Share

chapter 73

Author: Arsy You
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah sepulangnya Rudy, Indra dan Dinda masih saling diam. Mereka canggung untuk bicara apa, kontras sekali dengan suasana hati mereka saat ini.

"Dinda...!" panggil Indra pelan.

"Hmm..!" gumam Dinda.

"Mengapa kamu datang di saat yang tidak tepat!" itulah pertanyaan Indra, yang menyesalkan kehadiran Dinda, di saat ia dalam keadaan mabuk berat.

"Huhft...! Sebenarnya aku tidak ingin lagi bertemu denganmu Indra!" ucap Dinda pelan.

"Apa maksudnya, Din?" tanya Indra heran.

"Kamu pasti mendengar kata-kata yang diucapkan, Mas Rudy tadi!"

"Yaaah... Rudy pernah menceritakan masalalunya kepadaku! Dan selama ini dia terus mencari, keberadaan wanita yang begitu dia cintai! Bodohnya aku, tidak mengetahui siapa wanita itu!"

"Wanita itu adalah aku, In!" jawab Dinda.

"Yaaa, akhirnya aku tau, tapi saat semuanya terlambat!"

"Apa maksudnya..!" Dinda menyipitkan matanya mendengar ucapan Indra.

"Yaa....
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 74

    "Maaf Tuan Frass! Saya ingin melaporkan jika, acara pernikahan Den Indra akan diadakan sekitar satu minggu lagi!"lapor seorang pria berbadan tegap berisi bernama Jeki, yang merupakan orang suruhan Frass, sambil meletakkan selembar map yang berisi data lengkap Nisa dan keluarganya."Dasar anak keras kepala! Gagalkan rencana mereka! Aku tidak mau sampai pernikahan itu terjadi!" perintah Frass, tanpa melihat isi map di depannya."Kalau boleh tau, apa perlu kamu menghilangkan nyawa calon istrinya, Tuan?" "Jangan...! Itu akan membuat Indra curiga padaku!" ucapnya melarang.Frass berpikir sejenak, memang dia tak merestui Nisa menjadi menantunya, namun untuk menghilangkan nyawa, bukanlah tujuannya."Siapa saja orang yang ada disekitar, wanita itu?" selidik Frass."Mbak Nisa cuma tinggal bersama Ayahnya, juga anak laki-laki berusia enam atau tujuh tahun, Tuan!" lapor Jeki."Anak laki-laki?" gumam Frass terdiam. Dia mencoba

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 75

    Nisa segera bergegas ke depan, di situ sudah banyak orang yang mengerumuni. Nisa menerobos kerumunan, dan ingin memastikan, jika benar Ayahnyalah yang menjadi korban tabrak lari tersebut.Saat kejadian, pak Faisal ingin membuang sampah, kegiatan rutinnya jika sedang tak ada kegiatan. Selama ini Nisa maupun para pegawai Nisa sudah sering melarang, namun dasarnya pak Faisal memang bukan tipe orang yang suka duduk diam, maka ia akan melakukan apa saja yang dapat ia lakukan.Saat ia membuang sampah ke tempat sampah, yang kebetulan posisi tong sampah berada di seberang jalan, tanpa disadarinya jika saat itu, sebuah kendaraan sepeda motor melaju dengan kencang. Karena paktor usia, pak Faisal tidak dapat bergerak cepat, hingga menyebabkan kecelakaan itu terjadi.Nisa segera menghubungi Rumah Sakit terdekat, setelah itu Nisa meminta pertolongan warga, untuk mengangkat tubuh Ayahnya ke teras Rumah Makannya, sambil menunggu ambulans tiba.Dinda da

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 76

    Mendengar jika calon mertuanya kecelakaan, Indra bergegas menyusul Nisa ke Rumah Sakit."Bagaimana kondisi Ayah, Nis?" tanya Indra khawatir, begitu tiba di kamar perawatan calon mertuanya."Kondisinya udah stabil, namun patah tulang di tangan Ayah, nampaknya perlu waktu lama buat sembuh total!" jawab Nisa tak semangat."Yang sabar ya, sayang! Kita akan sama-sama merawat Ayah, nanti!" hibur Indra."Hmm....! Owh ya, kamu tadi mampir ke rumah nggak?" tanya Nisa memandang Indra."Nggak, aku tadi mau ke sana, tapi aku dapat telpon dari Ardy, bilang Ayah kecelakaan. Makanya aku buru-buru ke sini!" "Owh.....!"' jawab Nisa."Maaf ya, bukan aku melupakan Ahmad, tapi tadi Ardy bilang, bahwa dia yang menemani Ahmad sampai kamu pulang! Makanya aku gak ke sana!" jelas Indra yang berpikir Nisa mengkhawatirkan putra mereka."Iya aku tau, kalau Ardy yang menemani Ahmad! Aku hanya mengkhawatirkan Dinda!" ujar Nisa."Dinda..

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 77

    Nisa masih terdiam mematung, ada perasaan takut pada calon mertuanya itu, namun ada juga perasaan kesal, jika teringat dengan kata-kata dari tamunya ini.Frass tak kalah diam, dia memandang wajah Nisa secara seksama, barulah ia sadari jika wajah Nisa persis seperti wajah Mutia, wanita yang pernah ia cintai."Hm..hm..! Maaf, apa kedatangan anda hanya untuk meminta saya untuk membatalkan pernikahan kami? Atau anda ingin mengatakan, jika saya tak pantas untuk bersanding dengan putra anda, Tuan Frasetyo yang terhormat?" tanya Nisa lugas tanpa rasa takut.Frass menyimak ucapan Nisa, dia maklum jika Nisa akan berkata seperti itu, mengingat apa yang pernah dia lakukan dulu. Namun tak sedikitpun ada rasa benci dan kesal dalam hati Frass, melihat bagaimana beraninya ibu dari cucunya itu bicara padanya, yang notabene adalah calon mertuanya kembali."Hallo, Tuan Frasetyo! Apa yang saya katakan tadi, ada salah satunya yang menjadi tujuan anda untuk datang ke

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 78

    Saat Nisa masih berbicara dengan calon mertuanya, pintu diketuk dari luar."Tok...tok...! Assalamualaikum Bunda!" sapa bocah laki-laki yang langsung membuka pintu dan menongolkan kepalanya."Waalaikumsalam, sayang! Ahmad datang sama siapa, nak?" tanya Nisa sambil memeluk dan mencium pipi putranya.Frass melihat interaksi keduanya, dan tak terasa airmatanya menetes, saat melihat kehadiran cucu yang selama ini tak ia ketahui kehadirannya."Ahmad diantar Ayah! Tapi Ayah masih di belakang!" jawab Ahmad lancar."Ya udah, lain kali harus sama-sama Ayah, ya sayang! Gak baik kalau anak kecil jalan sendiri!" nasehat Nisa dengan penuh kelembutan."Baik Bun!" jawab Ahmad cepat. Tiba-tiba mata Ahmad menangkap sosok asing baginya, Ahmad yang merupakan anak hobi bertanya, langsung bertanya "Itu siapa, Bun! Teman Bunda, atau teman Kakek?" tanya Ahmad polos.Nisa memandang ke arah Frass, terlihat senyuman di wajah Frass.Frass

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 79

    Setelah diskusi tentang pengobatan lanjutan, Dokter akhirnya mengijinkan pak Faisal pulang, namun dengan catatan harus membawa seorang perawat dan masih dalam pantauan Dokter.Esok adalah hari pernikahan Nisa, dari sore tadi, mereka semua sudah berangkat ke Hotel, tempat mereka melangsungkan pernikahan esok hari. Dinda selalu berada di sisinya, Nisa ingin menghabiskan saat-saat terakhir ia menjanda, bersama dengan sahabat karibnya, sebelum dia kembali berumah tangga.Sementara pak Faisal juga ditempatkan di kamar bersebelahan dengan Nisa, dengan tujuan jika sesuatu terjadi padanya, cepat diketahui olehnya.Ahmad memilih ikut opanya ke rumah mewah Frass, semenjak mengenal Ahmad, Frass tak ingin jauh dari cucunya itu. Bahkan, Frass sudah merencanakan untuk mengalihkan semua asetnya atas nama Ahmad, ia telah membagikan seluruh asetnya pada putrinya yang saat ini, tinggal di luar negeri mengikuti suaminya, juga sebagian telah ia berikan pada Indra.

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 80

    Semua telah siap dengan penampilan yang rapi dan menarik. Indra yang saat ini menggunakan baju kemeja dan jas berwarna coklat, terlihat begitu tampan. Indra berjalan ke arah penghulu di dampingi Ayahnya dan Ahmad, yang juga berpakaian seragam dengan ayahnya . Mereka bagai pinang dibelah dua. Dari wajah saja, orang sudah tau jika Ahmad adalah putra Indra.Namun banyak yang tidak tau, jika wanita yang akan dinikahi Indra, adalah wanita yang pernah melahirkan putranya itu.Sebelumnya tidak ada yang menduga, jika Indra sudah pernah menikah sebelumnya, namun setelah melihat wajah Ahmad, barulah orang-orang percaya.Pak Faisal yang masih duduk di kursi roda, telah duduk bersama penghulu, karena kondisi beliau yang masih belum fit, terpaksa pak Faisal didampingi perawat.Rudy datang seorang diri, dia sengaja datang demi menghargai sahabatnya itu. Namun dia tak bisa membawa Bella, karena kehamilan istrinya yang semakin membesar, ditamb

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 81

    Dinda masih mematung di atas tempat tidur, ia bingung menghadapi permasalahan yang akan membuat gempar seluruh suasana pesta. Dia takut, jika karena kehamilan yang telah diketahui, akan membatalkan pernikahan sahabat terbaiknya. Namun jika dia diam, orang-orang akan menganggap dia wanita gak bener. Ya, mana ada wanita baik-baik hamil di luar nikah seperti ini, pikirnya.Nisa masuk bersama rombongan tim Mua, yang dari tadi mendesak Nisa, agar mau secepatnya di hias dan dandani."Bagaimana Din! Udah tenang?" tanya Nisa menghampiri Dinda yang nampak termenung."Oh..eh..! Iya, aku gak apa-apa kok Nis! Kamu lanjutin aja dandannya, sebentar lagi acaranya mulai 'kan?" jawab Dinda berusaha tenang."Oke...tapi ingat! Kamu berhutang penjelasan padaku!" ujar Nisa serius."Iya..iya..! Nanti aku cerita kok, ya!" jawab Dinda tersenyum. Dalam hati Dinda menangis, kebahagiaan yang akan diraih sahabatnya, merupakan sebuah kehancuran masa depanny

Latest chapter

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 162

    Bu Susy tersadar dari tidurnya kaget, melihat suasana berbeda dengan tempat yang ia tempati beberapa bulan terakhir. Dalam kebingungan, ibu Susy berteriak. Tak berapa lama, seorang perawat yang bertugas melayani para penghuni panti, datang. "Ada apa, Bu?" tanya perawat tersebut. "Hapa... hamu...?" tanya bu Susy heran. "Saya perawat di sini, Bu! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya perawat yang telah terbiasa berinteraksi dengan orang stroke, membuat ia bisa mengartikan bahasa tak jelas dari ibu Susy."Hana, haman, haku hau haman!" "Maaf Bu, Bapak Arman sendiri, yang mengantarkan Ibu ke sini! Saat ini, Bapak Arman sudah pulang! Ibu bisa tenang, Ibu berada di tempat yang khusus merawat para orangtua, yang tak sempat, di rawat anak-anak mereka!"Betapa kagetnya bu Susy setelah mendengar penjelasan perawat. Ia nampak shock, tak menyangka jika ia akan dibuang oleh anaknya sendiri. Bu Susy menangis, ia menyesal

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 165

    "Apaan sih, Mas! Aku malah bahagia, jika mereka bisa tetap bersama selamanya! Lagi pula, aku udah punya kamu, ngapain harus menyemburukan suami orang?" jawab Nisa sambil nyelendot di tangan Rasya. Hati Rasya berbunga-bunga, dengan ungkapan perasaan istrinya. "Terimakasih sayang! Aku harap, apapun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik! Aku tak mau mengalami kegagalan, dalam rumahtangga kita!""Aamiiiin....! Sama-sama, sayang!" jawab Nisa tersenyum manis. Nisa merasa bahagia, dengan selesainya semua permasalahan yang ia rasakan selama ini, Nisa akhirnya bisa merasa lega. "Mas.... aku bahagia banget, masalalu yang dulu aku alami terasa berat, ternyata memberi kebahagiaan bagiku, di masa sekarang!" ucap Nisa memandang jalanan di depan. "Syukurlah, tapi aku akan berusaha, memberikan kebahagiaan bukan cuma saat ini, tapi selamanya!""Aamiiiin...!"Kedua suami istri tak jadi pulang ke rumah, tapi justru mereka

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 164

    "Terimakasih atas saran lo, Nis! Aku akan lihat, bagaimana Indra menyadari kesalahannya! Jika memang dia pantas untuk dipertahankan, maka aku akan berusaha mempertahankannya!" jawab Dinda santai. "Bagus deh, semoga Allah memberikan kebaikan untuk rumahtangga kalian!""Aamiiin....!" balas Dinda atas do'a Nisa. "Oh iya Nis! Aku mau minta maaf, ya! Nama kamu, ikut digunakan oleh mendiang anakku!' jawab Dinda sedih teringat dengan kematian putri kecilnya. "Gak papa, kok! Lagian, nama itu 'kan belum aku bikinkan lisensinya, jadi siapa aja boleh menggunakannya! Apalagi aku cantik, aku yakin siapapun yang menggunakan nama itu, pasti cantik kayak aku!" jawab Nisa enteng. Dinda melongo dengan kenarsisan sahabatnya, sejak kapan, pikirnya "Lo baik-baik aja, 'kan, Nis?" tanya Dinda sambil menempelkan tangannya di dahi Nisa. "Apaan sih, Din! Orang sehat begini, malah dibilang sakit!" gumam Nisa sewot. "Tunggu.... tunggu! Sejak

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 163

    "Assalamualaikum....!" ucap salam Nisa yang di depan sebuah rumah minimalis, ditemani suaminya. "Rumahnya, asri ya Mas!" ucap Nisa sambil melihat-lihat lingkungan rumah sahabatnya. "Kamu suka?" tanya Rasya merangkul tubuh istrinya kepelukan. "Banget, aku itu sukanya suasana alam, ya.... seperti taman ini, Mas!""Nanti kita beli satu, rumah yang ada tamannya!" jawab Rasya enteng. "Awh....!" jerit Rasya yang mendapat cubitan dari istrinya. "Apaan sih, sayang! Main cubit aja!" sungut Rasya sambil menggosok perutnya. "Kamu yang apaan, Mas! Beli rumah, kayak beli gado-gado, pemborosan tau!" protes Nisa. "Kan kamu ingin suasana seperti ini, sayang!" jawab Rasya membela diri. "Tapi nggak gitu juga konsepnya, kali...!" jawab Nisa heran dengan pola pikir suaminya. "Waalaikum salam....! Maaf, cari siapa, ya?" tanya wanita paruhbaya yang membukakan pintu. Rasya dan Nisa menoleh ke pintu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 161

    "Dasar, adik ipar perhitungan! Baru aja dimintai pertolongan beberapa kali, udah main kabur!" omel Arman di sepanjang jalan. Sampai di rumah, emosi Arman semakin membengkak! Ibunya yang duduk di atas kursi roda, melemparkan perabotan rumah yang tidak seberapa, ke segala arah. "Mama apa-apaan sih, Ma! Udah gak bisa bantu beres-beres, malah berantakin rumah begini!" Melihat kedatangan putranya, bu Susy tambah meradang. Semua barang benda yang dapat terjangkau oleh tangannya, ia lemparkan kepada Arman. "Huh.... huh...!" Sambil melempar, hanya kata gak jelas yang keluar dari bibirnya. "Ma.... jika Mama terus-terusan seperti ini, Arman pastikan Mama akan menyesal!" bentak Arman memandang tajam. "Mama mikir gak, sih! Mama baru aja keluar dari Rumah Sakit, bukannya istirahat malah marah nggak jelas begini!" omel Arman sambil mengumpulkan pecahan beling yang berserakan di lantai."Hamu... hak.. hecus, hurus hibu!" ujar bu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

DMCA.com Protection Status