Share

chapter 152

Penulis: Arsy You
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari itu, Tuan Frass sampai ke tanah air. Dengan menggunakan topi dan masker, tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung, menjadi style penyamaran terbaik, untuk menyamarkan dirinya di mata para anggota kepolisian.

Dengan menggunakan taksi, Tuan Frass pergi ke rumahnya. Dari jauh Tuan Frass melihat garis polisi melintang di depan pagar rumahnya.

Tuan Frass tidak turun, dia hanya meminta sopir taksi melambatkan laju mobilnya.

"Masuk komplek agak lambat ya, Pak! Saya lupa alamat pastinya rumah saudara saya!" ujar Tuan Frass beralasan.

"Iya Tuan..! Memangnya sudah berapa lama, Tuan tidak kemari?" tanya sang sopir santai.

"Eeh..anu! Sekitar lima tahun, Pak!" jawab Tuan Frass kaget, karena pertanyaan tiba-tiba si sopir.

Tuan Frass terus memperhatikan keadaan sekeliling rumahnya, secara tak sengaja dia melihat beberapa orang bertubuh atletis, berambut agak gondrong, nampak berdagang keliling dengan aneka makanan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 154

    "Apa kabar, Tuan!" tanya jhon, saat bertemu mantan bosnya. "Saat ini saya tidak baik-baik saja, jhon! Bagaimana kabar yang lain?" jawab Tuan Frass sambil tersenyum. "Mereka semua ikut saya, Tuan!" jawab Rasya datar "Sejak peristiwa penagkapan itu, kami semua bersembunyi, Tuan! Karena pihak kepolisian masih terus mencari keberadaan, Tuan! Jadi, demi keamanan Tuan, kami semua meyembunyikan diri!" lanjut Jhon memelas. Tuan Frass merasa tersentuh dengan kepedulian mantan anak buahnya."Hmph.... andai saja semuanya tidak terbongkar, mungkin kita semua tetap aman!" ujar Tuan Frass mengepalkan tinjunya. Jhon melirik tangan Tuan Frass, dia tetap diam dengan wajah dingin. "Apa kamu tau Jhon, siapa yang membocorkan rencana kita?" tanya Tuan Frass berharap. "Saya tidak tau, Tuan! Tapi, sepertinya pihak kepolisian memang sudah lama, mencurigai kita!" jawab Jhon. "Nggak mungkin..! Saya yakin ada yang dengan sengaja me

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 153

    "Tuan...!" sapa Jhon pada Bos besarnya."Ada apa Jhon, apa ada informasi terbaru?" tanya pria yang duduk di kursi kebesarannya. Pria itu adalah Rasya, pria yang terkenal kejam, terhadap musuh-musuhnya."Betul Tuan, tua bangka itu telah kembali dari petualangannya!" jawab Jhon."Hahahaha........! Ternyata hanya beberapa bulan kemampuannya bersembunyi dariku!" ujar Rasya dengan wajah puas."Yang saya tau, saat ini semua aset dan simpanannya telah dibekukan oleh kepolisian. Hanya beberapa aset kecil, dan simpanan yang tidak seberapa yang menjadi penopang kebutuhannya!" ucap Jhon lagi."Bagus.. akhirnya ikan telah mengambil umpan..! Bagus....lalu, apa yang ingin kamu laporkan?" tanya Rasya."Baru saja, anak buah saya menghubungi, dan mengatakan jika tua bangka itu ingin berjumpa dengan saya!" jelas Jhon semangat."Apa dia tau, jika orang-orangnya telah menjadi bawahan kamu?" "Tau tuan, tapi yang tidak dia ketahui a

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 155

    "Sekarang kamu bisa tenang, sayang! Penderitaan kamu akan terbalas lunas sebentar lagi! Dengan siksaan demi siksaan yang akan ia rasakan!" ucap Jhon dalam hati. Keesokan malam berikutnya, Jhon menelpon Tuan Frass. Dengan suara panik, dia menyampikan kabar, jika pihak kepolisian telah mengetahui keberadaannya. "Jadi, apa rencanamu Jhon!" "Saya akan usahakan mengeluarkan Tuan dari kota ini!" "Kita keluar kota, Jhon?" tanya Tuan Frass. "Iya Tuan, karena saat ini, pihak kepolisian belum menyebar anggotanya ke sana!" jawab Jhon datar. "Bagus.... sekalian saja dia tak curiga, jika saat ini buruannya telah pergi dari wilayah mereka!" jawab Tuan Frass tersenyum. "Benar Tuan, dan saya harap! Tuan tidak keluar dari tempat persembunyian itu, nantinya" lanjut Jhon lagi. "Hahaha.. asalkan kamu siapkan kebutuhan saya, dan satu mainan buat saya! Jangankan hanya sementara, selamanya saya tidak keluar, juga tidak apa-apa

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 156

    Pagi itu seperti biasa, Nisa masih berada di tempat tidur, sifat yang akhir-akhir menghampirinya. "Kamu masih lemes, sayang?" tanya rasya melihat istrinya masih bergulung selimut. "Banget.....! Nganggur aja lemes, Mas, apalagi tadi malam kamu ajak olahraga!" jawab Nisa manyun. "Maaf ya sayang! Habis, junior udah lama lho yank, libur! Jadi jangan salahin Mas, donk!" Rasya membela diri agar selanjutnya tak dicuekin lagi. "Hoek......!" Nisa menutup mulutnya saat merasakan ingin muntah. Dia buru-buru melangkah ke kamar mandi, dan ldiikuti suaminya. . "Hoek..... hoek!"Rasya memijit tengkuk istrinya dengan perasaan cemas. "Kita ke Dokter ya, sayang! Kamu udah sering banget, kayak gini!" "Nggak ahh Mas, nanti juga sembuh sendiri kok! Ini akibat malam tadi, aku jadi masuk angin 'kan?"Nisa keluar dari kamar mandi, kembali ke tempat tidur."Jangan buat aku khawatir donk, yank! Kit

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

Bab terbaru

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 162

    Bu Susy tersadar dari tidurnya kaget, melihat suasana berbeda dengan tempat yang ia tempati beberapa bulan terakhir. Dalam kebingungan, ibu Susy berteriak. Tak berapa lama, seorang perawat yang bertugas melayani para penghuni panti, datang. "Ada apa, Bu?" tanya perawat tersebut. "Hapa... hamu...?" tanya bu Susy heran. "Saya perawat di sini, Bu! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya perawat yang telah terbiasa berinteraksi dengan orang stroke, membuat ia bisa mengartikan bahasa tak jelas dari ibu Susy."Hana, haman, haku hau haman!" "Maaf Bu, Bapak Arman sendiri, yang mengantarkan Ibu ke sini! Saat ini, Bapak Arman sudah pulang! Ibu bisa tenang, Ibu berada di tempat yang khusus merawat para orangtua, yang tak sempat, di rawat anak-anak mereka!"Betapa kagetnya bu Susy setelah mendengar penjelasan perawat. Ia nampak shock, tak menyangka jika ia akan dibuang oleh anaknya sendiri. Bu Susy menangis, ia menyesal

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 165

    "Apaan sih, Mas! Aku malah bahagia, jika mereka bisa tetap bersama selamanya! Lagi pula, aku udah punya kamu, ngapain harus menyemburukan suami orang?" jawab Nisa sambil nyelendot di tangan Rasya. Hati Rasya berbunga-bunga, dengan ungkapan perasaan istrinya. "Terimakasih sayang! Aku harap, apapun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik! Aku tak mau mengalami kegagalan, dalam rumahtangga kita!""Aamiiiin....! Sama-sama, sayang!" jawab Nisa tersenyum manis. Nisa merasa bahagia, dengan selesainya semua permasalahan yang ia rasakan selama ini, Nisa akhirnya bisa merasa lega. "Mas.... aku bahagia banget, masalalu yang dulu aku alami terasa berat, ternyata memberi kebahagiaan bagiku, di masa sekarang!" ucap Nisa memandang jalanan di depan. "Syukurlah, tapi aku akan berusaha, memberikan kebahagiaan bukan cuma saat ini, tapi selamanya!""Aamiiiin...!"Kedua suami istri tak jadi pulang ke rumah, tapi justru mereka

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 164

    "Terimakasih atas saran lo, Nis! Aku akan lihat, bagaimana Indra menyadari kesalahannya! Jika memang dia pantas untuk dipertahankan, maka aku akan berusaha mempertahankannya!" jawab Dinda santai. "Bagus deh, semoga Allah memberikan kebaikan untuk rumahtangga kalian!""Aamiiin....!" balas Dinda atas do'a Nisa. "Oh iya Nis! Aku mau minta maaf, ya! Nama kamu, ikut digunakan oleh mendiang anakku!' jawab Dinda sedih teringat dengan kematian putri kecilnya. "Gak papa, kok! Lagian, nama itu 'kan belum aku bikinkan lisensinya, jadi siapa aja boleh menggunakannya! Apalagi aku cantik, aku yakin siapapun yang menggunakan nama itu, pasti cantik kayak aku!" jawab Nisa enteng. Dinda melongo dengan kenarsisan sahabatnya, sejak kapan, pikirnya "Lo baik-baik aja, 'kan, Nis?" tanya Dinda sambil menempelkan tangannya di dahi Nisa. "Apaan sih, Din! Orang sehat begini, malah dibilang sakit!" gumam Nisa sewot. "Tunggu.... tunggu! Sejak

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 163

    "Assalamualaikum....!" ucap salam Nisa yang di depan sebuah rumah minimalis, ditemani suaminya. "Rumahnya, asri ya Mas!" ucap Nisa sambil melihat-lihat lingkungan rumah sahabatnya. "Kamu suka?" tanya Rasya merangkul tubuh istrinya kepelukan. "Banget, aku itu sukanya suasana alam, ya.... seperti taman ini, Mas!""Nanti kita beli satu, rumah yang ada tamannya!" jawab Rasya enteng. "Awh....!" jerit Rasya yang mendapat cubitan dari istrinya. "Apaan sih, sayang! Main cubit aja!" sungut Rasya sambil menggosok perutnya. "Kamu yang apaan, Mas! Beli rumah, kayak beli gado-gado, pemborosan tau!" protes Nisa. "Kan kamu ingin suasana seperti ini, sayang!" jawab Rasya membela diri. "Tapi nggak gitu juga konsepnya, kali...!" jawab Nisa heran dengan pola pikir suaminya. "Waalaikum salam....! Maaf, cari siapa, ya?" tanya wanita paruhbaya yang membukakan pintu. Rasya dan Nisa menoleh ke pintu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 161

    "Dasar, adik ipar perhitungan! Baru aja dimintai pertolongan beberapa kali, udah main kabur!" omel Arman di sepanjang jalan. Sampai di rumah, emosi Arman semakin membengkak! Ibunya yang duduk di atas kursi roda, melemparkan perabotan rumah yang tidak seberapa, ke segala arah. "Mama apa-apaan sih, Ma! Udah gak bisa bantu beres-beres, malah berantakin rumah begini!" Melihat kedatangan putranya, bu Susy tambah meradang. Semua barang benda yang dapat terjangkau oleh tangannya, ia lemparkan kepada Arman. "Huh.... huh...!" Sambil melempar, hanya kata gak jelas yang keluar dari bibirnya. "Ma.... jika Mama terus-terusan seperti ini, Arman pastikan Mama akan menyesal!" bentak Arman memandang tajam. "Mama mikir gak, sih! Mama baru aja keluar dari Rumah Sakit, bukannya istirahat malah marah nggak jelas begini!" omel Arman sambil mengumpulkan pecahan beling yang berserakan di lantai."Hamu... hak.. hecus, hurus hibu!" ujar bu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

DMCA.com Protection Status