, tetapi tidak tahu kapan perjamuan itu diadakan.Intan menatap Andi. "Kapan Kak Andi ke ibu kota? Ini bukan kebetulan, 'kan?"Andi tersenyum saat menjawab, "Sudah beberapa hari, Kakak jalan-jalan di ibu kota. Biar bisa tenang, tidak perlu mendengar kecerewetanmu secepat itu.""Apa? Kakak tidak langsung mencariku setelah sudah datang ke ibu kota? Keterlaluan!""Ya, tidak mau, menangis saja sana." Andi duduk dan menyeruput setengah cangkir teh dengan santai. Begitu mendongak dan melihat mata Intan memerah, Andi mengembuskan napas. "Kamu tidak pernah memberitahukan apa-apa pada sekte, Kakak harus selidiki sendiri, 'kan? Hidupmu baik atau tidak, meski kamu tidak mau kami ikut campur, setidaknya Kakak harus tahu.""Kak Andi, aku baik-baik saja sekarang." Intan duduk di sebelah Andi dan tetap manja seperti dulu. Intan bersikap centil sebelumnya karena terlalu bergembira saat bertemu kembali dengan Andi, tetapi tidak bisa lagi s
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu