Share

Bab 242

Butuh sesaat untuk membaca tulisan yang kacau itu dengan jelas.

Intan menatap Erik dengan mata yang bengkak dan merah. Air mata Intan mengalir sekali lagi. Empat kata itu bagaikan pisau yang menusuk hati Intan, membuatnya meringkukkan badan karena sakit.

Beberapa hari sebelum insiden pembantaian, Intan pulang ke Kediaman Adipati Belima untuk membicarakan peperangan di Kota Uldi dengan ibu.

Ibu sangat khawatir kakek akan gugur di medan perang seperti ayah dan kakak-kakak. Intan menghabiskan beberapa waktu untuk menghibur ibu. Saat pergi, Intan tampak murung karena mengkhawatirkan kakek, juga mengkhawatirkan ibu.

Di luar halaman kediaman ibu, Intan berpapasan dengan Erik. Erik bertanya apakah Intan murung. Intan tersenyum seraya membelai kepala Erik. "Bibi agak murung, tapi akan jadi senang lagi. Erik tidak perlu khawatir."

Pada saat itu, Intan yang sedang galau hanya menjawab demikian.

Mungkin Erik merasa bibinya sedang murung sehingga ingin membeli manisan buah untuk menghibur Intan.

S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status