Setelah keluar dari istana, Intan membawa Erik naik ke kereta kuda dan pergi ke Kediaman Keluarga Kosasih.Pada petang hari, para pria dari Keluarga Kosasih seharusnya sudah pulang kerja.Di dalam kereta kuda, Erik menulis di telapak tangan Intan: "Pergi ke rumah Kakek?"Intan mengangguk dan menjawab, "Ya, kita pergi ke rumah kakekmu. Kamu tidak merindukan mereka?"Erik mengangguk dan menulis: "Rindu!"Namun, ekspresi Erik menyiratkan kekhawatiran.Erik sangat sensitif. Mendengar Keluarga Kosasih tidak percaya bahwa dia sudah pulang, Erik berpikir mereka mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Intan tahu apa kekhawatiran Erik. Intan menghibur Erik, "Erik, jangan khawatir. Kakek nenek dan pamanmu sangat merindukanmu. Hanya saja, mereka tidak percaya kamu masih hidup. Mereka akan sangat senang kalau sudah melihatmu."Erik bersandar pada Intan. Erik mendongakkan dagu yang tirus dan membuka mulut, mencoba untuk bersuara, tetapi gagal. Erik menjadi lesu.Tidak tahu apakah mereka akan menerim
Intan tahu mereka akan salah paham. Sebelumnya, Intan mengatakan bisa memaklumi mereka. Namun, pada kenyataannya, Intan tidak sepenuhnya memaklumi mereka.Intan langsung berangkat menuju Linggar ketika menerima surat dari Alfred. Di sepanjang jalan, Intan terus meyakinkan diri untuk jangan menaruh harapan. Akan tetapi, Intan tidak bisa tidak pergi ke sana untuk melihat.Oleh karena itu, Intan marah ketika mendengar apa kata Hendri. Intan berbalik badan untuk menyibak tirai dan menggendong Erik ke luar kereta kuda. Intan berdiri di depan Hendri sembari berkata dengan suara dingin, "Setidaknya kamu lihat dulu. Dalam perjalanan ke sini, Erik sangat khawatir dan menulis di telapak tanganku. Dia khawatir kalian tidak akan menerimanya. Aku malah bilang kalian tidak akan begitu."Walau jengkel terhadap perbuatan Intan, Hendri secara refleks menoleh pada anak yang digendong oleh Intan.Detik berikutnya, Hendri tahu betapa salah dirinya.Setelah melihat Erik, napas Hendri terhenti seketika.Mir
Semua orang segera menyelamatkan Nyonya Besar Tiara dengan menekan titik meridian dan memijat pelipisnya.Begitu siuman, Nyonya Besar Tiara tetap menangis. "Ya Tuhan, kenapa Engkau memberikan begitu banyak penderitaan pada anak ini? Keluarga Belima sangat berbudi pekerti, kenapa bernasib begitu? Ya Tuhan, Engkau sungguh tidak adil, sungguh kejam."Intan buru-buru pergi keluar karena tidak sanggup mendengar kata-kata yang menyayat hati itu. Belakangan ini, Intan terlalu sering menangis. Betapa kuat Intan menahan air mata ketika dulu, betapa gampang air mata Intan menetes sekarang. Semua tangisan yang tertahan dikeluarkan sekarang.Erik dibawa oleh mereka untuk mengenali kerabat satu per satu. Lalu, Erik dibawa ke kamar Nyonya Besar Tania.Untung Nyonya Besar Tania sudah makan pil terlebih dahulu. Melihat Erik menjadi bisu dan pincang, Nyonya Besar Tania sangat sedih. Mengapa cicitnya menjadi seperti ini?Cucu perempuan yang dia besarkan dari kecil sudah meninggal. Erik yang manis dan mi
Nyonya Besar Tiara tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi semua orang paham. Nyonya Besar Tiara khawatir Nyonya Kartika akan menyulitkan Erik.Keluarga Kosasih jarang menghadiri acara dalam dua tahun terakhir, tetapi mereka pernah mendengar tentang kejadian-kejadian di luar.Terutama tentang Intan. Mereka menaruh perhatian, tetapi tidak pergi bertanya.Mereka semua tahu Nyonya Kartika tidak terlalu menyukai Intan. Jika Intan membawa Erik ke Kediaman Aldiso, Nyonya Kartika mungkin akan lebih tidak menyukai Intan lagi.Intan berucap, "Aku akan selalu mengutamakan Erik. Kalau Nyonya Kartika tidak menerima Erik, kami akan pulang ke Kediaman Adipati Belima. Aku berjanji pada kalian, Erik tidak akan dirundung."Janji Intan tidak menghilangkan kekhawatiran mereka. Bagaimanapun, Intan pernah menikah sebelumnya. Jika tidak disukai oleh ibu mertua, kehidupan Intan akan menjadi sulit.Sekalipun Raja Aldiso menegakkan keadilan, lama-kelamaan Raja Aldiso akan menjadi jengkel karena terapit di antar
Keesokan hari, Keluarga Kosasih mengantarkan makanan kesukaan Erik. Selain itu, nyonya-nyonya Keluarga Kosasih sedang menjahit pakaian, sepatu, dan kaus kaki untuk Erik.Keluarga Kosasih mengungkapkan cinta mereka pada Erik melalui aksi nyata.Hal itu melegakan hati Erik. Keluarga Kosasih menerimanya, juga sangat menyayanginya.Pada hari ini, Tabib Riel datang secara pribadi untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Erik, khawatir ada sesuatu yang terlewatkan.Sebenarnya, dengan keterampilan pengobatan Tabib Riel, Tabib Riel sudah mendiagnosis semua kondisi Erik kemarin. Tabib Riel begitu teliti karena sangat mementingkan keturunan Keluarga Adipati Belima.Begitu Tabib Riel pergi, Alfred datang bersama Darius.Alfred memberi tahu Intan bahwa dia datang untuk menengok Erik dan mendekatkan hubungan dengan Erik.Erik juga bergembira terhadap kedatangan Alfred. Erik bahkan memperlihatkan batu tinta pemberian Hendri kepada Alfred dan dengan murah hati mengatakan dia bisa memberikan satu batu
Intan mengedipkan mata. "Junior?"Ekspresi Alfred membeku. Lalu, Alfred memalingkan wajah dan mengeyel, "Aku bukan anggota Taliani. Guruku bilang aku tidak bergabung dengan Taliani, hanya jadi murid pribadinya.Mata Intan berbinar saat tersenyum. "Junior, jangan membohongi diri sendiri. Paman Guru adalah anggota Taliani. Sebagai muridnya, bagaimana mungkin kamu bukan anggota Taliani? Junior, kapan kamu masuk sekte?"Alfred berusaha untuk tersenyum dan mengubah topik. "Tadi kita bicarakan mau membawa Erik menemui Tuan Besar Simon. Kapan kamu berencana pergi ke sana?"Intan menopang dagu ke tangan dan mengedipkan mata pada Alfred. "Junior, Kakak dan Erik akan pergi ke sana besok."Entah mengapa, setelah tahu Alfred adalah anggota Taliani, Intan merasa lega dan jauh lebih leluasa di depan Alfred.Alfred terdiam dan memutar mata pada Intan. "Aku lebih tua darimu.""Ya, Junior, kamu lebih tua dariku." Intan tertawa girang. Tidak heran Alfred tidak pernah mengungkit hal ini, hanya mengatakan
Alfred adalah Panglima Pasukan Aldiso. Sekalipun harus menetap di ibu kota karena sudah tidak ada peperangan, kamp Pasukan Aldiso tidak jauh dari ibu kota. Ada banyak urusan militer, juga harus mengadakan pelatihan dari waktu ke waktu. Bagaimana bisa Alfred menjabat sebagai Ketua Kejaksaan Agung?Selain itu, Kejaksaan Agung bertanggung jawab atas kasus pidana dan peninjauan hukuman mati dalam kasus-kasus penting. Sebagian besar tugasnya bersifat administratif, sedangkan Alfred adalah jenderal.Jika Alfred menjadi Ketua Kejaksaan Agung, mengapa Alfred juga menjadi Komandan Pasukan Baja?Dengan dua jabatan itu, serta Panglima Pasukan Aldiso, bagaimana Alfred bisa membagi waktu?Alfred menjawab acuh tak acuh, "Token harimau dan kekuasaan militerku sudah diserahkan. Sekarang, Pasukan Aldiso sementara dipimpin oleh Petrus."Petrus Widyasono?Intan tahu, Petrus adalah seorang adipati. Dulu, Petrus memiliki reputasi yang tinggi di kemiliteran. Namun, setelah itu, Petrus terluka di medan peran
Ada banyak hal yang tidak dapat diungkapkan. Jadi, Alfred pamit.Intan merenung untuk waktu yang lama. Dia merasa dirinya sudah memahami beberapa hal, tetapi tidak sepenuhnya.Melihat Intan galau, Dayang Ita ragu sejenak dan hendak maju. Akan tetapi, Paman Toni menghentikan Dayang Ita dengan menggelengkan kepala. "Ambilkan makanan untuk Tuan Muda Erik. Sudah cukup lama Tuan Muda Erik latihan menulis, pasti capek."Dayang Ita menatap Paman Toni dan mengembuskan napas, lalu berucap, "Baik!"Dayang Ita pergi ke dapur. Paman Toni yang pincang menyusul ke dapur dan berbisik pada Dayang Ita, "Aku tahu kamu ingin beri tahu Nona, tapi sekarang bukan waktunya. Tunggu sampai mereka sudah menikah."Dayang Ita mengangguk. "Aku tahu. Aku hanya terbawa oleh suasana ketika melihat Nona galau. Aku tahu tidak boleh gegabah."Dayang Ita mengembuskan napas. "Aku juga baru tahu hari ini bahwa Raja Aldiso telah menyerahkan kekuasaan militer. Kalau dikaitkan dengan semua yang terjadi sebelumnya, aku tahu Ra