Share

Bab 252

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-05 18:00:00
Intan tahu betul seberapa sakitnya patah tulang. Intan pernah patah tulang di masa kecil.

Ada sup pereda nyeri atau terapi akupunktur untuk meredakan rasa sakit, tetapi rasa sakit itu tetap menyakitkan.

Intan bertanya lagi dengan cemas, "Sebelumnya, dia pernah minum obat yang dapat menyebabkan ketergantungan. Apa itu masih perlu dikhawatirkan sekarang?"

Tabib Riel menjelaskan, "Itu namanya heroin, bisa menyebabkan ketergantungan setelah dikonsumsi. Tapi kondisi Tuan Muda Erik sekarang cukup baik. Apa Tuan Muda Erik merasa tidak nyaman di tengah perjalanan kembali ke ibu kota?"

Intan ingat bahwa kecanduan Erik kambuh dalam perjalanan, tetapi Erik terus bertahan. Sejak itu sampai sekarang, Erik tidak kambuh lagi. Intan menjawab, "Sudah tidak kambuh lagi. Terakhir kali, Erik bisa bertahan."

"Oh ya, Raja Aldiso bilang gejala Erik sangat parah saat di Linggar. Saat itu, Erik membenturkan diri ke dinding dan menyakiti diri sendiri. Setelah aku ke sana, aku tidak pernah melihat hal itu."

Tabi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 253

    Saat Intan mengantar Tabib Riel keluar, Tabib Riel mengembuskan napas dan berujar, "Diculik oleh pedagang manusia adalah kemalangan, tapi Tuan Muda Erik lolos dari tragedi pembantaian itu. Itu adalah keberuntungan terbesar di tengah kemalangan."Namun, Intan tidak berpikir begitu.Jika Erik mengantarkan manisan buah ke Kediaman Jenderal pada saat itu, Intan pasti akan membawa Erik pulang ke Kediaman Adipati Belima dan menginap semalam.Jika Intan berada di rumah saat pengintai Biromo datang untuk membantai, sekalipun tidak bisa melindungi semua orang, tidak semua anggota Keluarga Belima akan dibantai.Oleh karena itu, Intan sangat membenci para pedagang manusia.Intan berharap semua penjahat akan ditangkap.Setelah mengantar Tabib Riel pergi, Intan meminta pelayan menyiapkan kereta. Intan akan membawa Erik ke istana untuk menemui Kaisar dan Ibu Suri. Lalu, mereka akan pergi ke Kediaman Keluarga Kosasih.Pakaian baru sedang dijahit. Pakaian-pakaian Erik yang dulu masih bisa dipakai, tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 254

    Setelah keluar dari istana, Intan membawa Erik naik ke kereta kuda dan pergi ke Kediaman Keluarga Kosasih.Pada petang hari, para pria dari Keluarga Kosasih seharusnya sudah pulang kerja.Di dalam kereta kuda, Erik menulis di telapak tangan Intan: "Pergi ke rumah Kakek?"Intan mengangguk dan menjawab, "Ya, kita pergi ke rumah kakekmu. Kamu tidak merindukan mereka?"Erik mengangguk dan menulis: "Rindu!"Namun, ekspresi Erik menyiratkan kekhawatiran.Erik sangat sensitif. Mendengar Keluarga Kosasih tidak percaya bahwa dia sudah pulang, Erik berpikir mereka mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Intan tahu apa kekhawatiran Erik. Intan menghibur Erik, "Erik, jangan khawatir. Kakek nenek dan pamanmu sangat merindukanmu. Hanya saja, mereka tidak percaya kamu masih hidup. Mereka akan sangat senang kalau sudah melihatmu."Erik bersandar pada Intan. Erik mendongakkan dagu yang tirus dan membuka mulut, mencoba untuk bersuara, tetapi gagal. Erik menjadi lesu.Tidak tahu apakah mereka akan menerim

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 255

    Intan tahu mereka akan salah paham. Sebelumnya, Intan mengatakan bisa memaklumi mereka. Namun, pada kenyataannya, Intan tidak sepenuhnya memaklumi mereka.Intan langsung berangkat menuju Linggar ketika menerima surat dari Alfred. Di sepanjang jalan, Intan terus meyakinkan diri untuk jangan menaruh harapan. Akan tetapi, Intan tidak bisa tidak pergi ke sana untuk melihat.Oleh karena itu, Intan marah ketika mendengar apa kata Hendri. Intan berbalik badan untuk menyibak tirai dan menggendong Erik ke luar kereta kuda. Intan berdiri di depan Hendri sembari berkata dengan suara dingin, "Setidaknya kamu lihat dulu. Dalam perjalanan ke sini, Erik sangat khawatir dan menulis di telapak tanganku. Dia khawatir kalian tidak akan menerimanya. Aku malah bilang kalian tidak akan begitu."Walau jengkel terhadap perbuatan Intan, Hendri secara refleks menoleh pada anak yang digendong oleh Intan.Detik berikutnya, Hendri tahu betapa salah dirinya.Setelah melihat Erik, napas Hendri terhenti seketika.Mir

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 256

    Semua orang segera menyelamatkan Nyonya Besar Tiara dengan menekan titik meridian dan memijat pelipisnya.Begitu siuman, Nyonya Besar Tiara tetap menangis. "Ya Tuhan, kenapa Engkau memberikan begitu banyak penderitaan pada anak ini? Keluarga Belima sangat berbudi pekerti, kenapa bernasib begitu? Ya Tuhan, Engkau sungguh tidak adil, sungguh kejam."Intan buru-buru pergi keluar karena tidak sanggup mendengar kata-kata yang menyayat hati itu. Belakangan ini, Intan terlalu sering menangis. Betapa kuat Intan menahan air mata ketika dulu, betapa gampang air mata Intan menetes sekarang. Semua tangisan yang tertahan dikeluarkan sekarang.Erik dibawa oleh mereka untuk mengenali kerabat satu per satu. Lalu, Erik dibawa ke kamar Nyonya Besar Tania.Untung Nyonya Besar Tania sudah makan pil terlebih dahulu. Melihat Erik menjadi bisu dan pincang, Nyonya Besar Tania sangat sedih. Mengapa cicitnya menjadi seperti ini?Cucu perempuan yang dia besarkan dari kecil sudah meninggal. Erik yang manis dan mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 257

    Nyonya Besar Tiara tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi semua orang paham. Nyonya Besar Tiara khawatir Nyonya Kartika akan menyulitkan Erik.Keluarga Kosasih jarang menghadiri acara dalam dua tahun terakhir, tetapi mereka pernah mendengar tentang kejadian-kejadian di luar.Terutama tentang Intan. Mereka menaruh perhatian, tetapi tidak pergi bertanya.Mereka semua tahu Nyonya Kartika tidak terlalu menyukai Intan. Jika Intan membawa Erik ke Kediaman Aldiso, Nyonya Kartika mungkin akan lebih tidak menyukai Intan lagi.Intan berucap, "Aku akan selalu mengutamakan Erik. Kalau Nyonya Kartika tidak menerima Erik, kami akan pulang ke Kediaman Adipati Belima. Aku berjanji pada kalian, Erik tidak akan dirundung."Janji Intan tidak menghilangkan kekhawatiran mereka. Bagaimanapun, Intan pernah menikah sebelumnya. Jika tidak disukai oleh ibu mertua, kehidupan Intan akan menjadi sulit.Sekalipun Raja Aldiso menegakkan keadilan, lama-kelamaan Raja Aldiso akan menjadi jengkel karena terapit di antar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 258

    Keesokan hari, Keluarga Kosasih mengantarkan makanan kesukaan Erik. Selain itu, nyonya-nyonya Keluarga Kosasih sedang menjahit pakaian, sepatu, dan kaus kaki untuk Erik.Keluarga Kosasih mengungkapkan cinta mereka pada Erik melalui aksi nyata.Hal itu melegakan hati Erik. Keluarga Kosasih menerimanya, juga sangat menyayanginya.Pada hari ini, Tabib Riel datang secara pribadi untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Erik, khawatir ada sesuatu yang terlewatkan.Sebenarnya, dengan keterampilan pengobatan Tabib Riel, Tabib Riel sudah mendiagnosis semua kondisi Erik kemarin. Tabib Riel begitu teliti karena sangat mementingkan keturunan Keluarga Adipati Belima.Begitu Tabib Riel pergi, Alfred datang bersama Darius.Alfred memberi tahu Intan bahwa dia datang untuk menengok Erik dan mendekatkan hubungan dengan Erik.Erik juga bergembira terhadap kedatangan Alfred. Erik bahkan memperlihatkan batu tinta pemberian Hendri kepada Alfred dan dengan murah hati mengatakan dia bisa memberikan satu batu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 259

    Intan mengedipkan mata. "Junior?"Ekspresi Alfred membeku. Lalu, Alfred memalingkan wajah dan mengeyel, "Aku bukan anggota Taliani. Guruku bilang aku tidak bergabung dengan Taliani, hanya jadi murid pribadinya.Mata Intan berbinar saat tersenyum. "Junior, jangan membohongi diri sendiri. Paman Guru adalah anggota Taliani. Sebagai muridnya, bagaimana mungkin kamu bukan anggota Taliani? Junior, kapan kamu masuk sekte?"Alfred berusaha untuk tersenyum dan mengubah topik. "Tadi kita bicarakan mau membawa Erik menemui Tuan Besar Simon. Kapan kamu berencana pergi ke sana?"Intan menopang dagu ke tangan dan mengedipkan mata pada Alfred. "Junior, Kakak dan Erik akan pergi ke sana besok."Entah mengapa, setelah tahu Alfred adalah anggota Taliani, Intan merasa lega dan jauh lebih leluasa di depan Alfred.Alfred terdiam dan memutar mata pada Intan. "Aku lebih tua darimu.""Ya, Junior, kamu lebih tua dariku." Intan tertawa girang. Tidak heran Alfred tidak pernah mengungkit hal ini, hanya mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 260

    Alfred adalah Panglima Pasukan Aldiso. Sekalipun harus menetap di ibu kota karena sudah tidak ada peperangan, kamp Pasukan Aldiso tidak jauh dari ibu kota. Ada banyak urusan militer, juga harus mengadakan pelatihan dari waktu ke waktu. Bagaimana bisa Alfred menjabat sebagai Ketua Kejaksaan Agung?Selain itu, Kejaksaan Agung bertanggung jawab atas kasus pidana dan peninjauan hukuman mati dalam kasus-kasus penting. Sebagian besar tugasnya bersifat administratif, sedangkan Alfred adalah jenderal.Jika Alfred menjadi Ketua Kejaksaan Agung, mengapa Alfred juga menjadi Komandan Pasukan Baja?Dengan dua jabatan itu, serta Panglima Pasukan Aldiso, bagaimana Alfred bisa membagi waktu?Alfred menjawab acuh tak acuh, "Token harimau dan kekuasaan militerku sudah diserahkan. Sekarang, Pasukan Aldiso sementara dipimpin oleh Petrus."Petrus Widyasono?Intan tahu, Petrus adalah seorang adipati. Dulu, Petrus memiliki reputasi yang tinggi di kemiliteran. Namun, setelah itu, Petrus terluka di medan peran

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status