Share

chapter 151

"Kamu harus makan, Dinda..! Ya, makan ya!!" bujuk Indra lagi.

Dinda tak menyahut, ia masih sibuk meninabobokan boneka, yang ia anggap putrinya.

"Huuusstt.....jangan berisik donk, Mas!" tegur Dinda berbisik. Sejak mengalami depresi, panggilannya pun berubah, yang awalnya memanggil dengan nama, kini berubah jadi Mas.

"Iya..iya..! Aku gak berisik kok, tapi sekarang kamu makan dulu, ya! Kalau nggak makan, nanti kamu sakit, Din!" bujuk Indra lembut.

"Aku gak mau makan, Mas! Kalau aku makan, nanti Dede Nisa bangun!" ucap Dinda sambil menepuk-nepuk pelan bonekanya.

Nama putrinya, yang pernah disebutkan Rudy, itulah yang melekat dalam memori otak Dinda.

Indra menatap sedih kelakuan istrinya. Ia semakin merasa bersalah pada Dinda, andai saja saat kehamilan, dia bisa menjaga perasaan Dinda, mungkin semua ini takkan terjadi.

"Din...kamu makan, biar aku suapin ya!" bujuk Indra lagi.

"Hmm....!" jawab Dinda mengangguk.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status