Tepat saat itu, makanan dihidangkan. Intan diam dan melihat satu per satu makanan yang disajikan. Di antara semua makanan Intan paling suka tim kepala ikan cabai. Ada cabai hijau dan merah, serta ada bihun di dasar piring, sungguh menggugah selera.Ada usus tumis kecap, bebek darah, bihun telur kepiting, iga kukus ketan, daging tumis cabai, dan tahu cabai garam. Ada lauk yang pedas, ada yang tidak pedas. Ruangan itu penuh aroma wangi.Intan sungguh lapar sehingga segera mengambil sendok sembari menjawab pertanyaan Alfred, "Sebelum berangkat, Paman Toni berpesan padaku. Dia bilang Pangeran Rafael punya banyak selir selama bertahun-tahun ini, tapi sebagian besar meninggal setelah melahirkan anak. Aku berpikir, kalau satu selir mati, mungkin itu kecelakaan atau karena pendarahan saat melahirkan. Tapi kalau begitu banyak selir yang mati, itu sangat mencurigakan."Setelah itu, Intan mengambil bihun di bawah kepala ikan cabai ke mangkuk. Bihun itu sangat lezat karena terendam dalam kuah peda
Intan juga menyadari bahwa Alfred langsung batuk setelah makan sampai wajahnya memerah. Alfred tidak kuat makan makanan pedas. Mengapa Alfred memilih restoran ini?Intan menggeser makanan yang tidak pedas ke depan Alfred dan berkata, "Meski suka makan pedas, tenggorokanmu tidak baik hari ini, pantang dulu. Makan yang tidak pedas saja.""Tenggorokanku memang sedang tidak baik." Alfred berdeham, merasa sangat tidak nyaman karena rasa pedas yang menetap lama di rongga mulutnya."Aku suruh pelayan bawakan semangkuk susu kambing untukmu." Intan beranjak dari kursi dan pergi membuka pintu ruangan, meminta pelayan membawakan semangkuk susu kambing."Susu bisa menghilangkan rasa pedas." Intan tersenyum seperti sedang menghibur anak kecil. "Cepat minum."Alfred meneguk susu kambing. Rasanya agak amis, tetapi dingin dan bisa diminum. Yang paling penting, itu adalah bentuk kepedulian Intan.Intan sudah menyadari kebenaran, tetapi tidak mengekspos kepura-puraan Alfred yang ingin menyenangkan hati
Alfred terus mengambilkan lauk untuk Intan, tetapi tidak menjawab pertanyaan Intan.Intan menyimpan keraguannya karena itu bukan hal yang sangat penting.Alfred tersenyum dan mengganti topik, "Melalui perayaan ulang tahun Putri Agung hari ini, bahan pembicaraan keluarga-keluarga bangsawan di ibu kota pasti bertambah banyak."Intan memelototi Alfred. "Ya, ada banyak nona bangsawan yang patah hati. Saat Nyonya Kartika mengumumkan kita akan menikah, tatapan mereka padaku penuh rasa permusuhan.""Banyak juga yang iri dan cemburu padaku," kata Alfred dengan penuh arti. Setidaknya, Rudi sudah menyesal, hati Kakak Kaisar juga tergerak."Tidak akan, siapa yang sudi menikahi wanita yang sudah talak sepertiku?"Alfred mengetuk kepala Intan dengan sendok. "Kamu akan segera jadi istri Raja Aldiso, kenapa masih merendahkan dirimu?""Begitulah pandangan orang dunia." Intan juga mengetuk kepala Alfred dan segera menghindar. Intan tersenyum seraya berujar, "Aku tidak akan merendahkan diri, aku tahu be
Sejak pulang dari perayaan ulang tahun Putri Agung, Nyonya Besar Diana jatuh sakit. Pada tengah malam, Nyonya Besar Diana demam tinggi dan terus mengigau.Nyonya Selen bergegas memanggil tabib pada malam itu juga, sedangkan Weli menyuruh Rudi yang tinggal di penginapan untuk pulang. Pada awalnya, Rudi mengira Weli berbohong. Akan tetapi, begitu pulang dan melihat ibu kejang-kejang sambil mengigau, Rudi baru tahu ibunya benar-benar sakit parah.Tidak seperti biasanya, Linda juga datang untuk merawat Nyonya Besar Diana. Sudah beberapa hari Linda tidak bertemu dengan Rudi. Linda yang angkuh tidak ingin pergi mencari Rudi. Linda berpikir, ini adalah rumah Rudi sehingga pria itu pasti akan pulang.Tanpa melirik Linda, Rudi bertanya dengan cemas, "Kenapa bisa sakit tiba-tiba dan separah ini?"Shayna menangis. "Karena apa lagi? Karena Intan! Dia juga pergi ke perayaan ulang tahun Putri Agung. Mentang-mentang akan menikah dengan Raja Aldiso, dia bahkan memarahi Putri Agung dan Putri Chelsea ..
Di tengah malam, pertengkaran pun pecah. Nyonya Selen merasa sangat letih sehingga berbalik badan dan pergi.Mendengar teriakan pria dan wanita, serta jeritan Shayna di belakang, Nyonya Selen berjalan pelan menuju aula utama halaman dalam. Dulu, Intan duduk di kursi di sana untuk menangani urusan rumah tangga.Intan selalu dengan sabar menangani urusan rumah tangga yang tak ada habisnya, dan ramah pada setiap orang. Ketika ibu mertua sakit di malam hari, Intan merawat ibu mertua sepanjang malam dan tidak tidur esoknya, lanjut menyibukkan apa yang seharusnya dilakukan.Intan seperti tidak kenal rasa lelah. Namun, siapa yang tidak bisa lelah? Intan hanya bertahan.Nyonya Selen tidak paham ketika dulu, tetapi sudah paham sekarang.Nyonya Selen duduk di kursi dengan letih sembari menatap aula utama yang kosong. Hanya ada satu lampu di depan koridor untuk menghemat minyak. Cahaya redup itu masuk ke aula, menerangi kursi dan meja yang sunyi. Kediaman Jenderal itu bagaikan makam.Nyonya Selen
Setelah Rudi mendapat jabatan, Linda juga berharap dirinya akan mendapat jabatan, walau menjadi anggota Pasukan Pengaman Ibu Kota atau anggota regu Pasukan Baja.Linda tahu dirinya telah melakukan kesalahan sehingga tidak akan mendapat jabatan yang terlalu tinggi. Bagaimanapun, dia adalah pemberi kontribusi terbesar dalam Peperangan Kota Uldi. Terlepas dari peperangan di Manuel, harusnya tidak sulit untuk mendapat jabatan.Selama memegang jabatan, Linda dapat berjaya kembali.Namun, pemikiran Linda terlalu sederhana. Intan pun hanya memegang jabatan formalitas, tidak perlu hadir di Divisi Pasukan Pengaman Ibu Kota, juga tidak perlu mengikuti pelatihan Pasukan Baja. Tentu saja, jika ada kebutuhan khusus, Intan dapat ikut serta. Bukan tidak boleh pergi, tetapi tidak perlu.Oleh karena itu, setelah menunggu selama beberapa hari, Linda mendapat dokumen penghapusan statusnya di Departemen Militer dan semua kontribusinya dalam kemenangan Kota Uldi.Linda bukan lagi jenderal, bahkan bukan lag
Ketika Alfred pergi ke Taliani, Nyonya Kartika mengutus orang untuk memanggil Intan ke istana.Melalui kejadian di perayaan ulang tahun Putri Agung, kesan Nyonya Kartika terhadap Intan sudah berubah. Akan tetapi, itu tidak cukup untuk membuat Nyonya Kartika menerima Intan menjadi menantunya.Setelah dipikir-pikir, Nyonya Kartika menyadari dia tidak bisa berbuat apa-apa. Intan bahkan berani begitu lancang terhadap Putri Agung. Oleh karena itu, pendekatan kasar tidak akan efektif.Jadi, Nyonya Kartika berencana untuk menggunakan pendekatan halus agar Intan menyerah dengan sendirinya.Sesampainya di Istana Palacio, Intan melihat bahwa kue dan teh sudah dihidangkan di atas meja. Nyonya Kartika yang sombong pun memaksa diri untuk tersenyum.Jelas terpaksa karena senyuman itu sangat kaku.Setelah Intan memberi hormat, Nyonya Kartika mengusir para pelayan dan mengobrol dengan Intan."Aku benar-benar berpikir demi kebaikanmu. Kamu ditipu oleh Alfred. Alfred sudah punya wanita pujaan dan bersum
Melihat wajah Intan yang cantik dan tubuh Intan yang seksi, sulit dibayangkan bahwa Intan dapat memotong manusia menjadi tiga bagian seperti yang Alfred katakan.Kemudian, Nyonya Kartika teringat akan perbuatan dan perkataan Intan di perayaan ulang tahun Putri Agung. Nyonya Kartika bertanya, "Kamu sudah menyinggung Putri Agung di hari itu. Kamu tidak takut dia akan balas dendam?"Intan menjawab dengan santai, "Dia hanya tong kosong yang nyaring bunyinya, buat apa takut padanya?"Nyonya Kartika menyeletuk dengan nada dingin, "Kamu masih terlalu muda, tidak tahu dia punya banyak trik dan taktik. Kalau dia diam-diam menyerangmu, kamu akan menderita.""Kalau dia menyerang secara diam-diam, kita serang terang-terangan. Kita bertindak secara terbuka dan lugas, tidak perlu takut dia. Sebaliknya, dia punya banyak rahasia tidak senonoh. Kalau ada rahasia, pasti ada titik kelemahan. Mudah sekali untuk melawannya."Sambil berkata, Intan mengepalkan tangannya yang memegang sebuah cangkir. Lalu, In