Rasya bertanya pada bagian pendaftaran para pasien, menanyakan ruang perawatan Indra. Selanjutnya Rasya berjalan ke ruang perawatan Indra, yang dirawat di ruang VIP.Sampai di sana, Rasya tak menemukan istrinya, setelah melihat sekitarnya dan memastikan ketiadaan istrinya, Rasya secepatnya meninggalkan ruang VIP tersebut.Saat di koridor, Rasya berpapasan dengan Rudy yang nampak ingin ke ruangan Indra. "Tuan Rasya dari mana?" tanya Rudy sopan.Rasya ingin bertanya pada Rudy, apakah dia tau kemana perginya istrinya. Namun yang keluar dari bibirnya adalah, kata yang bertentangan dengan pikirannya."Apa Rumah Sakit ini, milikmu? Apa hanya kamu, yang boleh berjalan bebas, di sini?" tanya Rasya tajam.Merasa telah salah menyapa, Rudy tersenyum tak nyaman "Maaf Tuan, Rumah Sakit ini bukan milik saya! Dan silahkan Tuan jalan-jalan, menikmati pemandangan di sini!" jawab Rudy sopan."Hhm.....!" Rasya hanya bergumam, dan pergi da
"Mas...jawab Mas! Apa maksud kamu, bahwa Allah mengirimkan seseorang untuk membalas kelakuan mereka kepadaku?" tanya Nisa tak lepas menatap wajah suaminya."Aku...aku..! Maksudku, bukankah Allah akan membalas, setiap perbuatan baik dan buruk yang dilakukan para hamba-Nya, Nisa? Begitu juga pada dua laki-laki itu!" ucap Rasya mengelak."Aku percaya pada ketentuan itu! Tapi aku nggak percaya, jika musibah dan penderitaan yang mereka alami, akan terjadi dalam masa yang bersamaan! Aku yakin, pasti ada yang kamu tutupi dari aku, iya 'kan Mas?" tekan Nisa."Udah ah, aku mau balik ke kantor! Masih ada meeting, yang harus aku hadiri!"Rasya bangkit, dan berjalan terburu-buru meninggalkan Nisa, yang masih penuh tanda tanya di kepalanya."Mass, kok kamu malah pergi?" seru Nisa yang semakin curiga, melihat gelagat suaminya yang seperti menghindari pertanyaan darinya.**"Huhft... selamat.. selamat!" ucap Rasya sambil mengurut dadan
Sherly merasa tenggorokannya tercekat, dia takut jika penolakannya, akan membuat Nino nekat. "Apa maksud kamu, aku gak boleh capek, Nino?" tanya Sherly merendahkan suaranya."Kamu boleh capek kok, sayang! Tapi...saat aku, atau Tuan tidak membutuhkan kehangatan dari tubuhmu!" ucap Nino sambil tangannya merogoh sakunya."Kalian jahat..! Kalian memanfaatkan kelemahanku!" ucap Sherly sedih dengan bibir bergetar. Sebenarnya Sherly telah mengeluarkan airmata, namun tak nampak karena dia berdiri di bawah shower."Kalau capek, makanlah ini!" ucap Nino sambil memasukkan sesuatu ke mulut Sherly.Sherly yang saat itu ingin menolak, tapi tak bisa, keburu Nino menyumpal mulutnya dengan bibir tebalnya. Dengan satu kali tenggak, Sherly menelan sesuatu yang dimasukkan ke mulutnya, dibantu air shower."Apa yang kamu berikan, Nino? Dasar bajingan!" umpat Sherly nyalang."Aku sangat perhatian sama kamu, sayang! Bukankah kamu bilang, letih
"Apa, Om Fras punya bisnis ilegal, In?" tanya Rudy."Entahlah Rud, aku memang anak Papa! Tapi, kamu tau sendiri, bagaimana hubungan kami berdua! Semua itu karena ambisi Papa, yang begitu besar! Juga hobynya yang gila 'bermain' dengan wanita jalang, yang membuat aku tak pernah cocok, dengannya!" jelas Indra panjang lebar, mengenang hubungannya dengan orangtuanya."Jadi, apa keputusan kamu, In?" tanya Rudy membuyarkan Indra, dari kenangan masalalunya.Indra bimbang, jika perusahaan yang menjadi sumber penghasilannya dijual. Apalagi yang bisa ia andalkan. Sementara, andaipun dijual, sisa dari pembayaran ganti rugi dan membayar gaji karyawan, mungkin sisanya tidak seberapa lagi.Tapi jika perusahaan dipertahankan, bagaimana dia mencari dana cair, untuk ganti rugi."jadi, apa keputusanmu! Kita tidak bisa mengulur waktu, In! Mereka ingin mendengar keputusan kamu secepatnya!" ujar Rudy terdengar mendesak.***Nisa menyiapk
"Kamu harus makan, Dinda..! Ya, makan ya!!" bujuk Indra lagi.Dinda tak menyahut, ia masih sibuk meninabobokan boneka, yang ia anggap putrinya."Huuusstt.....jangan berisik donk, Mas!" tegur Dinda berbisik. Sejak mengalami depresi, panggilannya pun berubah, yang awalnya memanggil dengan nama, kini berubah jadi Mas."Iya..iya..! Aku gak berisik kok, tapi sekarang kamu makan dulu, ya! Kalau nggak makan, nanti kamu sakit, Din!" bujuk Indra lembut."Aku gak mau makan, Mas! Kalau aku makan, nanti Dede Nisa bangun!" ucap Dinda sambil menepuk-nepuk pelan bonekanya.Nama putrinya, yang pernah disebutkan Rudy, itulah yang melekat dalam memori otak Dinda.Indra menatap sedih kelakuan istrinya. Ia semakin merasa bersalah pada Dinda, andai saja saat kehamilan, dia bisa menjaga perasaan Dinda, mungkin semua ini takkan terjadi."Din...kamu makan, biar aku suapin ya!" bujuk Indra lagi."Hmm....!" jawab Dinda mengangguk.
Hari itu, Tuan Frass sampai ke tanah air. Dengan menggunakan topi dan masker, tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung, menjadi style penyamaran terbaik, untuk menyamarkan dirinya di mata para anggota kepolisian.Dengan menggunakan taksi, Tuan Frass pergi ke rumahnya. Dari jauh Tuan Frass melihat garis polisi melintang di depan pagar rumahnya. Tuan Frass tidak turun, dia hanya meminta sopir taksi melambatkan laju mobilnya."Masuk komplek agak lambat ya, Pak! Saya lupa alamat pastinya rumah saudara saya!" ujar Tuan Frass beralasan."Iya Tuan..! Memangnya sudah berapa lama, Tuan tidak kemari?" tanya sang sopir santai."Eeh..anu! Sekitar lima tahun, Pak!" jawab Tuan Frass kaget, karena pertanyaan tiba-tiba si sopir.Tuan Frass terus memperhatikan keadaan sekeliling rumahnya, secara tak sengaja dia melihat beberapa orang bertubuh atletis, berambut agak gondrong, nampak berdagang keliling dengan aneka makanan.
"Apa kabar, Tuan!" tanya jhon, saat bertemu mantan bosnya. "Saat ini saya tidak baik-baik saja, jhon! Bagaimana kabar yang lain?" jawab Tuan Frass sambil tersenyum. "Mereka semua ikut saya, Tuan!" jawab Rasya datar "Sejak peristiwa penagkapan itu, kami semua bersembunyi, Tuan! Karena pihak kepolisian masih terus mencari keberadaan, Tuan! Jadi, demi keamanan Tuan, kami semua meyembunyikan diri!" lanjut Jhon memelas. Tuan Frass merasa tersentuh dengan kepedulian mantan anak buahnya."Hmph.... andai saja semuanya tidak terbongkar, mungkin kita semua tetap aman!" ujar Tuan Frass mengepalkan tinjunya. Jhon melirik tangan Tuan Frass, dia tetap diam dengan wajah dingin. "Apa kamu tau Jhon, siapa yang membocorkan rencana kita?" tanya Tuan Frass berharap. "Saya tidak tau, Tuan! Tapi, sepertinya pihak kepolisian memang sudah lama, mencurigai kita!" jawab Jhon. "Nggak mungkin..! Saya yakin ada yang dengan sengaja me
"Tuan...!" sapa Jhon pada Bos besarnya."Ada apa Jhon, apa ada informasi terbaru?" tanya pria yang duduk di kursi kebesarannya. Pria itu adalah Rasya, pria yang terkenal kejam, terhadap musuh-musuhnya."Betul Tuan, tua bangka itu telah kembali dari petualangannya!" jawab Jhon."Hahahaha........! Ternyata hanya beberapa bulan kemampuannya bersembunyi dariku!" ujar Rasya dengan wajah puas."Yang saya tau, saat ini semua aset dan simpanannya telah dibekukan oleh kepolisian. Hanya beberapa aset kecil, dan simpanan yang tidak seberapa yang menjadi penopang kebutuhannya!" ucap Jhon lagi."Bagus.. akhirnya ikan telah mengambil umpan..! Bagus....lalu, apa yang ingin kamu laporkan?" tanya Rasya."Baru saja, anak buah saya menghubungi, dan mengatakan jika tua bangka itu ingin berjumpa dengan saya!" jelas Jhon semangat."Apa dia tau, jika orang-orangnya telah menjadi bawahan kamu?" "Tau tuan, tapi yang tidak dia ketahui a