Share

Bab 244

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-03 18:00:00
Begitu Erik tidur pulas, Intan mendatangi Alfred dan memperlihatkan tulisan Erik pada Alfred.

Perasaan Alfred sangat kompleks setelah membaca tulisan Erik. Apakah dia sangat mirip pedagang manusia yang menyiksa Erik?

Mungkin saja. Alfred punya aura yang sangat agresif karena telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di medan perang.

Alfred perlahan menghela napas. "Pelan-pelan saja. Aku akan berusaha bersikap ramah dan lebih sering senyum padanya."

Fisik dan batin Erik perlu disembuhkan.

"Maaf sudah merepotkanmu di sepanjang jalan ini." Rasa syukur Intan terhadap Alfred tidak dapat diungkapkan dengan ucapan terima kasih saja.

Namun, ada satu hal yang harus Intan bicarakan dengan Alfred.

Intan mengambil tusuk konde untuk menggerakkan sumbu lilin sehingga api menyala dengan lebih terang. Cahaya lilin di ruangan menyinari wajah Intan yang tidur dan bibir Intan yang pucat.

Intan berkata perlahan, "Dengan kondisi Erik, dia tidak akan bisa berpisah dariku setidaknya untuk dua atau tiga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 245

    Pada akhirnya, di penginapan malam ini, ketika Alfred menggiring Intan turun dari kereta kuda, Erik memberanikan diri untuk melompat turun dari kereta kuda dan mengadang di tengah mereka, walau tubuhnya gemetar. Erik merentangkan tangan untuk melindungi Intan di belakangnya dan menatap Alfred dengan tatapan mata penuh rasa permusuhan.Erik sangat ketakutan. Kaki Erik yang kurus gemetar tiada henti. Bibirnya juga bergetar dan mengeluarkan suara tertahan untuk mengusir Alfred.Alfred dan Intan bertukar mata dengan bengong. Apa yang terjadi? Tidak hanya tidak efektif, malah menimbulkan efek sebaliknya."Ah!"Intan menepuk jidat karena tersadarkan. Erik tidak tahu bahwa dia sudah bukan istri Rudi, juga tidak tahu dia akan segera menikah dengan Alfred.Pada malam itu, Intan dan Erik berbincang sepanjang malam.Tidak bisa terus memperlakukan Erik seperti anak kecil lagi. Dalam dua tahun selama Erik mengemis di kalangan masyarakat, Erik dapat memahami banyak hal yang dia dengar.Erik bahkan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 246

    Keesokan hari, Alfred sang kusir sangat bersemangat, walau ada lingkaran hitam di bawah matanya.Intan heran bagaimana Alfred bisa bersemangat walau kurang tidur.Selain lingkaran hitam di bawah mata, wajah dan mata Alfred bersinar terang.Setelah berbincang dengan Erik semalam, Serik sudah tidak begitu takut dan berwaspada lagi terhadap Alfred. Sesekali, Erik akan menyibak tirai dan diam-diam melihat Alfred dari belakang.Alfred seperti kakek? Kalau begitu, Alfred sangat hebat. Alfred hanya akan menyerang musuh, tidak akan menyakiti warga.Oleh karena itu, tidak perlu takut pada Alfred.Erik terus memberi tahu diri sendiri dalam hati di sepanjang jalan. Perlahan-lahan, Alfred menjadi seperti kakek dan ayahnya di mata Erik. Selain itu, Alfred akan menjadi suami dari bibi, menjadi kerabatnya.Saat sampai di Kabupaten Yaming, Erik mulai melakukan gestur tangan pada Alfred. Erik juga berani membiarkan Alfred membawanya pergi membeli kue sambil bergandengan tangan.Intan sangat senang terh

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 247

    Rahman menyeka air mata. "Baguslah kalau masih hidup. Baguslah kalau masih hidup."Rahman beranjak dari kursi dan membungkuk. "Kaisar, maaf aku lepas kendali.""Aku juga hampir lepas kendali. Ini bukan salahmu. Siapa yang tidak senang setelah mendengar kabar ini?" Kaisar tersenyum berseri-seri. Lalu, Kaisar segera memberi perintah karena teringat pada sesuatu, "Bimo, kamu pergi ke Kediaman Keluarga Kosasih atau ke kantor prefektur ibu kota untuk cari Tuan Hendri dan sampaikan kabar ini padanya. Biar mereka ikut bergembira."Bimo yang berdiri di samping menyeka air mata. Mendengar perintah dari Kaisar, Bimo langsung menyahut, "Baik, aku pergi sekarang juga."Bimo pergi dengan girang. Bimo sangat bergembira bahwa ada keturunan Keluarga Belima yang masih hidup. Nyonya Marisa sangat baik padanya sehingga Bimo selalu mendoakan yang terbaik untuk Keluarga Belima.Melihat Bimo pergi, berbagai pikiran berkecamuk di hati Rahman. Ada banyak urusan negara yang harus ditangani, tetapi Rahman engga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 248

    Rahman yang menerima tugas itu untuk istrinya memiliki perasaan yang kompleks.Pada saat itu, Rudi dan Linda sangat bergelora dan unggul. Banyak orang di pemerintahan yang menaruh harapan besar pada mereka.Para warga juga memuji percintaan mereka. Mereka bersimpati dan mengagumi Linda, sang jenderal wanita yang telah memberi kontribusi besar pada negara, tetapi rela menjadi istri kedua.Bahkan ada yang mengapresiasi Rudi karena tidak melupakan istri pertama walau saling mencintai dengan Linda dan hanya memberikan posisi istri kedua untuk Linda.Kemenangan di Kota Uldi membutakan semua orang. Orang-orang ikut bersorak tanpa akal sehat.Setelah itu, orang-orang perlahan sadar. Barulah disadari bahwa banyak hal tidak senonoh yang tersembunyi di balik kisah indah tersebut.Pada akhirnya, orang-orang mendapati bahwa istri pertama Rudi jauh lebih unggul daripada Linda. Barulah orang-orang teringat pada kontribusi besar yang telah Keluarga Belima berikan pada Negara Runa dan tragedi Keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 249

    Anggota-anggota Keluarga Kosasih kebingungan. Kabar baik apa yang ingin Raja Aldiso sampaikan pada Keluarga Kosasih?Melihat semua orang kebingungan, Bimo melanjutkan, "Raja Aldiso menemukan seorang pengemis cilik di Kabupaten Yaming. Anak itu mirip Jenderal Harver sehingga Raja Aldiso memanggil nama Erik. Alhasil, pengemis cilik itu merespons ...."Hendri merasa itu konyol sehingga memotong perkataan Bimo, "Kasim Bimo, Raja Aldiso melihat seorang anak yang mirip Erik, lalu mengirim surat laporan pada Kaisar. Apa yang ingin dia sampaikan? Mirip Erik, tapi bukan Erik. Apa yang perlu dilaporkan pada Kaisar?"Selain merasa konyol, Hendri juga merasa marah.Kematian Wanda dan Erik merupakan duka bagi Keluarga Kosasih, terutama Nyonya Besar Tania. Beliau tidak boleh mendengar informasi ini.Menyampaikan kabar baik karena menemukan seorang anak yang mirip Erik? Kabar baik macam apa itu? Membuat mereka semua pulang dengan tergesa-gesa dan mendengar kekonyolan seperti itu. Hendri agak marah pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 250

    Namun, bagaimana mungkin itu benar?Pasti akan kecewa.Semua orang bersedih hati, juga bersimpati pada Intan. Jika Intan pergi dengan harapan penuh, Intan pasti akan kecewa setelah sampai di sana.Tunggu, Bimo mengatakan mereka akan segera tiba di ibu kota. Mungkinkah Intan benar-benar membawa pulang pengemis cilik itu sebagai Erik?Apa-apaan ini? Baru saja dikatakan bahwa Intan bukan orang yang gegabah, tetapi Intan bertindak dengan semborono!Intan meninggalkan ibu kota di hari festival bulan. Saat kembali, sudah tanggal 7 September.Cuaca sangat cerah dan sejuk.Tentara pelindung kota terkejut ketika melihat Raja Aldiso menjadi pak kusir. Jika Raja Aldiso menjadi pak kusir, siapa yang berada di dalam kereta kuda?Kereta kuda sang raja bebas memasuki ibu kota tanpa pemeriksaan. Kereta kuda itu langsung menuju Kediaman Adipati Belima.Begitu sampai, Alfred berkata pada Intan dan Erik, "Aku tidak masuk. Kalian istirahat dulu. Aku akan datang lusa besok."Besok, Intan dan Erik pasti aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 251

    Paman Toni tidak menempatkan Erik di kediaman yang sebelumnya. Walau sudah ditata kembali, Paman Toni khawatir Erik akan teringat kembali akan tragedi tersebut. Oleh karena itu, Paman Toni menempatkan Erik untuk tinggal bersama dengan Intan di Paviliun Anggrek. Paviliun Anggrek cukup besar, masih sangat luas walau ditinggali dua orang.Menurut Paman Toni, Erik telah mengalami banyak penderitaan dan kesulitan sehingga pasti harus ditemani oleh Intan.Erik belum genap berumur 7 tahun sehingga masih boleh tinggal bersama Intan.Setidaknya untuk beberapa bulan pertama. Mereka bisa mencari solusi lain setelah Intan menikah.Setelah mengatur tempat tinggal Erik, Intan mengumpulkan semua orang di aula samping. Intan meminta Paman Toni mengutus pelayan untuk mengabari Tuan Besar Simon dan Keluarga Kosasih.Begitu Erik sudah lebih rileks dalam beberapa hari ke depan, Intan akan membawa Erik pergi menemui mereka."Oh, ya, kalau Keluarga Kosasih ingin bertemu dengan Erik lebih dulu, mereka boleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 252

    Intan tahu betul seberapa sakitnya patah tulang. Intan pernah patah tulang di masa kecil.Ada sup pereda nyeri atau terapi akupunktur untuk meredakan rasa sakit, tetapi rasa sakit itu tetap menyakitkan.Intan bertanya lagi dengan cemas, "Sebelumnya, dia pernah minum obat yang dapat menyebabkan ketergantungan. Apa itu masih perlu dikhawatirkan sekarang?"Tabib Riel menjelaskan, "Itu namanya heroin, bisa menyebabkan ketergantungan setelah dikonsumsi. Tapi kondisi Tuan Muda Erik sekarang cukup baik. Apa Tuan Muda Erik merasa tidak nyaman di tengah perjalanan kembali ke ibu kota?"Intan ingat bahwa kecanduan Erik kambuh dalam perjalanan, tetapi Erik terus bertahan. Sejak itu sampai sekarang, Erik tidak kambuh lagi. Intan menjawab, "Sudah tidak kambuh lagi. Terakhir kali, Erik bisa bertahan.""Oh ya, Raja Aldiso bilang gejala Erik sangat parah saat di Linggar. Saat itu, Erik membenturkan diri ke dinding dan menyakiti diri sendiri. Setelah aku ke sana, aku tidak pernah melihat hal itu."Tabi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status