Share

Episode 2

"Apa maksud kamu?" tanya Zivanna yang tak percaya kalau Bryan melakukan pengkhianatan. Sebab dirinya saja tak pernah di sentuh, kini datang lagi perempuan yang dibawahnya secara terang-terangan seperti tak merasa berdosa melakukan hal itu.

"Semuanya sudah jelas, kami baru hari ini menikah dan akan tinggal bersama. Jadi kau harus baik-baik pada Chelsa." Bryan menjawab dengan sinis.

Chelsa merasa bangga karena dijadikan paling utama dibandingkan Zivanna yang merupakan istri pertama tapi disia-siakan.

Zivanna berusaha menahan tangisnya saat mengetahui fakta yang dilontarkan oleh Bryan. Begitu teganya melukai hatinya seakan dia dianggap patung yang tak punya perasaan.

Sampai sekarang Zivanna masih menunggu alasan Bryan melakukan hal ini sejak pertama kali jadi istrinya.

Zivanna mendekat dan menatap Bryan dengan penuh kebencian dibalik ada bulir yang terlihat jelas di matanya.

"Aku tak pernah tahu apa salahku. Tidak tahu alasanmu menikahiku dan membuat aku seperti tahanan yang punya salah, aku tak mau di madu. Lepaskan aku, karena aku berhak bahagia dan bebas darimu," ucap Zivanna penuh penekanan.

"Itu tak akan pernah terjadi sampai kapanpun. Tak akan pernah memberimu kebebasan seperti yang kau mau." Bryan lebih tegas dan menekankan tak akan mau berpisah dengan Zivanna sampai kapanpun itu.

"Apa? Kenapa kau begitu egois? Menyakiti perasaanku yang kau anggap batu. Aku tak mau tinggal denganmu lagi, aku akan pergi!" Zivanna kemudian masuk ke kamar dan membereskan pakainnya.

"Lebih baik tinggalkan saja dia, aku bisa memberikan hal yang lebih padamu," kata Chelsa menghasut suaminya dengan nada manja membuat Bryan seketika melepaskan dirinya.

"Jangan ikut campur dengan urusanku!" kata Bryan dengan nada yang tegas sambil menaikkan jari telunjuk kanan.

Chelsa tercengang dengan sikap Bryan yang tadi di depan Zivanna begitu mesra dan setelah perempuan itu pergi sifatnya langsung berubah.

Mereka melihat Zivanna yang menuruni anak tangga sambil membawa koper miliknya. Bryan melihat hal itu santai dan menatapnya dingin.

"Pengawal!?" teriak Bryan memanggil pengawal yang ada di rumahnya.

Mereka segera datang saat dipanggil membuat Zivanna ketakutan kalau Bryan akan menghalangi kepergiannya.

"Bawa Nyonya ke dalam kamarnya lalu kunci dia dari luar," titahnya membuat Zivanna meronta dua pengawal telah memegang kedua tangannya.

"Apa yang kau lakukan, Bryan? Aku tak mau tinggal denganmu lagi," kata Zivanna meronta minta dilepaskan, tapi kedua pengawal itu justru membawanya kembali ke dalam kamar dan menguncinya seperti perintah Bryan.

"Lepaskan aku! Aku tak mau tinggal disin, Bryan dasar laki-laki gila kamu. Sampai kapanpun aku tak akan pernah memaafkan perbuatanmu ini!?" teriak Zivanna sambil menggedor-gedor pintu dari dalam.

Suaranya yang menggema hingga kebawah membuat para pelayan merasa kasihan pada Zivanna.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dari gadis itu? Kenapa tak membiarkannya pergi saja?" tanya Chelsa heran dengan perlakuan Bryan pada Zivanna.

"Ada baiknya kau tak perlu tahu apapun dan jangan bertanya pada siapa saja. Lebih baik kau ke kamar yang sudah disiapkan oleh para pelayan dan tunggu aku," jawab Bryan dingin membuat Chelsa semakin bingung dengan apa yang dilakukan suaminya pada Zivanna.

Chelsa tak bertanya lagi soal perlakuan Bryan pada Zivanna, memilih untuk masuk ke kamarnya yang berada di lantai satu.

***

Saat makan malam, Zivanna dipanggil untuk turun makan. Namun, gadis itu menolak karena masih marah dengan Bryan. Ia juga tak sudi melihat kebahagiaan suaminya dengan istri keduanya.

Bryan, yang tak ingin terjadi sesuatu pada Zivanna. Bukan karena khawatir, tapi semuanya belum cukup untuk membuat istrinya itu menderita.

Bryan membuka pintu tanpa mengetuk, Zivanna justru tak membalikkan badan hanya terdiam sambil menatap langit malam membuat suasana hatinya menjadi sedikit tenang.

"Keluarlah ikut makan malam, aku tak ingin kau sakit lalu membawamu kesana dan ada celah untuk kabur." Bryan menjelaskan.

Tapi, Zivanna bergeming tak peduli dengan apa yang dikatakan Bryan saking bencinya gadis itu setelah membawa perempuan lain.

"Kau dengar aku?" Bryan membentak tapi tetap saja Zivanna terdiam seperti tak peduli dengan ucapan suaminya.

"Zivanna, jangan menguji kesabaranku," kata Bryan memperingatkan.

Tetap saja hening dan sama sekali tak menanggapi Bryan.

Bryan yang kesal menarik lengan Zivanna hingga tatapan mereka dekat. Namun, terlihat jelas pandangan gadis itu dingin sedang lelaki itu menatapnya dengan bengis.

"Apa kau tak mendengar apa yang kukatakan?" tanya Bryan dengan penuh penekanan.

"Anggap saja begitu," jawab Zivanna singkat.

Bryan yang semakin geram menarik tangan Zivanna yang hanya diam saja.

Chelsa yang melihat Bryan menarik tangan Zivanna menjadi cemburu dan kesal. Ia merasa kalau ini adalah taktik Zivanna agar dapat perhatian dari suaminya juga.

Setelah tibat di ruang makan, Bryan menghempaskan gadis itu dengan kasar. Chelsa tersenyum bahagia.

"Sekarang duduk dan makan, aku tak suka dibantah," titah Bryan.

Zivanna menurut duduk tepat di depan Chelsa yang tersenyum miris pada kakak madunya itu.

Ia yang merasa senyuman itu tertuju padanya menatap Chelsa dingin.

"Apa kau pikir dia tidak lagi beristri? Jangan terlalu bangga, sebab laki-laki yang mudah kepincut dengan perempuan murah seperti dirimu akan kembali membawa gundik-gundik yang tak punya rasa hormat," kata Zivanna dingin membuat Bryan dan Chelsa menatapnya nyalang.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau pikir laki-laki yang membawamu ke rumahnya untuk jadi kedua adalah pria baik? Sama sekali tidak." Kembali Zivanna mengatakan hal yang begitu menohok.

"Cukup!" Bryan memukul meja makan sambil berdiri menatap Zivanna dengan bengis. "Jadi kau menganggap aku adalah laki-laki yang suka bermain wanita?" tanyanya tak terima.

Zivanna meminum air yang ada di gelas dengan elegan tanpa peduli dengan kemarahan Bryan.

"Jika kau menganggap dirimu seperti itu, aku bisa apa?" tanya Zivanna kembali sembari menaikkan sedikit bahunya lalu menyantap makanan yang ada di hadapannya tanpa peduli yang ada di hadapannya sedang marah besar.

Chelsa yang merasa tersinggung berdiri dari kursinya.

"Aku tak mood lagi makan," katanya dengan tatapan tajam. Namun, Zivanna sama sekali tak peduli.

"Apa kau sadar dengan ucapanmu tadi? Apa itu tidak keterlaluan?" tanya Bryan geram.

Zivanna sama sekali tak peduli, ia lebih memilih melanjutkan makan dari pada mempedulikan pertanyaan Bryan sama sekali.

Sejak tadi ia berpikir saat di kunci di kamar, Zivanna merasa harus melawan bukan lagi diam seperti beberapa tahun ini.

"Zivanna!" pekik Bryan.

Zivanna menyimpan sendok makannya lalu menatap santai Bryan.

"Kenapa? Kau marah karena apa yang aku katakan semua adalah benar. Kenapa harus aku peduli dengan pemikiranmu padaku saat ini? Kau saja tak peduli saat membawa wanita murahan itu ke rumah." Zivanna berkata yang membuat Bryan semakin marah.

"Cukup!" sentak Bryan dengan dada kempis.

"Jika kau marah berarti semua itu betul." Zivanna tak peduli dengan sentakan Bryan. Ia tetap menikmati makanannya sampai habis dan meninggalkan Bryan yang terdiam bak patung.

Zivanna menghentikan langkahnya naik ke atas dan berbalik tersenyum puasa melihat kemarahan Bryan.

"Aku tak akan lagi tinggal diam," gumam Zivanna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status