Pada hari kelima, Intan tiba di Linggar pada siang hari.Intan singgah di penginapan dalam perjalanan, tetapi tidak punya selera makan dan tidak berani minum terlalu banyak air karena takut akan buang air kecil di jalan akan menunda waktu.Hanya dalam lima hari, Intan menjadi kurus.Berdasarkan alamat yang diberikan oleh Darius, Intan menggiring Guntur menuju Jalan Pir No. 13.Itu adalah aset milik Hakim Daerah Linggar. Darius mengatakan Raja Aldiso menginap di sana bersana anak itu.Intan berdiri di luar pintu dengan gelisah. Rumah itu terletak di dalam gang yang cukup lebar.Ada seorang penjaga di depan pintu yang mengenakan seragam pemerintah. Mungkin Alfred meminjam petugas dari kantor pemerintah untuk menjaga pintu.Melihat seorang gadis menggiring kuda ke sana tetapi tidak berani mengetuk pintu, pejabat itu memanggil dengan ragu, "Nona Intan?"Intan mengangguk, tetapi tidak bisa bersuara. Seperti ada sesuatu yang tersumbat di tenggorokan dan rongga dadanya.Melihat Intan mengangg
Intan merebut anak itu dari pelukan Alfred dan memeluknya erat-erat.Anak itu kurus kerempeng dan hanya bersisakan tulang, sungguh kurus.Tubuh anak itu bau dan rambutnya lengket. Entah bau itu berasal dari bau amis darah, rambut yang berminyak, atau sesuatu yang membusuk.Namun, Intan memeluk anak itu bagaikan memeluk harta paling berharga di dunia. Air mata Intan mengalir dengan deras di wajahnya.Anak itu tidak meronta, malah seperti anak ayam dan membiarkan Intan memeluknya. Air mata melintasi wajah anak itu yang kotor sehingga meninggalkan dua garis kuning.Anak itu tidak lagi agresif seperti saat menghadapi Alfred, melainkan diam seperti boneka. Walau sedang menangis, bola mata anak itu seolah-olah membeku.Melihat itu, hati Alfred yang ragu selama ini akhirnya memastikan bahwa anak itu adalah keturunan Keluarga Belima.Untung masih ada darah daging Keluarga Belima yang tersisa. Akan tetapi, tidak tahu bagaimana anak itu bisa kabur di tahun silam, juga entah bagaimana anak itu bi
Sampai tengah malam, Erik baru benar-benar bangun. Erik terbangun beberapa kali dengan linglung. Melihat Intan di sana, Erik perlahan memejamkan mata lagi.Walau tengah malam, lampu masih terang. Saat Erik sedang tidur, Intan sudah mengelap wajah Erik dengan air hangat. Wajah Erik sangat mirip Kak Harver, tetapi terlalu kurus.Erik menangis lagi setelah bangun. Sambil menangis, Erik tersenyum pada Intan. Lesung pipi Erik tampak lebih dalam karena wajahnya yang tirus.Intan membawa Erik pergi mandi. Erik berendam dalam bak mandi, sedangkan Intan mencucikan rambut Erik. Intan sedikit demi sedikit menggosok rambut Erik yang lengket dengan minyak osmanthus dan mencucinya lagi setelah itu.Usai mandi, Erik memakai pakaian baru. Pakaian itu dibeli berdasarkan ukuran tubuh anak berusia 7 tahun, tetapi terlalu besar bagi Erik.Namun, Erik sudah berpenampilan rapi.Begitu pelayan di dapur menghidangkan makanan, mata Erik berbinar. Erik secara naluriah mengambil sepotong daging dan memasukkan da
Butuh sesaat untuk membaca tulisan yang kacau itu dengan jelas.Intan menatap Erik dengan mata yang bengkak dan merah. Air mata Intan mengalir sekali lagi. Empat kata itu bagaikan pisau yang menusuk hati Intan, membuatnya meringkukkan badan karena sakit.Beberapa hari sebelum insiden pembantaian, Intan pulang ke Kediaman Adipati Belima untuk membicarakan peperangan di Kota Uldi dengan ibu.Ibu sangat khawatir kakek akan gugur di medan perang seperti ayah dan kakak-kakak. Intan menghabiskan beberapa waktu untuk menghibur ibu. Saat pergi, Intan tampak murung karena mengkhawatirkan kakek, juga mengkhawatirkan ibu.Di luar halaman kediaman ibu, Intan berpapasan dengan Erik. Erik bertanya apakah Intan murung. Intan tersenyum seraya membelai kepala Erik. "Bibi agak murung, tapi akan jadi senang lagi. Erik tidak perlu khawatir."Pada saat itu, Intan yang sedang galau hanya menjawab demikian.Mungkin Erik merasa bibinya sedang murung sehingga ingin membeli manisan buah untuk menghibur Intan.S
Usai menulis, Erik sudah sangat lelah.Intan menyuruh Erik beristirahat. Setelah Erik terlelap, Intan juga tidak rela untuk pergi.Intan khawatir jika dia meninggalkan Erik selangkah saja, semua ini akan hancur seperti mimpi dan kembali ke dunia nyata di mana Erik sudah meninggal.Hati Intan sangat perih. Erik telah mendapat penderitaan yang amat besar. Melihat Erik berjalan tertatih-tatih, hati Intan seperti ditusuk ribuan jarum.Alfred sedang melakukan persiapan untuk pulang ke ibu kota. Dengan kondisi Erik, Erik harus berobat ke Tabib Riel sesegera mungkin, tidak boleh menunda waktu lagi.Erik sudah berumur tujuh tahun, tetapi tinggi badan Erik sama seperti ketika masih berumur lima tahun, seolah-olah tidak pernah tambah tinggi dalam dua tahun ini. Entah racun apa lagi yang dimakan oleh Erik. Intan tidak akan bisa tenang jika hal itu tidak dicari tahu.Alfred meminta Hakim Daerah Linggar mengirim surat laporan darurat kepada Kaisar atas nama dirinya untuk menceritakan keadaan terseb
Begitu Erik tidur pulas, Intan mendatangi Alfred dan memperlihatkan tulisan Erik pada Alfred.Perasaan Alfred sangat kompleks setelah membaca tulisan Erik. Apakah dia sangat mirip pedagang manusia yang menyiksa Erik?Mungkin saja. Alfred punya aura yang sangat agresif karena telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di medan perang.Alfred perlahan menghela napas. "Pelan-pelan saja. Aku akan berusaha bersikap ramah dan lebih sering senyum padanya."Fisik dan batin Erik perlu disembuhkan."Maaf sudah merepotkanmu di sepanjang jalan ini." Rasa syukur Intan terhadap Alfred tidak dapat diungkapkan dengan ucapan terima kasih saja.Namun, ada satu hal yang harus Intan bicarakan dengan Alfred.Intan mengambil tusuk konde untuk menggerakkan sumbu lilin sehingga api menyala dengan lebih terang. Cahaya lilin di ruangan menyinari wajah Intan yang tidur dan bibir Intan yang pucat.Intan berkata perlahan, "Dengan kondisi Erik, dia tidak akan bisa berpisah dariku setidaknya untuk dua atau tiga
Pada akhirnya, di penginapan malam ini, ketika Alfred menggiring Intan turun dari kereta kuda, Erik memberanikan diri untuk melompat turun dari kereta kuda dan mengadang di tengah mereka, walau tubuhnya gemetar. Erik merentangkan tangan untuk melindungi Intan di belakangnya dan menatap Alfred dengan tatapan mata penuh rasa permusuhan.Erik sangat ketakutan. Kaki Erik yang kurus gemetar tiada henti. Bibirnya juga bergetar dan mengeluarkan suara tertahan untuk mengusir Alfred.Alfred dan Intan bertukar mata dengan bengong. Apa yang terjadi? Tidak hanya tidak efektif, malah menimbulkan efek sebaliknya."Ah!"Intan menepuk jidat karena tersadarkan. Erik tidak tahu bahwa dia sudah bukan istri Rudi, juga tidak tahu dia akan segera menikah dengan Alfred.Pada malam itu, Intan dan Erik berbincang sepanjang malam.Tidak bisa terus memperlakukan Erik seperti anak kecil lagi. Dalam dua tahun selama Erik mengemis di kalangan masyarakat, Erik dapat memahami banyak hal yang dia dengar.Erik bahkan m
Keesokan hari, Alfred sang kusir sangat bersemangat, walau ada lingkaran hitam di bawah matanya.Intan heran bagaimana Alfred bisa bersemangat walau kurang tidur.Selain lingkaran hitam di bawah mata, wajah dan mata Alfred bersinar terang.Setelah berbincang dengan Erik semalam, Serik sudah tidak begitu takut dan berwaspada lagi terhadap Alfred. Sesekali, Erik akan menyibak tirai dan diam-diam melihat Alfred dari belakang.Alfred seperti kakek? Kalau begitu, Alfred sangat hebat. Alfred hanya akan menyerang musuh, tidak akan menyakiti warga.Oleh karena itu, tidak perlu takut pada Alfred.Erik terus memberi tahu diri sendiri dalam hati di sepanjang jalan. Perlahan-lahan, Alfred menjadi seperti kakek dan ayahnya di mata Erik. Selain itu, Alfred akan menjadi suami dari bibi, menjadi kerabatnya.Saat sampai di Kabupaten Yaming, Erik mulai melakukan gestur tangan pada Alfred. Erik juga berani membiarkan Alfred membawanya pergi membeli kue sambil bergandengan tangan.Intan sangat senang terh