Nisa masih terdiam mematung, ada perasaan takut pada calon mertuanya itu, namun ada juga perasaan kesal, jika teringat dengan kata-kata dari tamunya ini.
Frass tak kalah diam, dia memandang wajah Nisa secara seksama, barulah ia sadari jika wajah Nisa persis seperti wajah Mutia, wanita yang pernah ia cintai."Hm..hm..! Maaf, apa kedatangan anda hanya untuk meminta saya untuk membatalkan pernikahan kami? Atau anda ingin mengatakan, jika saya tak pantas untuk bersanding dengan putra anda, Tuan Frasetyo yang terhormat?" tanya Nisa lugas tanpa rasa takut.Frass menyimak ucapan Nisa, dia maklum jika Nisa akan berkata seperti itu, mengingat apa yang pernah dia lakukan dulu. Namun tak sedikitpun ada rasa benci dan kesal dalam hati Frass, melihat bagaimana beraninya ibu dari cucunya itu bicara padanya, yang notabene adalah calon mertuanya kembali."Hallo, Tuan Frasetyo! Apa yang saya katakan tadi, ada salah satunya yang menjadi tujuan anda untuk datang keSaat Nisa masih berbicara dengan calon mertuanya, pintu diketuk dari luar."Tok...tok...! Assalamualaikum Bunda!" sapa bocah laki-laki yang langsung membuka pintu dan menongolkan kepalanya."Waalaikumsalam, sayang! Ahmad datang sama siapa, nak?" tanya Nisa sambil memeluk dan mencium pipi putranya.Frass melihat interaksi keduanya, dan tak terasa airmatanya menetes, saat melihat kehadiran cucu yang selama ini tak ia ketahui kehadirannya."Ahmad diantar Ayah! Tapi Ayah masih di belakang!" jawab Ahmad lancar."Ya udah, lain kali harus sama-sama Ayah, ya sayang! Gak baik kalau anak kecil jalan sendiri!" nasehat Nisa dengan penuh kelembutan."Baik Bun!" jawab Ahmad cepat. Tiba-tiba mata Ahmad menangkap sosok asing baginya, Ahmad yang merupakan anak hobi bertanya, langsung bertanya "Itu siapa, Bun! Teman Bunda, atau teman Kakek?" tanya Ahmad polos.Nisa memandang ke arah Frass, terlihat senyuman di wajah Frass.Frass
Setelah diskusi tentang pengobatan lanjutan, Dokter akhirnya mengijinkan pak Faisal pulang, namun dengan catatan harus membawa seorang perawat dan masih dalam pantauan Dokter.Esok adalah hari pernikahan Nisa, dari sore tadi, mereka semua sudah berangkat ke Hotel, tempat mereka melangsungkan pernikahan esok hari. Dinda selalu berada di sisinya, Nisa ingin menghabiskan saat-saat terakhir ia menjanda, bersama dengan sahabat karibnya, sebelum dia kembali berumah tangga.Sementara pak Faisal juga ditempatkan di kamar bersebelahan dengan Nisa, dengan tujuan jika sesuatu terjadi padanya, cepat diketahui olehnya.Ahmad memilih ikut opanya ke rumah mewah Frass, semenjak mengenal Ahmad, Frass tak ingin jauh dari cucunya itu. Bahkan, Frass sudah merencanakan untuk mengalihkan semua asetnya atas nama Ahmad, ia telah membagikan seluruh asetnya pada putrinya yang saat ini, tinggal di luar negeri mengikuti suaminya, juga sebagian telah ia berikan pada Indra.
Semua telah siap dengan penampilan yang rapi dan menarik. Indra yang saat ini menggunakan baju kemeja dan jas berwarna coklat, terlihat begitu tampan. Indra berjalan ke arah penghulu di dampingi Ayahnya dan Ahmad, yang juga berpakaian seragam dengan ayahnya . Mereka bagai pinang dibelah dua. Dari wajah saja, orang sudah tau jika Ahmad adalah putra Indra.Namun banyak yang tidak tau, jika wanita yang akan dinikahi Indra, adalah wanita yang pernah melahirkan putranya itu.Sebelumnya tidak ada yang menduga, jika Indra sudah pernah menikah sebelumnya, namun setelah melihat wajah Ahmad, barulah orang-orang percaya.Pak Faisal yang masih duduk di kursi roda, telah duduk bersama penghulu, karena kondisi beliau yang masih belum fit, terpaksa pak Faisal didampingi perawat.Rudy datang seorang diri, dia sengaja datang demi menghargai sahabatnya itu. Namun dia tak bisa membawa Bella, karena kehamilan istrinya yang semakin membesar, ditamb
Dinda masih mematung di atas tempat tidur, ia bingung menghadapi permasalahan yang akan membuat gempar seluruh suasana pesta. Dia takut, jika karena kehamilan yang telah diketahui, akan membatalkan pernikahan sahabat terbaiknya. Namun jika dia diam, orang-orang akan menganggap dia wanita gak bener. Ya, mana ada wanita baik-baik hamil di luar nikah seperti ini, pikirnya.Nisa masuk bersama rombongan tim Mua, yang dari tadi mendesak Nisa, agar mau secepatnya di hias dan dandani."Bagaimana Din! Udah tenang?" tanya Nisa menghampiri Dinda yang nampak termenung."Oh..eh..! Iya, aku gak apa-apa kok Nis! Kamu lanjutin aja dandannya, sebentar lagi acaranya mulai 'kan?" jawab Dinda berusaha tenang."Oke...tapi ingat! Kamu berhutang penjelasan padaku!" ujar Nisa serius."Iya..iya..! Nanti aku cerita kok, ya!" jawab Dinda tersenyum. Dalam hati Dinda menangis, kebahagiaan yang akan diraih sahabatnya, merupakan sebuah kehancuran masa depanny
Seketika suasana hening melanda ruang kamar mereka, tim Mua yang ingin mempercepat pekerjaannya juga, merasa tak berani meminta mempelai untuk secepatnya ditangani.Dinda hanya mampu menutup rapat bibirnya, dia tak menyangka jika semua akan begini. Hal yang tak ingin terjadi, akhirnya terjadi.Rudy merasa serba salah di antara dua wanita yang sama-sama ia harus jaga perasaannya. Karena tak tau harus apa, Rudy bergegas keluar kamar, meninggalkan tiga orang wanita yang masih diam membisu.Nisa terduduk di pinggiran tempat tidur, hatinya hancur, sedih, kecewa, dan entah kalimat apa yang pantas untuknya saat ini. Di saat dia ingin membangun kembali mahligai rumahtangga yang pernah hancur, dan di saat ia mencoba memberi kesempatan kedua untuk ayah dari anaknya, justru ia harus dihadapkan dengan kenyataan yang begitu sulit ia terima.Tapi Nisa tidak lantas meraung sedih, menghujat tajam, dan mengeluarkan kata-kata tak masuk akal. Dia hanya memikirkan na
Semua orang terdiam mendengar penjelasan Rudy, tak ada seorangpun yang menyela. Namun dalam hati mereka semua mempunyai penilaian dan perasaan berbeda.Pak Faisal hanya menyayangkan tindakan Indra, yang melampiaskan kekesalannya pada minuman, hingga menjadi penyebab terjadinya peristiwa itu.Pak Frass merasa kesal dan marah pada putranya, hanya karena permintaan itu, dia harus melakukan hal konyol, hingga menghancurkan semua impiannya sendiri.Indra tak mampu mengeluarkan satu patah katapun, untuk membela diri. Dia hanya berharap agar Nisa memaafkan kesalahan dan melanjutkan pernikahan impiannya. Indra tak peduli jika harus dibenci atau dimaki oleh dua orang tua yang ada, asalkan dia tetap bisa bersatu dengan Nisa, baginya kebencian semua orang tak mempengaruhinya.Sementara Dinda hanya diam, dia begitu malu pada semua, dengan bagaimana jelasnya Rudy menceritakan kejadian, Dinda merasa seolah ditelanjangi oleh penilaian buruk semua orang
"Ayah, kita pulang sekarang ya?" ujar Nisa pelan."Iya nak, untuk apa lagi kita di sini, bukankah sekarang sudah jelas semuanya!" balas pak Faisal sambil meminta perawat menjalankan kursi rodanya."Nisa.. tunggu Nis!" seru Indra sambil meraih tangan Nisa."Stop.... jangan pernah kamu menyentuhku! Aku gak sudi disentuh orang pengecut seperti kamu!" sambar Nisa."Nisa...maafkan aku, Nis! Kumohon jangan pergi, Nis!" seru Indra tak menyerah."Maaf Indra...! Aku bukan malaikat yang mudah memaafkan kesalahan, tapi sebagai wanita, aku juga tidak mau jika ada wanita lain yang menderita karena keegoisanku!" "Menikahlah dengan Dinda, lupakan aku dan segala impian kita!" ucap Nisa tak sanggup menyembunyikan kesedihannya. Dengan langkah gontai, Nisa berjalan di belakang ayahnya bersama putranya.Melihat kepergian Nisa, hancur sudah harapan Indra. Ia terduduk di lantai, menangis.Dinda bangkit, ia berjalan mengham
Keesokan harinya, resepsi segera digelar, walaupun berganti mempelai, namun tak banyak yang mengetahui, karena Nisa sangat jarang dikenal teman dan rekan kerja Indra.Hanya foto-foto prewedding Nisa dan Indra yang terpajang sebelumnya, kini hilang berganti dengan potret lukisan.Nisa berjalan ke pelaminan, tiada kesedihan dan kebencian di wajah cantiknya, dia hanya berjalan ke pelaminan tanpa menoleh sekeliling, tanpa disadarinya jika sejak tadi, ia menjadi titik pandang dari seseorang yang duduk di salah satu kursi tamu undangan."Kamu memang wanita hebat! Mampu menyembunyikan perasaanmu dari orang lain! Tapi kamu nggak bisa menyembunyikan semua itu dari penglihatanku, Nisa! Tunggu saja, aku akan mengganti kesedihanmu dengan kebahagiaan yang sesungguhnya!" ucap pria tampan yang tak berkedip memandang Nisa."Apa ada yang bisa saya kerjakan, Tuan?" tanya pria di sebelahnya yang di perkirakan adalah bodyguardnya."Hmm....! Kamu ingat baik-b