"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
"Sebenarnya tidak. Maaf aku menarikmu ke kamar tapi memang ada yang ingin kutanyakan."
Amar tadi izin duluan dan dia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh keluarganya. Baginya yang penting dia ingin menanyakan sesuatu pada wanita yang kini sedang ditatap olehnya.
"Apa itu?"
Dan ini pertama kalinya Amar tergesa-gesa bersikap pada Caca.
Biasanya dia sangat tenang tapi tidak kali ini. Dia terlihat penasaran dengan sesuatu.
"Kau tahu apa tadi
Apa bener dia memang memiliki kekasih tapi dia tidak mau cerita pada orang tuanya dan sengaja dia menikahiku karena sebenarnya kekasih yang dicintainya itu adalah laki-laki?Menunggu Amar terlalu lama akhirnya Caca berspekulasi yang membuat dirinya merinding sendiri.Jadi pria yang bersama denganku sekarang ini adalah pria pencinta laki-laki makanya dia tidak pernah punya kekasih wanita. Dan dia benci wanita karena dia sudah dikhianati oleh mantan kekasihnya dulu yang seorang perempuan!Entah alasan dari mana tapi Caca sudah berpikir begini. Dan itu yang membuat dirinya merasa jijik."Hai, apa yang sedang kau
"Sebentar Paula, aku sedang minta konfirmasi ke Caca."Arthur memang ingin mendengar sendiri dari bibir Caca kalau memang dia sudah menikah dengan laki-laki yang kini merangkulnya"Jadi alasanmu kemarin tidak datang ke klub karena kau sudah menikah? Eh bukan. Kau sedang menjalani prosesi pernikahan dan bersiap untuk pestamu?"Aku tidak membuat persiapan apapun dengan pesta itu. Aku tidak datang ke klub karena aku juga tidak tahu apakah ayahku mencariku di sana atau tidak, jawab Caca di dalam hatinya."Iya. Maaf ya. Dan kurasa aku tidak lagi bisa bekerja di clubmu. Aku akan melunasi hutang-hutangku yang tersisa padamu."
"Alila ini sudah lewat dua hari kau tidak mau makan. Apa kau akan terus seperti ini?""Pergilah Mama aku mau sendiri. Aku mau tidur."Sejak hari ulang tahunnya yang berantakan, Alila memang mengurung diri di dalam kamarnya dan dia tidak mau ada seorangpun yang mengganggunya.Dia memang tidak mengunci kamarnya. Mamanya masih bisa bolak-balik termasuk kakaknya yang menanyakan kondisinya. Tapi tetap Alila yang dipanggil tidak mau kooperatif."Kalau kau begini terus kau akan sakit. Apa yang kau makan beberapa hari ini?""Aku tidak lapar."
"Aku yang minta Tante! Tadi Om datang ke kantor papa pas sekali aku ada di sana lagi ngurusin beberapa pekerjaan dan ngasih laporan ke papaku. Jadi aku menanyakan kondisi Alila.""Ah, kau yakin begitu ceritanya?"Rania memang bukan orang yang mudah percaya begitu saja seperti dulu saat di awal-awal baru berkenalan dengan Reza.Pengalaman hidup dan semua kejadian yang telah berlalu dalam hidupnya membuat dirinya lebih berhati-hati."Iya Tante. Sebetulnya aku sendiri ingin mengirim pesan pada Alila karena aku tidak enak saat itu aku bicara terlalu keras padanya. Tapi aku belum berani dan aku juga tidak enak pada Rich. Jadi saja kebetulan Om di sana aku bertanya. Dan Om bilang kondisinya tidak terlalu baik.""Reza, anak kita tidak terlalu baik bukan karena salah dari Arthur. Kurasa kau tidak perlu mengadukan semua padanya.""Tidak Tante, jangan salah paham."Arthur tahu dari intonasi bicara Rania dia memang agak sedikit marah pada Reza. Makanya dia mencoba menolong lagi orang yang ada di
"Kau bilang kau sudah dewasa. Tapi kenapa masih seperti anak kecil meringkuk saja di tempat tidur?"Suara itu.Sesaat setelah pintu kamar ditutup suara seseorang yang tentu saja dikenal oleh wanita yang masih dirundung kesedihan di tempat tidurnya itu kini mengubah posisinya dan menatap pria itu tanpa bisa berkata-kata.Bukan karena dia bisu. Tapi wajah itu tidak disangka olehnya akan datang ke dalam kamarnya."Apa yang sedang kau lakukan? Membuat seisi rumahmu bingung dengan kelakuanmu yang seperti anak kecil dan kalau ngambek tidak mau keluar dari kamar?"
"Baiklah aku setuju. "Tak ada lagi alasan untuk berbalik mundur bagi Alila setelah dia mengatakan itu. Kalau dia tidak mengatakan setuju maka saat ini dia tidak lagi bisa mengganggu Arthur ataupun mengharapkan pria itu mencintainya. Tapi kalau Alila mengatakan setuju ini juga sulit untuknya karena kalau dia tidak berhasil membuat teh maka itu artinya dia juga tidak boleh menyisakan rasa cintanya pada Arthur lagi.Lalu apakah Alila berhasil mengikuti keinginannya?"Kalau begitu aku menunggumu di sini."Arthur tidak jadi berjalan ke arah pintu tapi dia memilih duduk di kamar Alila.
"Tapi usiaku masih 17 tahun!"Alila mendengar jelas apa yang dikatakan Arthur makanya dia juga mengingatkan pada Arthur tentang usianya.Alila masih terlalu muda untuk melakukan permainan seperti yang diinginkan Arthur. Tapi apa pria itu mau mendengarkan alasan dari Alila tadi?"Itu pilihan yang kuberikan karena sekarang kau tahu berapa usiaku, sudah cukup untuk menikah dan aku akan mencari wanita lain. "Kalau dia bersama dengan wanita lain bisa mati bunuh diri aku. Aku sangat mencintai Arthur. Dari dulu sampai sekarang aku masih menginginkannya sebagai satu-satunya pria yang menemani sepanjang hidupku.
"Mama aku tidak melakukan apapun. Kenapa kau berpikir buruk sekali padaku?"Alila yang kesal kini berjalan masuk menuju ke seorang pria yang sudah dalam posisi berdiri juga."Papa kenapa Mama selalu saja berpikir buruk tentang aku? Apa aku tidak bisa mendapatkan sedikit kebahagiaanku dan aku tidak pantas kalau orang yang kucintai menginginkan aku menikah dengannya?""Drama apa pula ini? Kau selalu saja dimanjakan oleh papamu dan selalu saja merengek padanya sambil memeluknya seperti itu. Kau pikir aku tidak tahu betapa manjanya kau?"Tapi sayang sikap Alila ini tidak mengubah pendapat dari mamanya yang masih tidak menginginkan Alila men