"Bryan, kenapa dia sangat keterlaluan sih? Menganggap dirinya Nyonya di rumah ini padahal dia hanya istri yang tak dianggap." Chelsa menatap kesal pada Zivanna yang melarangnya pergi bertemu dengan teman-teman sosialitanya.
Ia tak mau sampai Bryan berubah pikiran. Harus bertemu dengan teman-temannya untuk mengabarkan pernikahan dengan Bryan sembari memamerkan diri meski jadi yang kedua tapi diutamakan. "Jangan sekali-kali berdebat denganku! Aku bukan lagi Zivanna yang selama dua tahun ini menjadi istri penurut. Aku tak main-main," kecam Zivanna memperingatkan pada Bryan tanpa peduli ocehan Chelsa. Bryan, menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. Kali ini ia berada dalam ancaman Zivanna yang sepertinya tak main-main. "Bryan, aku tetap pergi ya? Jangan dengarkan istrimu yang gila ini," hasut Chelsa dengan nada ketus. "Setidaknya aku lebih terhormat daripada kau yang menjadi kedua," sindir Zivanna membuat mata Chelsa mendelik. "Hentikan, Zivanna! Aku yang punya aturan di rumah ini, terserah aku mau memberikan izin kepada siapa. Kau tak berhak ikut campur dan sebagai istri harus mendengarkan apa kataku." Bryan menjelaskan dengan nada sedikit ditahan amarahnya yang ingin sekali meledak. Chelsa tersenyum sinis kala melihat Bryan lebih berpihak padanya dibandingkan Zivanna. "Kalau kau beranggapan seperti itu, aku juga manusia bukan tahananmu. Punya hak untuk pergi kemanapun aku mau, aku pastikan jika kau tetap memberikan izin maka pengawalmu semuanya akan kubuat bertekuk lutut padaku." Zivanna kembali mengatakan hal yang membuat Bryan heran dengan sikap istrinya. "Memang apa yang bisa kau lakukan?" tanya Bryan menantangnya. "Ada hal yang kau tidak tahu dariku dibalik kebaikan selama kita menjalin hubungan baik sebelum menikah. Aku bisa taekwondo dan pemegang sabuk hitam. Jika kau menantangku, pastikan semua pelayan dan pengawalmu akan keluar," jawab Zivanna serius membuat Bryan mendelik dengan jawaban istrinya yang telah pergi dari hadapannya begitu saja. "Apa? Kamu jangan percaya dia deh, Sayang. Aku yakin itu hanya gertakan darinya saja," ucap Chelsa tak mau suaminya sampai termakan jawaban Zivanna yang membuat dirinya tercengang. "Anton!?" teriak Bryan memanggil asistennya. Bryan, sama sekali tak peduli dengan ucapan istrinya. Justru ia penasaran tentang Zivanna. Dia hanya tahu gadis itu anak yatim-piatu yang selama ini dicarinya, karena dendam di masa lalu. Anton kini ada di belakangnya sambil menunggu perintah. "Cari tahu siapa Zivanna Mattew sebenarnya." Anton mengangguk dan pergi dari hadapan bosnya. "Memangnya kamu tidak tahu, Bryan soal Zivanna yang sesungguhnya?" tanya Chelsa heran. "Aku hanya tahu dia yatim-piatu dan balas dendam," jawab Bryan meninggalkan meja makan yang membuat Chelsa tercengang semakin tak mengerti. *** Saat siang tiba, Zivanna turun dari kamar makan siang. Disana telah ada Chelsa yang makan lebih dulu membuatnya tersenyum sinis, karena berhasil membuatnya tak pergi dari rumah. Chelsa memandangnya dengan rasa kesal saat, Zivanna tersenyum ke arahnya. Ia yakin saat ini gadis itu berada diatas awan. "Tak jadi pergi?" tanya Zivanna tak acuh sembari mengulas senyum. Chelsa mengalihkan pandangannya pada Zivanna yang duduk dihadapannya. "Kau pasti sudah puas membuatku tak bisa keluar." Chelsa mencebik kesal tanpa melihat ke arah Zivanna. "Setahun lagi kau pasti akan mendapatkan kejutan dalam hidupmu." Zivanna seakan tahu apa yang akan dilakukan Bryan setelah menikahi Chelsa. "Gak perlu berkata-kata yang tidak penting, aku yakin Bryan itu cintanya sama aku," ucap Chelsa percaya diri. "Heh, kita lihat saja nanti," balas Zivanna sambil tertawa miris. Chelsa tak lagi menanggapi memilih diam, begitu juga dengan Zivanna. Hanya ada suara sendok dan garpu saja. *** Setahun berlalu, Chelsa tak pernah di sentuh oleh Bryan. Mereka hanya tidur bersama tanpa saling membagi hasrat. Chelsa tak tahu mengapa Bryan menolak dirinya terus yang sudah berusaha membuat gairahnya naik. Namun, semua jadi sia-sia. Tidur hanya saling pelukan saja. Chelsa yang saat itu berada di rumah, keluar dari kamar dikejutkan oleh kedatangan Bryan bersama perempuan lain sambil merangkul lengan suaminya. "Siapa dia, Bryan?" tanya Chelsa bingung. "Terus kenapa dia merangkulmu dengan mesra?" "Dia adala Eveline Dalton, istriku juga dan semalam kami baru menikah." Bryan menjawab sambil tersenyum manis pada istri ketiganya. Bagai disambar petir, Chelsa tak menyangka kalau Bryan memberikannya juga madu. Ini seperti balasan yang dialaminya setahun lalu dimana bahagia menjadi yang kedua di depan Zivanna. "Dia, siapa sayang?" tanya Eveline. Chelsa yang tak bisa membendung kemarahannya langsung menyerang Eveline di depan Bryan tanpa peduli suaminya. "Kurang ajar kau! Beraninya kau menikah dengan suamiku." Chelsa terus menyerangnya membabi buta. "Hentikan!" Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi Chelsa saat tahu itu adalah ulah Bryan sendiri. "Kau menamparku?" tanya Chelsa tak percaya. "Makanya kau diam dan jangan menyerang orang secara sembarangan!" hardik Bryan dengan nada emosi membuat Chelsa menunduk. Zivanna dari atas melihat tontonan menarik sambil tersenyum puas melihat kedua istri Bryan bertengkar dan paling puas lagi satu tamparan mendarat di pipi Chelsa. Bryan yang masih menatap santai Eveline yang kesakitan, tanpa sadar kepalanya mendongak ke atas melihat senyum Zivanna yang mengembang. Bukan ini tujuan Bryan membuatnya pusing, tapi ingin melihat Zivanna yang menderita dengan kabar dirinya menikah yang ketiga kalinya. Sayang sekali penderitaan itu hanya berlangsung dua tahun saja. Zivanna melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan gaya elegannya. Menghampiri mereka berdua. "Gimana rasanya, Chelsa mendapatkan madu? Aku sudah memberitahumu kalau seorang laki- murahan akan membawa selir lainnya," ucap Zivanna dengan nada dingin menatap Bryan yang terlihat begitu kesal padanya. "Dia, siapa Bryan?" tanya Eveline yang belum tahu kalau suaminya punya dua istri yang ditahunya hanya satu dan rela di madu. "Zivanna, istri pertama." Eveline tercengang dengan jawaban Zivanna yang mengenalkan dirinya sendiri. "Jadi kamu punya dua istri dan sekarang aku adalah yang ketiga?" tanya Eveline tak percaya. "Ya begitulah," jawab Bryan dingin. "Aku tidak mau jadi yang ketiga, aku ingin satu-satunya lebih baik ceraikan mereka berdua," titah Eveline pada Bryan, karena menganggapnya pria itu sudah jatuh cinta dan bersedia melakukan apapun untuk dirinya. "Di rumahku bukan kau yang tentukan," balas Bryan membuat Eveline tercengang tak percaya. Zivanna dengan gaya angkuhnya sambil berpangku tangan menatap mereka semua secara bergantian. Chelsa sendiri menunduk, karena sangat malu mendapatkan tamparan dari Bryan. "Tapi, Bryan aku kau nikahi karena cinta. Jika sudah tak mau dengan mereka lebih baik ceraikan saja," ujar Eveline. "Aku setuju denganmu, aku ingin sekali berpisah dengan laki-laki ini yang bisanya cuma menyakiti hati." Zivanna menimpali ucapan Eveline dengan setuju pendapatnya. " Jangan harap! Lebih baik kau kembali ke kamar yang sudah di siapkan bersebelahan dengan Chelsa." Bryan memerintah istrinya dengan nada dingin. Zivanna tertawa.Lima tahun kemudian, Bryan kembali membawa wanita lain yang bernama Gloria Halton yang ia nikahi tiga hari lalu, tapi belum sempat membawa ke rumah sebab sangat dengan urusan pekerjaan.Semua istrinya berkumpul di meja makan, Zivanna nampak biasa dan mengabaikannya. Berbeda dengan Chelsa dan Eveline yang terlihat murka melihat wajah Gloria begitu bahagia."Hai semua, aku Gloria. Kalian adalah istri-istri Bryan. Aku sudah tahu," ucapnya sambil memperkenalkan diri tersenyum ramah."Meski kau istrinya, tapi aku adalah Ratunya dan kalian bertiga tetap selir." Zivanna mengatakan dengan sarkas membuat Gloria menatapnya tak suka."Jaga bicaramu, Zivanna!" Bryan memperingatkan."Aku benarkan? Kau mau berapa istri tetap saja selir. Meski kau tak peduli padaku tak ada yang bisa melengserku karena kau tak mau berpisah," kata Zivanna yang begitu bermulut tajam."Dan kau? Walau menjadi istri keempat tidak ada jaminan kelima dan seterusnya kan?" tanya Zivanna pada Gloria.Gloria membuang muka dan m
Gloria menatap Zivanna tajam. Beraninya dia menamparnya. "Apa!" gertak Zivanna tanpa rasa takut."Kau menamparku!" sungut Gloria marah."Terus kau mau apa? Kau membuat ulah, aku tak suka." Zivanna pun melanjutkan langkahnya naik ke atas tanpa peduli kemarahan Gloria."Berhenti kau!?" teriak Gloria dengan lantang.Kepala pelayan datang mendengar suara lantang Gloria."Nyonya, sebaiknya kau jangan berteriak mulai sekarang! Tuan muda tidak suka ada suara kebisingan," tegurnya.Gloria semakin marah dan menatap nyalang kepala pelayan yang berani menegurnya."Kau ini hanya babu, jangan mencoba menegurku!" bentak Gloria pada kepala pelayan."Aku hanya mengingatkan padamu, jika Tuan Bryan tak suka ada suara keributan apalagi suaramu menggema." Kepala pelayan menjelaskan maksudnya agar Gloria menjaga sikap."Ih, aku sangat kesal." Gloria hendak melayangkan tamparan pada kepala pelayan, tapi lelaki yang berumur lima puluh tahun menahannya."Jaga sikapmu! Semua istri-istri, Tuan tak ada yang se
"Aku ingin menikah denganmu." Bryan berkata penuh cinta dan serius kala melamar Zivanna Mattew.Bak gadis belia yang sudah beberapa bulan menjalin hubungan dengan lelaki itu. Dimana Zivanna sama sekali tak tahu Bryan Alexander seorang raja bisnis di Negara K.Zivanna yang sangat bahagia dilamar saat itu tanpa berpikir mengangguk dengan cepat dan langsung memeluk Bryan dengan penuh kebahagiaan.Sepintas senyum tersungging di bibir Bryan Alexander. Ia telah membuat gadis itu jatuh cinta padanya."Aku tidak akan menolak," kata Zivanna Mattew.Bryan pun mengurus pernikahan dalam waktu hanya beberapa minggu saja, karena ia termasuk orang paling kaya jadilah mudah baginya mempercepat pernikahannya dengan Zivanna.Kala itu Zivanna masih berusia dua puluh tahun duduk di bangku kuliah. Ia tak bertanya dengan Bryan soal pendidikan yang saat itu dikenyamnya. Sebab yakin kalau calon suaminya tak akan keberatan melanjutkan kuliah setelah meni
"Apa maksud kamu?" tanya Zivanna yang tak percaya kalau Bryan melakukan pengkhianatan. Sebab dirinya saja tak pernah di sentuh, kini datang lagi perempuan yang dibawahnya secara terang-terangan seperti tak merasa berdosa melakukan hal itu."Semuanya sudah jelas, kami baru hari ini menikah dan akan tinggal bersama. Jadi kau harus baik-baik pada Chelsa." Bryan menjawab dengan sinis.Chelsa merasa bangga karena dijadikan paling utama dibandingkan Zivanna yang merupakan istri pertama tapi disia-siakan.Zivanna berusaha menahan tangisnya saat mengetahui fakta yang dilontarkan oleh Bryan. Begitu teganya melukai hatinya seakan dia dianggap patung yang tak punya perasaan.Sampai sekarang Zivanna masih menunggu alasan Bryan melakukan hal ini sejak pertama kali jadi istrinya.Zivanna mendekat dan menatap Bryan dengan penuh kebencian dibalik ada bulir yang terlihat jelas di matanya. "Aku tak pernah tahu apa salahku. Tidak tahu alasanmu men
Zivanna keluar dari kamar berniat mencari udara segar di taman. Namun, yang dilihatnya adalah pemandangan yang langkahnya urung melanjutkan.Dia, pikir suaminya sedang menikmati malam pertama dengan istri keduanya. Namun, ia salah yang dilihatnya kemesraan mereka yang membuat Zivanna tertegun.Ada bulir di matanya melihat pemandangan yang seharusnya tidak mereka lakukan di tempat umum. Mengingat rumah Bryan banyak yang tinggal bukan hanya dirinya.Ia terus menatap keduanya tanpa pergi dari tempat itu. Zivanna larut dalam lamunannya. Niat ingin mencari udara segar untuk menghilangkan perasaan sedih dan gelisah.Namun, baru saja di depan pintu Bryan bercumbu mesra di taman belakang. Hal yang tak pernah Zivanna dapatkan.Rasanya ingin sekali memaki kedua orang yang tidak tahu malu itu."Dasar tidak punya malu!" Ia berusaha untuk sabar, tapi pada akhirnya Zivanna berteriak kencang hingga membuat dua orang itu terkejut dan membalikkan badan.Bryan tersenyum miris melihat kemarahan di waj
Gloria menatap Zivanna tajam. Beraninya dia menamparnya. "Apa!" gertak Zivanna tanpa rasa takut."Kau menamparku!" sungut Gloria marah."Terus kau mau apa? Kau membuat ulah, aku tak suka." Zivanna pun melanjutkan langkahnya naik ke atas tanpa peduli kemarahan Gloria."Berhenti kau!?" teriak Gloria dengan lantang.Kepala pelayan datang mendengar suara lantang Gloria."Nyonya, sebaiknya kau jangan berteriak mulai sekarang! Tuan muda tidak suka ada suara kebisingan," tegurnya.Gloria semakin marah dan menatap nyalang kepala pelayan yang berani menegurnya."Kau ini hanya babu, jangan mencoba menegurku!" bentak Gloria pada kepala pelayan."Aku hanya mengingatkan padamu, jika Tuan Bryan tak suka ada suara keributan apalagi suaramu menggema." Kepala pelayan menjelaskan maksudnya agar Gloria menjaga sikap."Ih, aku sangat kesal." Gloria hendak melayangkan tamparan pada kepala pelayan, tapi lelaki yang berumur lima puluh tahun menahannya."Jaga sikapmu! Semua istri-istri, Tuan tak ada yang se
Lima tahun kemudian, Bryan kembali membawa wanita lain yang bernama Gloria Halton yang ia nikahi tiga hari lalu, tapi belum sempat membawa ke rumah sebab sangat dengan urusan pekerjaan.Semua istrinya berkumpul di meja makan, Zivanna nampak biasa dan mengabaikannya. Berbeda dengan Chelsa dan Eveline yang terlihat murka melihat wajah Gloria begitu bahagia."Hai semua, aku Gloria. Kalian adalah istri-istri Bryan. Aku sudah tahu," ucapnya sambil memperkenalkan diri tersenyum ramah."Meski kau istrinya, tapi aku adalah Ratunya dan kalian bertiga tetap selir." Zivanna mengatakan dengan sarkas membuat Gloria menatapnya tak suka."Jaga bicaramu, Zivanna!" Bryan memperingatkan."Aku benarkan? Kau mau berapa istri tetap saja selir. Meski kau tak peduli padaku tak ada yang bisa melengserku karena kau tak mau berpisah," kata Zivanna yang begitu bermulut tajam."Dan kau? Walau menjadi istri keempat tidak ada jaminan kelima dan seterusnya kan?" tanya Zivanna pada Gloria.Gloria membuang muka dan m
"Bryan, kenapa dia sangat keterlaluan sih? Menganggap dirinya Nyonya di rumah ini padahal dia hanya istri yang tak dianggap." Chelsa menatap kesal pada Zivanna yang melarangnya pergi bertemu dengan teman-teman sosialitanya.Ia tak mau sampai Bryan berubah pikiran. Harus bertemu dengan teman-temannya untuk mengabarkan pernikahan dengan Bryan sembari memamerkan diri meski jadi yang kedua tapi diutamakan."Jangan sekali-kali berdebat denganku! Aku bukan lagi Zivanna yang selama dua tahun ini menjadi istri penurut. Aku tak main-main," kecam Zivanna memperingatkan pada Bryan tanpa peduli ocehan Chelsa.Bryan, menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya. Kali ini ia berada dalam ancaman Zivanna yang sepertinya tak main-main."Bryan, aku tetap pergi ya? Jangan dengarkan istrimu yang gila ini," hasut Chelsa dengan nada ketus."Setidaknya aku lebih terhormat daripada kau yang menjadi kedua," sindir Zivanna membuat mata Chelsa mendelik."Hentikan, Zivanna! Aku yang punya aturan di ru
Zivanna keluar dari kamar berniat mencari udara segar di taman. Namun, yang dilihatnya adalah pemandangan yang langkahnya urung melanjutkan.Dia, pikir suaminya sedang menikmati malam pertama dengan istri keduanya. Namun, ia salah yang dilihatnya kemesraan mereka yang membuat Zivanna tertegun.Ada bulir di matanya melihat pemandangan yang seharusnya tidak mereka lakukan di tempat umum. Mengingat rumah Bryan banyak yang tinggal bukan hanya dirinya.Ia terus menatap keduanya tanpa pergi dari tempat itu. Zivanna larut dalam lamunannya. Niat ingin mencari udara segar untuk menghilangkan perasaan sedih dan gelisah.Namun, baru saja di depan pintu Bryan bercumbu mesra di taman belakang. Hal yang tak pernah Zivanna dapatkan.Rasanya ingin sekali memaki kedua orang yang tidak tahu malu itu."Dasar tidak punya malu!" Ia berusaha untuk sabar, tapi pada akhirnya Zivanna berteriak kencang hingga membuat dua orang itu terkejut dan membalikkan badan.Bryan tersenyum miris melihat kemarahan di waj
"Apa maksud kamu?" tanya Zivanna yang tak percaya kalau Bryan melakukan pengkhianatan. Sebab dirinya saja tak pernah di sentuh, kini datang lagi perempuan yang dibawahnya secara terang-terangan seperti tak merasa berdosa melakukan hal itu."Semuanya sudah jelas, kami baru hari ini menikah dan akan tinggal bersama. Jadi kau harus baik-baik pada Chelsa." Bryan menjawab dengan sinis.Chelsa merasa bangga karena dijadikan paling utama dibandingkan Zivanna yang merupakan istri pertama tapi disia-siakan.Zivanna berusaha menahan tangisnya saat mengetahui fakta yang dilontarkan oleh Bryan. Begitu teganya melukai hatinya seakan dia dianggap patung yang tak punya perasaan.Sampai sekarang Zivanna masih menunggu alasan Bryan melakukan hal ini sejak pertama kali jadi istrinya.Zivanna mendekat dan menatap Bryan dengan penuh kebencian dibalik ada bulir yang terlihat jelas di matanya. "Aku tak pernah tahu apa salahku. Tidak tahu alasanmu men
"Aku ingin menikah denganmu." Bryan berkata penuh cinta dan serius kala melamar Zivanna Mattew.Bak gadis belia yang sudah beberapa bulan menjalin hubungan dengan lelaki itu. Dimana Zivanna sama sekali tak tahu Bryan Alexander seorang raja bisnis di Negara K.Zivanna yang sangat bahagia dilamar saat itu tanpa berpikir mengangguk dengan cepat dan langsung memeluk Bryan dengan penuh kebahagiaan.Sepintas senyum tersungging di bibir Bryan Alexander. Ia telah membuat gadis itu jatuh cinta padanya."Aku tidak akan menolak," kata Zivanna Mattew.Bryan pun mengurus pernikahan dalam waktu hanya beberapa minggu saja, karena ia termasuk orang paling kaya jadilah mudah baginya mempercepat pernikahannya dengan Zivanna.Kala itu Zivanna masih berusia dua puluh tahun duduk di bangku kuliah. Ia tak bertanya dengan Bryan soal pendidikan yang saat itu dikenyamnya. Sebab yakin kalau calon suaminya tak akan keberatan melanjutkan kuliah setelah meni