Setelah urusan di kantor selesai, walau waktu masih tengah hari, Rudy secepatnya pulang, namun bukan untuk pulang ke rumahnya. Di perjalanan, Rudy menghubungi istrinya untuk memberitahukan keterlambatannya. Tetapi, Rudy tak menceritakan apa yang sedang terjadi.
Sesampainya Rudy di rumah Indra, dia segera masuk dan langsung menuju kamar sahabatnya itu.Beruntung sebelumnya, Rudy membelikan makanan untuk dua orang, yang diyakini Rudy pasti belum makan."Ceklek...!""Huft....!" Rudy menghela napas kasar, karena yang dilihatnya saat ini, Indra duduk di lantai, tempat yang sama sejak sepeninggal dirinya padi tadi. Menandakan jika Indra belum beranjak dari duduknya selama kepergiannya.Sedangkan Dinda, masih di tempat tidur berbalut selimut."Ini makanlah, kalian pasti belum makan!" Rudy langsung mengeluarkan makanan yang dibelinya dan membagikan pada keduanya."Dimakan, donk! Setelah makan, kita sama-sama cari solusi yang teSetelah sepulangnya Rudy, Indra dan Dinda masih saling diam. Mereka canggung untuk bicara apa, kontras sekali dengan suasana hati mereka saat ini."Dinda...!" panggil Indra pelan."Hmm..!" gumam Dinda."Mengapa kamu datang di saat yang tidak tepat!" itulah pertanyaan Indra, yang menyesalkan kehadiran Dinda, di saat ia dalam keadaan mabuk berat."Huhft...! Sebenarnya aku tidak ingin lagi bertemu denganmu Indra!" ucap Dinda pelan."Apa maksudnya, Din?" tanya Indra heran."Kamu pasti mendengar kata-kata yang diucapkan, Mas Rudy tadi!" "Yaaah... Rudy pernah menceritakan masalalunya kepadaku! Dan selama ini dia terus mencari, keberadaan wanita yang begitu dia cintai! Bodohnya aku, tidak mengetahui siapa wanita itu!" "Wanita itu adalah aku, In!" jawab Dinda."Yaaa, akhirnya aku tau, tapi saat semuanya terlambat!""Apa maksudnya..!" Dinda menyipitkan matanya mendengar ucapan Indra."Yaa....
"Maaf Tuan Frass! Saya ingin melaporkan jika, acara pernikahan Den Indra akan diadakan sekitar satu minggu lagi!"lapor seorang pria berbadan tegap berisi bernama Jeki, yang merupakan orang suruhan Frass, sambil meletakkan selembar map yang berisi data lengkap Nisa dan keluarganya."Dasar anak keras kepala! Gagalkan rencana mereka! Aku tidak mau sampai pernikahan itu terjadi!" perintah Frass, tanpa melihat isi map di depannya."Kalau boleh tau, apa perlu kamu menghilangkan nyawa calon istrinya, Tuan?" "Jangan...! Itu akan membuat Indra curiga padaku!" ucapnya melarang.Frass berpikir sejenak, memang dia tak merestui Nisa menjadi menantunya, namun untuk menghilangkan nyawa, bukanlah tujuannya."Siapa saja orang yang ada disekitar, wanita itu?" selidik Frass."Mbak Nisa cuma tinggal bersama Ayahnya, juga anak laki-laki berusia enam atau tujuh tahun, Tuan!" lapor Jeki."Anak laki-laki?" gumam Frass terdiam. Dia mencoba
Nisa segera bergegas ke depan, di situ sudah banyak orang yang mengerumuni. Nisa menerobos kerumunan, dan ingin memastikan, jika benar Ayahnyalah yang menjadi korban tabrak lari tersebut.Saat kejadian, pak Faisal ingin membuang sampah, kegiatan rutinnya jika sedang tak ada kegiatan. Selama ini Nisa maupun para pegawai Nisa sudah sering melarang, namun dasarnya pak Faisal memang bukan tipe orang yang suka duduk diam, maka ia akan melakukan apa saja yang dapat ia lakukan.Saat ia membuang sampah ke tempat sampah, yang kebetulan posisi tong sampah berada di seberang jalan, tanpa disadarinya jika saat itu, sebuah kendaraan sepeda motor melaju dengan kencang. Karena paktor usia, pak Faisal tidak dapat bergerak cepat, hingga menyebabkan kecelakaan itu terjadi.Nisa segera menghubungi Rumah Sakit terdekat, setelah itu Nisa meminta pertolongan warga, untuk mengangkat tubuh Ayahnya ke teras Rumah Makannya, sambil menunggu ambulans tiba.Dinda da
Mendengar jika calon mertuanya kecelakaan, Indra bergegas menyusul Nisa ke Rumah Sakit."Bagaimana kondisi Ayah, Nis?" tanya Indra khawatir, begitu tiba di kamar perawatan calon mertuanya."Kondisinya udah stabil, namun patah tulang di tangan Ayah, nampaknya perlu waktu lama buat sembuh total!" jawab Nisa tak semangat."Yang sabar ya, sayang! Kita akan sama-sama merawat Ayah, nanti!" hibur Indra."Hmm....! Owh ya, kamu tadi mampir ke rumah nggak?" tanya Nisa memandang Indra."Nggak, aku tadi mau ke sana, tapi aku dapat telpon dari Ardy, bilang Ayah kecelakaan. Makanya aku buru-buru ke sini!" "Owh.....!"' jawab Nisa."Maaf ya, bukan aku melupakan Ahmad, tapi tadi Ardy bilang, bahwa dia yang menemani Ahmad sampai kamu pulang! Makanya aku gak ke sana!" jelas Indra yang berpikir Nisa mengkhawatirkan putra mereka."Iya aku tau, kalau Ardy yang menemani Ahmad! Aku hanya mengkhawatirkan Dinda!" ujar Nisa."Dinda..
Nisa masih terdiam mematung, ada perasaan takut pada calon mertuanya itu, namun ada juga perasaan kesal, jika teringat dengan kata-kata dari tamunya ini.Frass tak kalah diam, dia memandang wajah Nisa secara seksama, barulah ia sadari jika wajah Nisa persis seperti wajah Mutia, wanita yang pernah ia cintai."Hm..hm..! Maaf, apa kedatangan anda hanya untuk meminta saya untuk membatalkan pernikahan kami? Atau anda ingin mengatakan, jika saya tak pantas untuk bersanding dengan putra anda, Tuan Frasetyo yang terhormat?" tanya Nisa lugas tanpa rasa takut.Frass menyimak ucapan Nisa, dia maklum jika Nisa akan berkata seperti itu, mengingat apa yang pernah dia lakukan dulu. Namun tak sedikitpun ada rasa benci dan kesal dalam hati Frass, melihat bagaimana beraninya ibu dari cucunya itu bicara padanya, yang notabene adalah calon mertuanya kembali."Hallo, Tuan Frasetyo! Apa yang saya katakan tadi, ada salah satunya yang menjadi tujuan anda untuk datang ke
Saat Nisa masih berbicara dengan calon mertuanya, pintu diketuk dari luar."Tok...tok...! Assalamualaikum Bunda!" sapa bocah laki-laki yang langsung membuka pintu dan menongolkan kepalanya."Waalaikumsalam, sayang! Ahmad datang sama siapa, nak?" tanya Nisa sambil memeluk dan mencium pipi putranya.Frass melihat interaksi keduanya, dan tak terasa airmatanya menetes, saat melihat kehadiran cucu yang selama ini tak ia ketahui kehadirannya."Ahmad diantar Ayah! Tapi Ayah masih di belakang!" jawab Ahmad lancar."Ya udah, lain kali harus sama-sama Ayah, ya sayang! Gak baik kalau anak kecil jalan sendiri!" nasehat Nisa dengan penuh kelembutan."Baik Bun!" jawab Ahmad cepat. Tiba-tiba mata Ahmad menangkap sosok asing baginya, Ahmad yang merupakan anak hobi bertanya, langsung bertanya "Itu siapa, Bun! Teman Bunda, atau teman Kakek?" tanya Ahmad polos.Nisa memandang ke arah Frass, terlihat senyuman di wajah Frass.Frass
Setelah diskusi tentang pengobatan lanjutan, Dokter akhirnya mengijinkan pak Faisal pulang, namun dengan catatan harus membawa seorang perawat dan masih dalam pantauan Dokter.Esok adalah hari pernikahan Nisa, dari sore tadi, mereka semua sudah berangkat ke Hotel, tempat mereka melangsungkan pernikahan esok hari. Dinda selalu berada di sisinya, Nisa ingin menghabiskan saat-saat terakhir ia menjanda, bersama dengan sahabat karibnya, sebelum dia kembali berumah tangga.Sementara pak Faisal juga ditempatkan di kamar bersebelahan dengan Nisa, dengan tujuan jika sesuatu terjadi padanya, cepat diketahui olehnya.Ahmad memilih ikut opanya ke rumah mewah Frass, semenjak mengenal Ahmad, Frass tak ingin jauh dari cucunya itu. Bahkan, Frass sudah merencanakan untuk mengalihkan semua asetnya atas nama Ahmad, ia telah membagikan seluruh asetnya pada putrinya yang saat ini, tinggal di luar negeri mengikuti suaminya, juga sebagian telah ia berikan pada Indra.
Semua telah siap dengan penampilan yang rapi dan menarik. Indra yang saat ini menggunakan baju kemeja dan jas berwarna coklat, terlihat begitu tampan. Indra berjalan ke arah penghulu di dampingi Ayahnya dan Ahmad, yang juga berpakaian seragam dengan ayahnya . Mereka bagai pinang dibelah dua. Dari wajah saja, orang sudah tau jika Ahmad adalah putra Indra.Namun banyak yang tidak tau, jika wanita yang akan dinikahi Indra, adalah wanita yang pernah melahirkan putranya itu.Sebelumnya tidak ada yang menduga, jika Indra sudah pernah menikah sebelumnya, namun setelah melihat wajah Ahmad, barulah orang-orang percaya.Pak Faisal yang masih duduk di kursi roda, telah duduk bersama penghulu, karena kondisi beliau yang masih belum fit, terpaksa pak Faisal didampingi perawat.Rudy datang seorang diri, dia sengaja datang demi menghargai sahabatnya itu. Namun dia tak bisa membawa Bella, karena kehamilan istrinya yang semakin membesar, ditamb