"Eng-enggak gitu! Aku tadi nggak sengaja, bajunya nyangkut terus ketarik ujung handukmu. Maafin aku, Mar!"
Sambil menutup matanya karena perasaan tak enak, malu, serta serba salah di dalam hatinya yang tak jelas juga menyalahi dirinya sendiri kenapa dia bisa sampai kelepasan memikirkan sesuatu yang tabu, Caca memang tidak berani untuk menatap Amar saat ini.Dirinya dipenuhi dengan rasa malu."Hehe, kamu belum pernah punya kekasih ya sampai hampir ngiler tadi?"Pertanyaan Amar yang tidak dijawab oleh Caca justru wanita itu malah sedikit meringis, tak tahu harus menjawab apa juga pada Amar. Dia hanya tahu kalau Amar sedang menggodanya."Udah, buka matamu! Aku sudah pakai handuknya lagi. Dan bantu aku, pegang ini di kanan dan di kirinya! Tadi aku ingin menyuruhmu memegang ini tapi kamu malah ngeliatin perutku doang."'Memalukan! Dia benar-benar sadar kalau kau memperhatikan perutnya! Apa jangan-jangan Dia melihatku juga menelan liur"Aahaha, pandai sekali membuat lelucon!"Memang apalagi yang bisa dilakukan oleh Caca selain tertawa menutupi kegemasannya? Dia juga tidak tahu lagi harus melakukan apa.Sejenak pikirannya sedikit beku karena dia malu dengan Amar."Lelucon? Aku memberikan penawaran tadi bukan lelucon!"'Rasa panas wajahku mendengar ucapannya!'Sejujurnya kata-kata Amar barusan sudah berhasil membuat semu merah di wajah Caca tapi wanita itu tetap menggelengkan kepalanya sambil menutupi rasa malunya dengan tawa."Tadi itu aku bertanya karena aku bingung saja kenapa kau yang tidur di sana bukan aku? Harusnya Kau pemilik kamar ini kau tidur dikasurmu itu. Sedangkan aku di sini dibayar dan aku sudah dibantu olehmu beberapa kali untuk menyelesaikan permasalahanku! Ssssh, Bagaimana dengan urusan ayahku yang tadi kau tunjukkan padaku?" Di sini Caca meringis sedikit karena pesona Amar sudah membuatnya lupa dan dia yang sudah mengingat masalahnya sendiri, termasuk mengingat berkas yang disodorkan Amar dan itu
"Sssh, bangun tidur itu tidak bagus kalau langsung buka selimut dan mengubah posisi tubuh ke duduk tegap! Kau harus bangunnya perlahan-lahan dari posisi miring sebelum duduk tegak! Karena itu yang terbaik untuk kesehatan."'Bisa-bisanya dia membicarakan tentang kesehatan sedangkan hatiku sekarang sudah kocar-kacir karena menahan malu aku sudah bangun kesiangan! Tak tahulah sekarang sudah jam berapa!'Amar mungkin tersenyum sangat menyejukkan sekali dipandang mata tapi tidak untuk Caca yang merasa sangat bersalah dan malu padanya. Apa pandangan orang tua Amar nanti kalau melihatnya datang ke meja makan sedangkan mereka semua sudah selesai makan?"Maafkan aku ya!"Caca masih tahu diri dan dia merasa sangat bersalah sekali tak bisa memenuhi janjinya. "Masih ngantuk nggak Ca? Kalau masih ngantuk tidur lagi aja!""Eh enggak!"Entah apa maksud Amar menyindir atau Dia benar-benar menyuruh tidur, Caca tidak tahu! Tapi yang past
"Ya ampun, Kenapa kau bisa berpikir kalau kami akan marah dan membencimu?"Sebelum Caca yang nervous berhasil mengutarakan isi hatinya, ibunya Amar lebih dulu menyapanya dan sudah berdiri dari kursinya mendekat pada Caca dan Amar."Ayolah menantuku sayang! Duduk sini! Kami dari tadi memang sudah menunggumu makan bersama!""Eh, ta-tapi ini jam sepuluh."Caca memang sudah grogi sangat sehingga dia menjawab refleks ibunya Amar."Kami menunggumu untuk makan bersama. Tidak masalah kalau kau bangun jam sepuluh ataupun bangun jam dua belas siang. Itu wajarkan untuk orang yang baru saja menikah? dulu juga aku saat pertama kali malam pertama dengan suamiku setelah pernikahan kami bangun hampir di sore hari."Caca tak tahu lagi harus bagaimana tapi wajahnya sudah merah padam. Dia bahkan tak berani menatap semua wajah anggota keluarga Ammar yang sudah tersenyum menatapnya. Pandangannya justru malah menunduk dan tangannya terasa semakin ding
"Iya, aku senyumin duluan soalnya istriku manis banget. Aku mau jadiin momen ini kenang-kenangan terindah dalam hidupku. Makanya aku harus merekam semuanya sedetail mungkin."Bisa saja dia selalu membuatku jadi deg-degan. Apa tadi yang dia bilang? Merekam semua detail wajahku. Hahaha. Harus berkomentar apa aku sekarang?Amar memainkan peranannya. Dia terlihat seperti seorang pria yang jatuh hati dan jelas saja Caca yang baru pertama kali dekat dengan laki-laki merasa sangat terganggu.Bukan terganggu karena risih tapi terganggu karena hatinya mulai bermain api. Apalagi mendengar semua orang dalam ruangan itu sah karena akan mendukungnya. Ini berhasil mengganggu kewarasannya."Rasa-rasanya dulu saat awal menikah kau tidak pernah seperti itu padaku.""Sita kenapa kau malah membanding-bandingkan kakakmu dengan aku? Kan kau tahu sendiri aku dari dulu bukan orang yang romantis. Tapi terbukti kan walaupun aku bukan orang yang romantis tetap saja aku membuatmu bahagia. Kita punya dua anak da
"Eh kau baik-baik saja?"Caca refleks bertanya pada Amar yang tak sengaja keselek air minumnya sendiri.Pria itu memukul-mukul dadanya sendiri sambil mengangguk karena memang dia tidak kenapa-napa. Hanya sesuatu saja yang membuatnya merasa terganggu."Kau yakin kau tidak apa-apa?""Aku minum tidak hati-hati sepertinya makanya aku keselek."Bibir Amar berkata begitu karena dia tidak mau setiap orang jadi banyak pikiran karenanya.Tapi siapa yang tahu hatinya?Ken. Pernyataannya tentang Ken membuatku teringat tentang seseorang. Tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Amar. Dia tidak baik-baik saja justru dia kepikiran tentang sesuatu yang selama ini dilupakannya."Kau minumlah pelan-pelan dulu.""Yah, tidak apa-apa. Aku akan minum pelan-pelan. Terima kasih saranmu."Amar perlahan menenggak minumannya dan dia menunjukkan pada semua kalau dia baik-baik saja membuat mereka semua lega dan kini mata Amar mengarah pada keponakannya."Erlangga. Kurasa terlalu dini kau memberikan itu pada teman
"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?""Sebenarnya tidak. Maaf aku menarikmu ke kamar tapi memang ada yang ingin kutanyakan."Amar tadi izin duluan dan dia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh keluarganya. Baginya yang penting dia ingin menanyakan sesuatu pada wanita yang kini sedang ditatap olehnya."Apa itu?"Dan ini pertama kalinya Amar tergesa-gesa bersikap pada Caca.Biasanya dia sangat tenang tapi tidak kali ini. Dia terlihat penasaran dengan sesuatu."Kau tahu apa tadi
Apa bener dia memang memiliki kekasih tapi dia tidak mau cerita pada orang tuanya dan sengaja dia menikahiku karena sebenarnya kekasih yang dicintainya itu adalah laki-laki?Menunggu Amar terlalu lama akhirnya Caca berspekulasi yang membuat dirinya merinding sendiri.Jadi pria yang bersama denganku sekarang ini adalah pria pencinta laki-laki makanya dia tidak pernah punya kekasih wanita. Dan dia benci wanita karena dia sudah dikhianati oleh mantan kekasihnya dulu yang seorang perempuan!Entah alasan dari mana tapi Caca sudah berpikir begini. Dan itu yang membuat dirinya merasa jijik."Hai, apa yang sedang kau
"Sebentar Paula, aku sedang minta konfirmasi ke Caca."Arthur memang ingin mendengar sendiri dari bibir Caca kalau memang dia sudah menikah dengan laki-laki yang kini merangkulnya"Jadi alasanmu kemarin tidak datang ke klub karena kau sudah menikah? Eh bukan. Kau sedang menjalani prosesi pernikahan dan bersiap untuk pestamu?"Aku tidak membuat persiapan apapun dengan pesta itu. Aku tidak datang ke klub karena aku juga tidak tahu apakah ayahku mencariku di sana atau tidak, jawab Caca di dalam hatinya."Iya. Maaf ya. Dan kurasa aku tidak lagi bisa bekerja di clubmu. Aku akan melunasi hutang-hutangku yang tersisa padamu."