Sampai tengah malam, Erik baru benar-benar bangun. Erik terbangun beberapa kali dengan linglung. Melihat Intan di sana, Erik perlahan memejamkan mata lagi.Walau tengah malam, lampu masih terang. Saat Erik sedang tidur, Intan sudah mengelap wajah Erik dengan air hangat. Wajah Erik sangat mirip Kak Harver, tetapi terlalu kurus.Erik menangis lagi setelah bangun. Sambil menangis, Erik tersenyum pada Intan. Lesung pipi Erik tampak lebih dalam karena wajahnya yang tirus.Intan membawa Erik pergi mandi. Erik berendam dalam bak mandi, sedangkan Intan mencucikan rambut Erik. Intan sedikit demi sedikit menggosok rambut Erik yang lengket dengan minyak osmanthus dan mencucinya lagi setelah itu.Usai mandi, Erik memakai pakaian baru. Pakaian itu dibeli berdasarkan ukuran tubuh anak berusia 7 tahun, tetapi terlalu besar bagi Erik.Namun, Erik sudah berpenampilan rapi.Begitu pelayan di dapur menghidangkan makanan, mata Erik berbinar. Erik secara naluriah mengambil sepotong daging dan memasukkan da
Butuh sesaat untuk membaca tulisan yang kacau itu dengan jelas.Intan menatap Erik dengan mata yang bengkak dan merah. Air mata Intan mengalir sekali lagi. Empat kata itu bagaikan pisau yang menusuk hati Intan, membuatnya meringkukkan badan karena sakit.Beberapa hari sebelum insiden pembantaian, Intan pulang ke Kediaman Adipati Belima untuk membicarakan peperangan di Kota Uldi dengan ibu.Ibu sangat khawatir kakek akan gugur di medan perang seperti ayah dan kakak-kakak. Intan menghabiskan beberapa waktu untuk menghibur ibu. Saat pergi, Intan tampak murung karena mengkhawatirkan kakek, juga mengkhawatirkan ibu.Di luar halaman kediaman ibu, Intan berpapasan dengan Erik. Erik bertanya apakah Intan murung. Intan tersenyum seraya membelai kepala Erik. "Bibi agak murung, tapi akan jadi senang lagi. Erik tidak perlu khawatir."Pada saat itu, Intan yang sedang galau hanya menjawab demikian.Mungkin Erik merasa bibinya sedang murung sehingga ingin membeli manisan buah untuk menghibur Intan.S
Usai menulis, Erik sudah sangat lelah.Intan menyuruh Erik beristirahat. Setelah Erik terlelap, Intan juga tidak rela untuk pergi.Intan khawatir jika dia meninggalkan Erik selangkah saja, semua ini akan hancur seperti mimpi dan kembali ke dunia nyata di mana Erik sudah meninggal.Hati Intan sangat perih. Erik telah mendapat penderitaan yang amat besar. Melihat Erik berjalan tertatih-tatih, hati Intan seperti ditusuk ribuan jarum.Alfred sedang melakukan persiapan untuk pulang ke ibu kota. Dengan kondisi Erik, Erik harus berobat ke Tabib Riel sesegera mungkin, tidak boleh menunda waktu lagi.Erik sudah berumur tujuh tahun, tetapi tinggi badan Erik sama seperti ketika masih berumur lima tahun, seolah-olah tidak pernah tambah tinggi dalam dua tahun ini. Entah racun apa lagi yang dimakan oleh Erik. Intan tidak akan bisa tenang jika hal itu tidak dicari tahu.Alfred meminta Hakim Daerah Linggar mengirim surat laporan darurat kepada Kaisar atas nama dirinya untuk menceritakan keadaan terseb
Begitu Erik tidur pulas, Intan mendatangi Alfred dan memperlihatkan tulisan Erik pada Alfred.Perasaan Alfred sangat kompleks setelah membaca tulisan Erik. Apakah dia sangat mirip pedagang manusia yang menyiksa Erik?Mungkin saja. Alfred punya aura yang sangat agresif karena telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di medan perang.Alfred perlahan menghela napas. "Pelan-pelan saja. Aku akan berusaha bersikap ramah dan lebih sering senyum padanya."Fisik dan batin Erik perlu disembuhkan."Maaf sudah merepotkanmu di sepanjang jalan ini." Rasa syukur Intan terhadap Alfred tidak dapat diungkapkan dengan ucapan terima kasih saja.Namun, ada satu hal yang harus Intan bicarakan dengan Alfred.Intan mengambil tusuk konde untuk menggerakkan sumbu lilin sehingga api menyala dengan lebih terang. Cahaya lilin di ruangan menyinari wajah Intan yang tidur dan bibir Intan yang pucat.Intan berkata perlahan, "Dengan kondisi Erik, dia tidak akan bisa berpisah dariku setidaknya untuk dua atau tiga
Pada akhirnya, di penginapan malam ini, ketika Alfred menggiring Intan turun dari kereta kuda, Erik memberanikan diri untuk melompat turun dari kereta kuda dan mengadang di tengah mereka, walau tubuhnya gemetar. Erik merentangkan tangan untuk melindungi Intan di belakangnya dan menatap Alfred dengan tatapan mata penuh rasa permusuhan.Erik sangat ketakutan. Kaki Erik yang kurus gemetar tiada henti. Bibirnya juga bergetar dan mengeluarkan suara tertahan untuk mengusir Alfred.Alfred dan Intan bertukar mata dengan bengong. Apa yang terjadi? Tidak hanya tidak efektif, malah menimbulkan efek sebaliknya."Ah!"Intan menepuk jidat karena tersadarkan. Erik tidak tahu bahwa dia sudah bukan istri Rudi, juga tidak tahu dia akan segera menikah dengan Alfred.Pada malam itu, Intan dan Erik berbincang sepanjang malam.Tidak bisa terus memperlakukan Erik seperti anak kecil lagi. Dalam dua tahun selama Erik mengemis di kalangan masyarakat, Erik dapat memahami banyak hal yang dia dengar.Erik bahkan m
Keesokan hari, Alfred sang kusir sangat bersemangat, walau ada lingkaran hitam di bawah matanya.Intan heran bagaimana Alfred bisa bersemangat walau kurang tidur.Selain lingkaran hitam di bawah mata, wajah dan mata Alfred bersinar terang.Setelah berbincang dengan Erik semalam, Serik sudah tidak begitu takut dan berwaspada lagi terhadap Alfred. Sesekali, Erik akan menyibak tirai dan diam-diam melihat Alfred dari belakang.Alfred seperti kakek? Kalau begitu, Alfred sangat hebat. Alfred hanya akan menyerang musuh, tidak akan menyakiti warga.Oleh karena itu, tidak perlu takut pada Alfred.Erik terus memberi tahu diri sendiri dalam hati di sepanjang jalan. Perlahan-lahan, Alfred menjadi seperti kakek dan ayahnya di mata Erik. Selain itu, Alfred akan menjadi suami dari bibi, menjadi kerabatnya.Saat sampai di Kabupaten Yaming, Erik mulai melakukan gestur tangan pada Alfred. Erik juga berani membiarkan Alfred membawanya pergi membeli kue sambil bergandengan tangan.Intan sangat senang terh
Rahman menyeka air mata. "Baguslah kalau masih hidup. Baguslah kalau masih hidup."Rahman beranjak dari kursi dan membungkuk. "Kaisar, maaf aku lepas kendali.""Aku juga hampir lepas kendali. Ini bukan salahmu. Siapa yang tidak senang setelah mendengar kabar ini?" Kaisar tersenyum berseri-seri. Lalu, Kaisar segera memberi perintah karena teringat pada sesuatu, "Bimo, kamu pergi ke Kediaman Keluarga Kosasih atau ke kantor prefektur ibu kota untuk cari Tuan Hendri dan sampaikan kabar ini padanya. Biar mereka ikut bergembira."Bimo yang berdiri di samping menyeka air mata. Mendengar perintah dari Kaisar, Bimo langsung menyahut, "Baik, aku pergi sekarang juga."Bimo pergi dengan girang. Bimo sangat bergembira bahwa ada keturunan Keluarga Belima yang masih hidup. Nyonya Marisa sangat baik padanya sehingga Bimo selalu mendoakan yang terbaik untuk Keluarga Belima.Melihat Bimo pergi, berbagai pikiran berkecamuk di hati Rahman. Ada banyak urusan negara yang harus ditangani, tetapi Rahman engga
Rahman yang menerima tugas itu untuk istrinya memiliki perasaan yang kompleks.Pada saat itu, Rudi dan Linda sangat bergelora dan unggul. Banyak orang di pemerintahan yang menaruh harapan besar pada mereka.Para warga juga memuji percintaan mereka. Mereka bersimpati dan mengagumi Linda, sang jenderal wanita yang telah memberi kontribusi besar pada negara, tetapi rela menjadi istri kedua.Bahkan ada yang mengapresiasi Rudi karena tidak melupakan istri pertama walau saling mencintai dengan Linda dan hanya memberikan posisi istri kedua untuk Linda.Kemenangan di Kota Uldi membutakan semua orang. Orang-orang ikut bersorak tanpa akal sehat.Setelah itu, orang-orang perlahan sadar. Barulah disadari bahwa banyak hal tidak senonoh yang tersembunyi di balik kisah indah tersebut.Pada akhirnya, orang-orang mendapati bahwa istri pertama Rudi jauh lebih unggul daripada Linda. Barulah orang-orang teringat pada kontribusi besar yang telah Keluarga Belima berikan pada Negara Runa dan tragedi Keluarga