Intan mengedipkan mata. "Junior?"Ekspresi Alfred membeku. Lalu, Alfred memalingkan wajah dan mengeyel, "Aku bukan anggota Taliani. Guruku bilang aku tidak bergabung dengan Taliani, hanya jadi murid pribadinya.Mata Intan berbinar saat tersenyum. "Junior, jangan membohongi diri sendiri. Paman Guru adalah anggota Taliani. Sebagai muridnya, bagaimana mungkin kamu bukan anggota Taliani? Junior, kapan kamu masuk sekte?"Alfred berusaha untuk tersenyum dan mengubah topik. "Tadi kita bicarakan mau membawa Erik menemui Tuan Besar Simon. Kapan kamu berencana pergi ke sana?"Intan menopang dagu ke tangan dan mengedipkan mata pada Alfred. "Junior, Kakak dan Erik akan pergi ke sana besok."Entah mengapa, setelah tahu Alfred adalah anggota Taliani, Intan merasa lega dan jauh lebih leluasa di depan Alfred.Alfred terdiam dan memutar mata pada Intan. "Aku lebih tua darimu.""Ya, Junior, kamu lebih tua dariku." Intan tertawa girang. Tidak heran Alfred tidak pernah mengungkit hal ini, hanya mengatakan
Alfred adalah Panglima Pasukan Aldiso. Sekalipun harus menetap di ibu kota karena sudah tidak ada peperangan, kamp Pasukan Aldiso tidak jauh dari ibu kota. Ada banyak urusan militer, juga harus mengadakan pelatihan dari waktu ke waktu. Bagaimana bisa Alfred menjabat sebagai Ketua Kejaksaan Agung?Selain itu, Kejaksaan Agung bertanggung jawab atas kasus pidana dan peninjauan hukuman mati dalam kasus-kasus penting. Sebagian besar tugasnya bersifat administratif, sedangkan Alfred adalah jenderal.Jika Alfred menjadi Ketua Kejaksaan Agung, mengapa Alfred juga menjadi Komandan Pasukan Baja?Dengan dua jabatan itu, serta Panglima Pasukan Aldiso, bagaimana Alfred bisa membagi waktu?Alfred menjawab acuh tak acuh, "Token harimau dan kekuasaan militerku sudah diserahkan. Sekarang, Pasukan Aldiso sementara dipimpin oleh Petrus."Petrus Widyasono?Intan tahu, Petrus adalah seorang adipati. Dulu, Petrus memiliki reputasi yang tinggi di kemiliteran. Namun, setelah itu, Petrus terluka di medan peran
Ada banyak hal yang tidak dapat diungkapkan. Jadi, Alfred pamit.Intan merenung untuk waktu yang lama. Dia merasa dirinya sudah memahami beberapa hal, tetapi tidak sepenuhnya.Melihat Intan galau, Dayang Ita ragu sejenak dan hendak maju. Akan tetapi, Paman Toni menghentikan Dayang Ita dengan menggelengkan kepala. "Ambilkan makanan untuk Tuan Muda Erik. Sudah cukup lama Tuan Muda Erik latihan menulis, pasti capek."Dayang Ita menatap Paman Toni dan mengembuskan napas, lalu berucap, "Baik!"Dayang Ita pergi ke dapur. Paman Toni yang pincang menyusul ke dapur dan berbisik pada Dayang Ita, "Aku tahu kamu ingin beri tahu Nona, tapi sekarang bukan waktunya. Tunggu sampai mereka sudah menikah."Dayang Ita mengangguk. "Aku tahu. Aku hanya terbawa oleh suasana ketika melihat Nona galau. Aku tahu tidak boleh gegabah."Dayang Ita mengembuskan napas. "Aku juga baru tahu hari ini bahwa Raja Aldiso telah menyerahkan kekuasaan militer. Kalau dikaitkan dengan semua yang terjadi sebelumnya, aku tahu Ra
Sebagian besar anggota Keluarga Belima adalah pengusaha atau pemilih tanah. Tentu saja mereka memahami hal itu.Mereka adalah satu kesatuan. Bahkan jika tidak mendapatkan bantuan nyata, dengan status Keluarga Adipati Belima, orang lain akan waswas ketika ingin merundung anggota Keluarga Belima.Oleh karena itu, semua orang mendengarkan nasihat Tuan Besar Simon. Apalagi Keluarga Belima selalu bersatu. Seluruh Keluarga Adipati Belima pun hampir dibantai sehingga tidak ada orang yang benar-benar iri pada mereka.Setelah itu, Tuan Besar Simon lanjut berpidato. Erik mendengarkan dengan saksama dari samping.Dulu saat diadakan rapat keluarga, Erik yang masih tidak berhak untuk hadir. Jadi, Erik memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga setelah mendengar pidato Tuan Besar SimonErik tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Akan tetapi, Erik tahu dirinya tidak boleh melakukan kesalahan, tidak boleh mempermalukan ayah dan saudara lainnya, serta tidak boleh mempermalukan Keluarga Belima.Pada
Tabib Riel mengangguk. "Pertama, mau bicarakan kemajuan detoksifikasi Erik. Setelah pengobatan selama beberapa hari ini, aku melakukan pemeriksaan palpasi pada Erik hari ini. Hasilnya lebih baik dari yang kuperkirakan. Bengkak di tenggorokan Erik juga sudah mereda.""Benarkah?" Kemarin, Ahmar sudah mengatakan bahwa kemajuan Erik cukup signifikan. Akan tetapi, mendengar Tabib Riel mengatakan hal yang sama setelah melakukan pemeriksaan palpasi, Intan lebih girang lagi. "Baguslah. Terima kasih banyak, Tabib Ahmar."Tabib Ahmar tersenyum dan menerimanya. Dia telah memberi banyak kontribusi dalam beberapa hari terakhir.Tabib Riel menyeruput teh dan melanjutkan, "Kedua, seperti yang kamu katakan tadi. Kondisi tubuh Erik sudah cukup baik sekarang, sudah waktunya mengobati kaki Erik. Seperti yang sudah kuberitahukan sebelumnya, untuk mengobati kaki Erik, tulang kakinya harus dipatahkan dan dibenarkan kembali."Hati Intan menegang. "Aku tahu, itu akan sangat menyakitkan.""Tentu akan sangat me
Setelah Tabib Riel pergi, Intan membicarakan hal itu dengan Erik. Erik bisa memberi pendapat terhadap masalah yang terkait dengan dirinya sendiri.Tentu saja, bukan menyuruh Erik membuat keputusan. Jika Erik punya pendapat sendiri, akan lebih mudah bagi Intan saat membicarakan hal itu dengan Keluarga Kosasih.Setelah mendengar omongan Intan, Erik bersandar dalam pelukan Intan seraya tersenyum dan menulis di telapak tangan Intan: "Tabib Ahmar sudah bilang, itu akan sangat menyakitkan. Saat patah tulang waktu itu, aku rasa aku hampir mati."Intan meminta Erik untuk menuliskan ulang karena ada beberapa kata yang kurang jelas. Baru setelah itu, Intan paham dan bertanya, "Jadi, kamu mau menutup titik meridian untuk menghilangkan rasa sakit?"Erik menggelengkan kepala dan lanjut menulis: "Tapi aku tidak mau kalau itu berisiko dan mungkin akan tetap pincang setelah diobati. Sesudah dewasa, aku akan memimpin Keluarga Adipati Belima. Bagaimana bisa kepala keluarga itu pincang?"Erik mendongakka
Sesampainya di kamar Erik, Safira keluar untuk menyambut.Erik berbaring di ranjang dan menunggu untuk minum obat. Erik sudah memutuskan sembuh secara natural tanpa mengambil risiko sedikit pun.Erik melihat bahwa semua orang sudah datang dan tampak khawatir. Mereka ingin menghibur Erik, tetapi Erik memberikan tatapan teguh lebih dulu untuk menyemangati mereka.Semua orang merasa sedih. Erik baru berumur tujuh tahun, di usia yang seharusnya dimanjakan.Ketika Tabib Riel hendak memulai pengobatan, Alfred datang.Keluarga Kosasih tahu Erik telah diselamatkan oleh Alfred sehingga berencana mendatangi Kediaman Aldiso untuk mengucapkan terima kasih. Tak disangka malah bertemu di sana. Mereka langsung menghampiri Alfred dan mengucapkan terima kasih.Alfred melambaikan tangan sambil tersenyum dan berujar, "Itu hanya kebetulan, tidak perlu berterima kasih padaku. Aku datang hari ini untuk menemani Erik menjalani pengobatan. Jangan bicarakan yang lain dulu, utamakan pengobatan."Keluarga Kosasi
Tabib Riel sedang memikirkan teriakan Erik tadi. Tampaknya rasa sakit memiliki efek terhadap pemulihan pita suara Erik.Teriakan Erik membuat hati Tabib Riel sangat bergembira.Ahmar bisa membenarkan tulang, tetapi Tabib Riel turun tangan secara pribadi karena peduli pada Erik.Hal itu seolah-olah sudah terukir dalam benak Tabib Riel. Tabib Riel meraba-raba kaki Erik sampai ke bagian yang bengkok dan membenarkan kembali tulang itu.Sekujur tubuh Erik dibasahi keringat dan gemetar tanpa henti. Erik memegang pergelangan tangan Alfred dengan kedua tangan sampai kuku jarinya menancap ke dalam daging Alfred dan mengeluarkan darah.Patah tulang sungguh sangat menyakitkan.Khasiat dari obat pereda nyeri terlalu minim sehingga Erik tetap merasakan rasa sakit yang dahsyat. Lukanya di kaki, tetapi sekujur tubuh Erik terasa sakit.Setelah tulang kaki dibenarkan kembali, Tabib Riel mengoleskan salep dan mengikat kaki Erik ke papan kayu untuk mengukuhkannya. Erik harus beristirahat di ranjang sebel