Share

chapter 140

Penulis: Arsy You
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam semakin larut, namun saat ini, Indra disibukkan oleh tangisan putrinya.

"Cup... cup..! Jangan nangis ya sayangnya Ayah!" ucap Indra menghibur putrinya, berharap agar bayi yang masih berusia enam bulan itu berhenti dari tangisnya.

Namun bukannya diam, tangisan bayi mungil itu semakin kencang, menambah panik Indra.

"Bik...kenapa sih, Dede kecilnya gak mau diam? Padahal tubuhnya gak panas!" tanya Indra heran pada art nya.

"Gak tau Tuan! Padahal dari siang, non Dede gak rewel!" jawab pelayan sekaligus baby sitter tersebut.

Karena kondisi perusahaan Indra mengalami banyak penurunan, dia terpaksa memecat baby sitter putrinya, demi mengurangi pengeluaran.

Belum lagi istrinya yang mengalami koma, memerlukan biaya yang lumayan besar, membuat Indra kalang kabut mengatur keuangan rumah tangganya.

"Ya sudah, sekarang Bibik siapkan keperluan Dede bayi, kita berangkat ke Rumah Sakit sekarang!" perintah Indra.

Saking men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 141

    Rasya bergegas meninggalkan Nisa, dia tak mungkin melampiaskan kekesalan hatinya, pada istri yang sangat ia cintai.Namun untuk bersikap biasa-biasa saja, Rasya tak selihai itu mengelabui perasaan cemburunya."Mas...!" panggil Nisa menyusul langkah suaminya.Rasya tak menggubris panggilan Nisa, dengan langkah lebar, dia melanjutkan langkahnya."Maaasss....!" panggil Nisa lagi, dengan suara yang lebih nyaring. Dia berlari kecil menyusul langkah suaminya, yang jauh di depannya.Rasya menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap tajam istrinya "Kenapa...? Apa kamu masih mau membela dia?" tanya Rasya tersenyum miring.Nisa menghentikan langkahnya, ia tak menyangka, jika suaminya bisa berpikir seperti itu."Kamu kenapa sih, Mas? Jika aku terkesan membela dia! Oke...aku minta maaf!" ucap Nisa mencoba tuk mengalah.Rasya semakin kesal dengan jawaban istrinya. Dia semakin yakin dengan rencananya. Rasya kembali berbalik

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 142

    Rasya yang telah melepaskan pelukannya, lalu memandang lekat wajah Nisa dengan intens "Apa itu membahagiakan kamu, sayang??" tanya Rasya.Nisa menggelengkan kepalanya, dan kembali menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Rasya "Demi ketenangan rumahtangga kita! Juga menjaga nama baik kamu, di mata Ahmad nantinya!" ujar Nisa, lalu memberanikan diri mencium bibir suaminya.Mendapat serangan mendadak istrinya, Rasya langsung membalasnya dengan lebih bersemangat. Selama menikah, selalu dia yang memulai, maka di saat istrinya memulai, dengan semangat Rasya membalasnya dengan lebih.Merasakan ciuman suaminya yang semakin menuntut, Nisa memanfaatkan situasi ini "Mas, batalkan dulu rencana kalian, baru kamu boleh melakukan apa saja padaku!" ucap Nisa sambil berbisik di telinga suaminya."Beneran nih, aku boleh melakukan apa saja??" tanya Rasya dengan senyum jahatnya.Tanpa menjawab, Nisa hanya menganggukkan kepalanya, dan tersenyum manis, men

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 143

    Nisa tak mau buru-buru menerima panggilan di handphonenya. Ia tak mau mendapat panggilan dari seseorang, yang bisa menimbulkan kesalahpahaman di antara dia dan suaminya.Namun lagi-lagi handphonenya bersuara, karena kesal, Nisa langsung menonaktifkan handphonenya. Lalu dia lanjut dengan aktivitasnya.Setelah dua jam melakukan senam dan bersih-bersih, Nisa beranjak keluar kamar. Tapi langkahnya tertahan dengan kehadiran salah satu pelayan, "Ada apa Bik?" tanya Nisa lembut."Anu Nyonya, Tuan nelpon dan menanyakan keberadaan Nyonya!" ujar pelayan menjelaskan.Alis Nisa mengernyit heran, "Kalau Tuan mau menanyakan saya, kenapa dia nggak telpon langsung ke saya, Bik?" tanya Nisa bingung."Itu...kata Tuan, nomor handphone Nyonya gak aktif!" "Astaghfirullah..saya lupa Bik! Handphone saya tadi saya matiin!" jawab Nisa gegas kembali ke kamarnya.Nisa menyalakan kembali handphonenya, dan bertambah kaget. Ternyata, ada panggilan s

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 144

    Lama Nino, dan Tuan Frass berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang berani mengeluarkan pikiran mereka."Apa sesuatu yang buruk menimpa salah satu keluargaku?" tanya hati Tuan Frass."Nggak... nggak mungkin!" ucap Tuan Frass, mencoba menepis pikiran buruk yang sempat terlihat di pikirannya."Ada apa, Tuan?" tanya Nino yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik bosnya."Nggak ada! Bukan apa-apa!" jawab Tuan Frass cepat.Nino merasa curiga, namun tak berani bertanya lebih lanjut."Nino...!" panggil Tuan Frass tiba-tiba."Ya, Tuan!" jawab Nino cepat."Aktifkan kartu seluler dari dalam negri!" ujar Tuan Frass buru-buru."Maaf Tuan, untuk apa?" tanya Nino takut-takut."Sejak kapan kamu banyak tanya?" tatap Tuan Frass tajam."Eh..tidak Tuan! Saya hanya khawatir, jika kartu itu diaktifkan, maka akan menunjukkan posisi kita saat ini!" jelas Nino setengah berani.Tuan Frass t

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 145

    Nino segera membopong tubuh Tuan Frass ke kamar. Kondisi kejiwaan Tuan Frass nampak tergoncang. Nino segera menghubungi seseorang dokter. Nino ingin mengetahui, kabar apa yang membuat Tuannya itu terlihat shock dan mengalami kondisi seperti itu.Tapi karena tetap menjaga batasan antara dirinya dan Tuan Frass, Nino mengurungkan niatnya untuk bertanya.Setelah kedatangan dokter, dan melakukan pemeriksaan kondisi Tuan Frass, dokter menyarankan, agar Tuan Frass berkonsultasi pada dokter psikiater.Nino hanya mengangguk, tanpa tau harus berkata apa. Mengingat jika kondisi keuangan mereka saat ini, hanya mengandalkan tabungan yang tersisa, juga dari hasil Sherly."Tuan, sebaiknya Tuan istirahat dulu! Dan jangan memikirkan, apa yang terjadi saat ini!" ujar Nino perhatian, setelah mengantar kepulangan dokter.Tuan Frass tak bergeming, seakan tak mendengar kata-kata Nino yang nampak khawatir.***Sementara di kamar, per

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 146

    "Aku kasian sama Dinda..!" ucap Rudy diawal ceritanya.Nisa tau kisah lama antara Rudy dan Dinda. Namun lagi-lagi Nisa mencegah rasa ingin taunya, dia hanya diam menyimak kata-kata Rudy duduk di kursi di sampingnya."Sejak dia melahirkan, dia sama sekali tak sempat melihat, seperti apa wajah putri yang dilahirkannya!" "Bahkan sampai sekarang..! Di mana, bahkan sampai putri mereka terkubur dalam tanah. Dinda maupun Indra bahkan, tak mengantar kepulangan putri mereka!" "Apa ini hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan sama kamu ya, Nis?" ujar Rudy seakan bertanya.Nisa mengaduk gelasnya, matanya memandang jauh ke depan. Jujur ia tak tau, apakah musibah ini sebagai hukuman, atau ujian bagi keduanya.Nisa ingat, jika kedatangannya kali ini, adalah mencari kepastian ucapan dari suaminya."Apa penyebab kecelakaan Indra..?" tanya Nisa datar.Rudy menoleh Nisa sebentar, lalu kembali memandang ke gelasnya. Ia sedikit

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 155

    Melihat penampilan suaminya yang bertubuh atletis, beraroma maskulin, dengan wajah tampan dan jambang menghiasi wajah, memberi rona merah di pipinya. Nisa membayangkan kehangatan dalam setiap sentuhan suaminya, membuat pipinya ssmakin merona. Tapi saat ini, laki-laki perkasa itu nampak peminim, dengan busana ciri khas emak-emak kekinian, membuat Nisa tak bisa menghilangkan rasa lucu, yang menghampirinya. "Hahaha.... kamu nampak manis deh, Mas!" celetuk Nisa memuji. Rasya yang mendapat pujian seakan ingin menangis. Jatuh sudah wibawa dan martabatnya sebagai seorang CEO, andai salah satu orang di luar sana melihat penampilannya saat ini. "Sayang... kamu balas dendam, ya?" ucap Rasya manyun. "Iihh.. bibirnya kok bisa, gitu?" ejek Nisa. "Kalau bibir Mas, memang manis, sayang! Tapi kalau saat ini....??" ucap Rasya sambil memandang bayanganmu di cermin. Beruntung dia saat ini berada di kamar, jadi mampu sedikit menahan rasa malunya, pikir Rasya santai. "Ayo Mas! Temani aku sebentar

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 147

    Rasya bertanya pada bagian pendaftaran para pasien, menanyakan ruang perawatan Indra. Selanjutnya Rasya berjalan ke ruang perawatan Indra, yang dirawat di ruang VIP.Sampai di sana, Rasya tak menemukan istrinya, setelah melihat sekitarnya dan memastikan ketiadaan istrinya, Rasya secepatnya meninggalkan ruang VIP tersebut.Saat di koridor, Rasya berpapasan dengan Rudy yang nampak ingin ke ruangan Indra. "Tuan Rasya dari mana?" tanya Rudy sopan.Rasya ingin bertanya pada Rudy, apakah dia tau kemana perginya istrinya. Namun yang keluar dari bibirnya adalah, kata yang bertentangan dengan pikirannya."Apa Rumah Sakit ini, milikmu? Apa hanya kamu, yang boleh berjalan bebas, di sini?" tanya Rasya tajam.Merasa telah salah menyapa, Rudy tersenyum tak nyaman "Maaf Tuan, Rumah Sakit ini bukan milik saya! Dan silahkan Tuan jalan-jalan, menikmati pemandangan di sini!" jawab Rudy sopan."Hhm.....!" Rasya hanya bergumam, dan pergi da

Bab terbaru

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 162

    Bu Susy tersadar dari tidurnya kaget, melihat suasana berbeda dengan tempat yang ia tempati beberapa bulan terakhir. Dalam kebingungan, ibu Susy berteriak. Tak berapa lama, seorang perawat yang bertugas melayani para penghuni panti, datang. "Ada apa, Bu?" tanya perawat tersebut. "Hapa... hamu...?" tanya bu Susy heran. "Saya perawat di sini, Bu! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya perawat yang telah terbiasa berinteraksi dengan orang stroke, membuat ia bisa mengartikan bahasa tak jelas dari ibu Susy."Hana, haman, haku hau haman!" "Maaf Bu, Bapak Arman sendiri, yang mengantarkan Ibu ke sini! Saat ini, Bapak Arman sudah pulang! Ibu bisa tenang, Ibu berada di tempat yang khusus merawat para orangtua, yang tak sempat, di rawat anak-anak mereka!"Betapa kagetnya bu Susy setelah mendengar penjelasan perawat. Ia nampak shock, tak menyangka jika ia akan dibuang oleh anaknya sendiri. Bu Susy menangis, ia menyesal

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 165

    "Apaan sih, Mas! Aku malah bahagia, jika mereka bisa tetap bersama selamanya! Lagi pula, aku udah punya kamu, ngapain harus menyemburukan suami orang?" jawab Nisa sambil nyelendot di tangan Rasya. Hati Rasya berbunga-bunga, dengan ungkapan perasaan istrinya. "Terimakasih sayang! Aku harap, apapun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik! Aku tak mau mengalami kegagalan, dalam rumahtangga kita!""Aamiiiin....! Sama-sama, sayang!" jawab Nisa tersenyum manis. Nisa merasa bahagia, dengan selesainya semua permasalahan yang ia rasakan selama ini, Nisa akhirnya bisa merasa lega. "Mas.... aku bahagia banget, masalalu yang dulu aku alami terasa berat, ternyata memberi kebahagiaan bagiku, di masa sekarang!" ucap Nisa memandang jalanan di depan. "Syukurlah, tapi aku akan berusaha, memberikan kebahagiaan bukan cuma saat ini, tapi selamanya!""Aamiiiin...!"Kedua suami istri tak jadi pulang ke rumah, tapi justru mereka

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 164

    "Terimakasih atas saran lo, Nis! Aku akan lihat, bagaimana Indra menyadari kesalahannya! Jika memang dia pantas untuk dipertahankan, maka aku akan berusaha mempertahankannya!" jawab Dinda santai. "Bagus deh, semoga Allah memberikan kebaikan untuk rumahtangga kalian!""Aamiiin....!" balas Dinda atas do'a Nisa. "Oh iya Nis! Aku mau minta maaf, ya! Nama kamu, ikut digunakan oleh mendiang anakku!' jawab Dinda sedih teringat dengan kematian putri kecilnya. "Gak papa, kok! Lagian, nama itu 'kan belum aku bikinkan lisensinya, jadi siapa aja boleh menggunakannya! Apalagi aku cantik, aku yakin siapapun yang menggunakan nama itu, pasti cantik kayak aku!" jawab Nisa enteng. Dinda melongo dengan kenarsisan sahabatnya, sejak kapan, pikirnya "Lo baik-baik aja, 'kan, Nis?" tanya Dinda sambil menempelkan tangannya di dahi Nisa. "Apaan sih, Din! Orang sehat begini, malah dibilang sakit!" gumam Nisa sewot. "Tunggu.... tunggu! Sejak

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 163

    "Assalamualaikum....!" ucap salam Nisa yang di depan sebuah rumah minimalis, ditemani suaminya. "Rumahnya, asri ya Mas!" ucap Nisa sambil melihat-lihat lingkungan rumah sahabatnya. "Kamu suka?" tanya Rasya merangkul tubuh istrinya kepelukan. "Banget, aku itu sukanya suasana alam, ya.... seperti taman ini, Mas!""Nanti kita beli satu, rumah yang ada tamannya!" jawab Rasya enteng. "Awh....!" jerit Rasya yang mendapat cubitan dari istrinya. "Apaan sih, sayang! Main cubit aja!" sungut Rasya sambil menggosok perutnya. "Kamu yang apaan, Mas! Beli rumah, kayak beli gado-gado, pemborosan tau!" protes Nisa. "Kan kamu ingin suasana seperti ini, sayang!" jawab Rasya membela diri. "Tapi nggak gitu juga konsepnya, kali...!" jawab Nisa heran dengan pola pikir suaminya. "Waalaikum salam....! Maaf, cari siapa, ya?" tanya wanita paruhbaya yang membukakan pintu. Rasya dan Nisa menoleh ke pintu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 161

    "Dasar, adik ipar perhitungan! Baru aja dimintai pertolongan beberapa kali, udah main kabur!" omel Arman di sepanjang jalan. Sampai di rumah, emosi Arman semakin membengkak! Ibunya yang duduk di atas kursi roda, melemparkan perabotan rumah yang tidak seberapa, ke segala arah. "Mama apa-apaan sih, Ma! Udah gak bisa bantu beres-beres, malah berantakin rumah begini!" Melihat kedatangan putranya, bu Susy tambah meradang. Semua barang benda yang dapat terjangkau oleh tangannya, ia lemparkan kepada Arman. "Huh.... huh...!" Sambil melempar, hanya kata gak jelas yang keluar dari bibirnya. "Ma.... jika Mama terus-terusan seperti ini, Arman pastikan Mama akan menyesal!" bentak Arman memandang tajam. "Mama mikir gak, sih! Mama baru aja keluar dari Rumah Sakit, bukannya istirahat malah marah nggak jelas begini!" omel Arman sambil mengumpulkan pecahan beling yang berserakan di lantai."Hamu... hak.. hecus, hurus hibu!" ujar bu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

DMCA.com Protection Status