"Baiklah aku setuju. "
Tak ada lagi alasan untuk berbalik mundur bagi Alila setelah dia mengatakan itu. Kalau dia tidak mengatakan setuju maka saat ini dia tidak lagi bisa mengganggu Arthur ataupun mengharapkan pria itu mencintainya. Tapi kalau Alila mengatakan setuju ini juga sulit untuknya karena kalau dia tidak berhasil membuat teh maka itu artinya dia juga tidak boleh menyisakan rasa cintanya pada Arthur lagi.
Lalu apakah Alila berhasil mengikuti keinginannya?
"Kalau begitu aku menunggumu di sini."
Arthur tidak jadi berjalan ke arah pintu tapi dia memilih duduk di kamar Alila.
"Tapi usiaku masih 17 tahun!"Alila mendengar jelas apa yang dikatakan Arthur makanya dia juga mengingatkan pada Arthur tentang usianya.Alila masih terlalu muda untuk melakukan permainan seperti yang diinginkan Arthur. Tapi apa pria itu mau mendengarkan alasan dari Alila tadi?"Itu pilihan yang kuberikan karena sekarang kau tahu berapa usiaku, sudah cukup untuk menikah dan aku akan mencari wanita lain. "Kalau dia bersama dengan wanita lain bisa mati bunuh diri aku. Aku sangat mencintai Arthur. Dari dulu sampai sekarang aku masih menginginkannya sebagai satu-satunya pria yang menemani sepanjang hidupku.
"Mama aku tidak melakukan apapun. Kenapa kau berpikir buruk sekali padaku?"Alila yang kesal kini berjalan masuk menuju ke seorang pria yang sudah dalam posisi berdiri juga."Papa kenapa Mama selalu saja berpikir buruk tentang aku? Apa aku tidak bisa mendapatkan sedikit kebahagiaanku dan aku tidak pantas kalau orang yang kucintai menginginkan aku menikah dengannya?""Drama apa pula ini? Kau selalu saja dimanjakan oleh papamu dan selalu saja merengek padanya sambil memeluknya seperti itu. Kau pikir aku tidak tahu betapa manjanya kau?"Tapi sayang sikap Alila ini tidak mengubah pendapat dari mamanya yang masih tidak menginginkan Alila men
"Papa, kenapa begitu?"Semua keinginan Alila tidak pernah ada yang ditolak oleh papanya makanya dia syok berat ketika papanya menolak.Kalau mamanya yang menolak ini tak masalah. Papanya selalu bisa membuat mamanya menerima apa yang diinginkan Alila. Tapi kalau sudah begini apa jadinya?"Papa tidak mungkin membiarkanmu pergi tanpa pengawasan. Papa harus memastikan kalau kamu baik-baik saja.""Papa memangnya tidak percaya sama Arthur?"“Masalahnya bukan Papa tidak percaya. Papa percaya dengannya kalau dia itu pria baik-baik tapi yang Papa tidak bisa la
"Hi Rich!""Kau sudah selesai bicara dengan adikku?"Sesuai dengan janjinya selepas keluar dari kamar Alila, Arthur menghampiri sahabatnya yang baru saja naik dari kolam renang. Rich sebelumnya juga sudah mengatakan kalau dia akan berenang. Ini adalah salah satu olahraga yang disukai oleh Rich dan kadang dia juga melakukannya bersama dengan Arthur. Tapi tidak kali ini. Arthur hanya ingin memenuhi janjinya saja dan menjawab pertanyaan Rich dengan anggukan kepalanya saja."Dia mengerti?""Aku mencoba membuatnya mengerti dan aku memberikan satu tantangan untuknya."
"Apa kalian diminta olehnya untuk bernegosiasi?""Tidak, putriku tidak meminta itu. Tapi aku dan suamiku penasaran saja kenapa kau memintanya untuk menikah denganmu padahal kau tahu usianya masih sangat muda sekali.""Pertama, kalau dia tidak menikah denganku maka dia akan menggangguku dengan semua wanita yang kuinginkan. Dia akan membuat drama seperti ini juga dan ini artinya dia akan membuat masalah yang sama. Aku tidak menginginkan itu."Arthur sudah yakin sekali cepat atau lambat dia pasti akan ditanya oleh dua orang itu tapi dia tidak menyangka kalau dia akan ditanya saat ini juga. Mungkin besok dia akan ditanya. Tapi ternyata tidak. Alila sudah menceritakan lebih dulu pada orang tuanya setelah dia keluar dari kamarnya."Jadi kau sengaja memberikannya saran menikah denganmu karena kau tidak mau diganggu?"" Tidak juga sih tante Rania. Aku meminta seperti itu karena yang pert
'Habis sudah kesempatanku dekat dengannya! Dia pasti benar-benar membenciku sekarang. Sudah aku tidak bertanggung jawab tidak datang lagi ke club, lalu sekarang aku seakan-akan tidak tahu kalau dia mencintaiku terus aku sudah bersama dengan pria yang ku-akui sebagai suamiku! Haduh, hidupku hancur sudah!'Kejadian ini di saat Arthur sudah membalikkan badan dan meninggalkan Caca dengan Amar dan Paula. Ada perasaan dalam diri Caca ingin mengejarnya dan mencoba memberikan pengertian kalau ini hanya sebuah sandiwara. Tapi pikirannya yang membayangkan tentang Arthur bertemu dengan ayahnya di video yang diberikan oleh Amar membuat dirinya khawatir kalau memang ini hanya sebuah permainan dan dia adalah korbannya.'Tapi apa yang membuat ayahku sangat jahat sekali padaku sampai harus mengorbankanku anaknya sendiri? Atau mungkin aku selama ini hanya salah paham saja?'Tidak ada yang mendorong Caca untuk berpikir kalau Arthur adalah pria yang buruk. Ini yang membuat dirinya merasa sayang sekali
"Eh, kenapa memangnya?" jelas saja Amar kaget.Apa salahnya sehingga Caca seakan-akan khawatir sekali kalau Amar datang ke sana?Pria itu menunggu jawaban dari Caca yang masih memikirkan juga apa alasan yang tepat untuk Amar.'Kalau kukatakan aku tidak enak dengan teman-temanku ini rasanya aneh. Kalau kau katakan jujur tentang semua kekhawatiranku yang hanya menjalin hubungan pura-pura dengannya, aku takut menyinggungnya! Lalu aku harus jelaskan bagaimana?'"Itu--"Hanya kata-kata itu saja yang keluar dari bibir Caca saat hatinya berpikir keras apa yang paling pas sebagai excuse-nya."Apa aku terlalu tua untuk datang ke acara wisudamu?""Oh bukannya begitu! Tapi aku hanya takut saja kalau kau datang ke wisudaku bagaimana jika ayahku ada di sana juga? Dan bagaimana kalau dia bertanya tentang dirimu? Ini akan merepotkan! Aku--""Justru itulah! Aku datang untuk melindungimu supaya ayahmu tidak bisa melakukan apapun kalau kecurigaanmu benar tentang ayahmu, teman ayahmu dan Arthur. Lagian a
"Ah, hahaha, maaf Amar, hmm ... Kadang-kadang aku suka kurang konsentrasi. Aku sering sekali melakukan ini dan kadang aku lupa apa yang sedang kulakukan dan aku fokus pada apa yang sedang kulihat dan tiba-tiba itu menarik perhatianku. Tapi aku juga lupa apa yang kulihat di jalan tadi sampai aku seperti sibuk sendiri.""Oh ya? Kenapa bisa begitu?"Sejujurnya Amar tidak percaya sepenuhnya dengan yang dikatakan Caca.Ini agak aneh. Seseorang bisa melupakan satu hal yang sedang dilakukannya dan dalam waktu singkat dia bisa fokus pada sesuatu yang baru. Padahal dia tadi sedang bicara serius dengan Amar.Rasanya seperti sebuah kebohongan.Tapi Amar tidak mau langsung menuding, dia memilih bertanya pada Caca yang mulai menjelaskan teorinya."Kata dokter itu mungkin karena luka di kepalaku. Aku mengalami dua kali benturan. Aku juga tidak ingat kapan benturan itu tapi aku rasa aku pernah cerita padamu? Atau aku melupakan bagian yang ini?""Kau sudah pernah menceritakannya. Kalau ini memang dia
Delima: Mana ku tahu. Dia baru kembali beberapa jam yang lalu. Mungkin dia ingin memberikan surprise padamu.Shaun, dia menempuh kuliah S1 dan S2-nya di Jepang dan semuanya mendapat beasiswa. Hari ini kepulangannya dan Alila sungguh tak percaya kalau temannya itu sudah datang tanpa meneleponnya.Alila: Berikan teleponnya padanya.Shaun: Hai Alila.Delima pun menurut. Dan kini suara seseorang sudah membuat Alila begitu murka padanyaAlila: Kau. Sahabat macam apa kau pulang tidak bilang-bilang padaku?Shaun: Dengar dulu, aku-Alila: Tak mau. Aku lagi marah padamu Shaun.Yah, sudah terbayang memang bagaimana kesalnya Alila karena tidak diberitahukan tentang kedatangan pria itu. Padahal selama ini komunikasi mereka cukup lancar. Tapi kenapa dia harus tahu dari orang lain tentang kedatangan Shaun?Shaun: Baiklah, aku minta maaf, aku ingin kasih kejutan padamu.Alila: Maafmu tidak diterima. Cepat temui aku di plaza dan bantu aku mengurus empat monster kecil ini. Bawa juga Delima. Dia yang pa
"Alila, kau dengar aku tidaaaak?""Dengaaaar, sabarlah Darwin, kan aku masih berpikir!"Entah kenapa Alila jadi mengingat ini. Sampai dia diam beberapa detik dan Darwin mengomel.Bayangan tentang Arthur memang tidak bisa dilupakannya dengan mudah. Ini yang membuatnya kembali menunjuk pekerjaan pada Darwin."Jangan bilang kau akan menunda lagi. Atau jangan-jangan kau menunda terus supaya aku berpaling dari Delima padamu.""Dih, kau pikir aku menyukaimu Darwin? Ish.""Habis, lama sekali sih. Aku sudah tidak sabar. Apa kau tidak mendukungku bersama dengannya dan hanya menipuku selama ini?"Darwin memang tidak sabaran. Delima memang sangat cantik sekali dan Darwin menyukainya sejak pandangan pertama. Alila jadi terkekeh lagi melihat bagaimana kesalnya Darwin padanya.Hubungannya dengan Darwin tidak se-kaku hubungan antara Reza dengan David. Mereka tak pakai panggilan resmi. Di tempat kerja, panggilan nama seperti ini juga tak masalah. Tak jarang mereka juga ribut satu sama lain di depan k
"Amar, Caca akan melahirkan!"Cuma sebelum siapapun merespon, Alila sadar duluan. Darah segar pun mengalir begitu saja yang membuat Amar cemas, Alila memekik."Kenapa kau diam saja? Cepat bawa istrimu ke dalam!"Reza juga panik. Dia segera mungkin membuka ruangan dan memanggil dokter untuk mempersiapkan operasi kedua yang jaraknya bahkan tak lebih dari seperempat jam dari Rania yang baru selesai.Caca tidak bisa diminta lahiran normal karena masalah di kepalanya dikhawatirkan akan mengganggu kesehatannya.Sekarang saja masalah di otaknya belum sembuh betul. Ya memang kondisinya sudah lebih baik. Caca bisa bertahan mengingat seseorang lebih dari seperempat jam. Bahkan rekor, pernah setengah jam dia tak bertanya dan bisa fokus ke obrolan tanpa gangguan. Tapi tetap saja, lahiran normal ini resiko berat."Papa. Amar. Bisa tidak sih kalian tidak bolak-balik? Mengganggu penglihatanku saja!"Tadi saat Rania melahirkan, Reza masih bisa tenang hanya menggenggam tangan Alila dan merangkul putri
"Aku tidak jadi bicara denganmu. Akan kupikirkan lagi bagaimana aku harus menyingkirkanmu!"Lagi-lagi jawaban yang membuat kepala David pening."Reza kau ingin aku mengundurkan diri kah?"Amar tak mengerti apa yang sedang mereka perdebatkan tapi sepertinya dia melihat sisi positif dari sikap David yang menekan Reza ini."Kau tidak perlu mengundurkan diri kalau Reza memang membenciku, David. Dia masih berpikir kalau aku ingin merebut Rania-""BUKAN HANYA RANIA!" Reza memekik."Kau pikir masalahku denganmu hanya karena itu? Aku membencimu karena kau selalu mengganggu hidupku, selalu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."Bingung juga Amar mencernanya. Karena dia merasa tidak mengambil apapun dan bahkan dia sudah mengembalikan Rania kepada Reza.Dia tidak mengganggu hubungan mereka selama mereka bersama, dia tidak datang kecuali dia ingin mengecek DNA Caca barulah dia muncul."Sudah Amar, tidak perlu dipikirkan. Reza hanya cemburu tentang Marsha. Kau bersama dengan Marsha dari d
"Kau jaga Marsha. Aku akan bicara dengan suaminya tentu dia sendirian di dalam kamarnya, temani dia."Tapi Reza tidak mengizinkan Alila ikut.Dan putrinya pun menurut meski saat ini David yang melihat ini dia menatap tak suka pada Reza."Kenapa kau?""Aku ikut kau bicara dengannya. Tapi jika kau berani mencoba mengganggunya maka aku akan menyelamatkannya Reza. Kau temanku tapi aku tahu kalau menyerang Amar adalah tindakan yang salah."Ini hanya sebatas kekhawatiran David kalau Reza akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh kakeknya Frederick dulu. Bersikap baik pada Rania tapi di belakang dia menusuk Rania. Membuat wanita itu kesulitan dan bahkan Frederick adalah orang yang patut disalahkan untuk semua kejadian yang menimpa Marsha.Tidak mungkin Marsha diculik dan mengalami luka di kepalanya yang parah jika Frederick melindunginya."Kau ingin menentangku?"Dan tentu saja pembicaraan ini terjadi setelah Alila keluar dan dia menuju kamar Caca dan Amar. Reza mengingin
"Papa?""Papa Reza, Marsha.""Sssh, Papa Rezanya Marsha, om Amar?""Hm, papanya Marsha. Papanya Marsha juga sudah kangen sekali dengan Marsha dan ingin sekali memeluk Marsha."Ada senyum dari wanita yang sedang ada dalam rangkulan Amar itu dan Reza juga menegang saat Amar mengatakannya.Tidak terbesit dalam pikiran Reza sama sekali kalau Amar akan membahas tentang dirinya pada Marsha dengan cara seperti ini setelah sebulan lebih Reza terus berpikir negatif tentang Amar dan cemburu padanya."Baca ini Reza."Amar memberikan handphone yang diambil David agar Reza baca.[Reza kemarilah. Putrimu yang ini juga ingin dipeluk olehmu. Dia memegang tanganku kencang sekali saat kau memeluk adiknya, Alila.]"Eh tentu Papa, kau harus memeluknya."Alila yang mengintip isi pesan itu, melepaskan diri dan dia khawatir sekali kalau kakaknya akan cemburu padanya.Dia meninggalkan Reza sendiri dan memberikan jarak agar papanya bisa mendekat pada Marsha di mana Amar juga memberikan jarak."Om Amar, dia pa
"Kenapa kau bicara begitu tentang Arthur? Kau siapa?" Caca sudah lupa lagi tentang siapa Alila.Tapi setiap kali membicarakan Arthur memang Caca selalu melindunginya dan ini yang membuat Amar tak setuju dengan rencana Alila."Tidak Alila. Aku tidak yakin. Kita akan melihat nanti seiring dengan berjalannya waktu.""Tapi kan ini sudah pasti. Dia menculikku!" sanggah Alila tak terima."Saat aku bertemu dengan mamamu untuk kedua kalinya dan dia hilang ingatan, tidak mengenal tentang Reza, aku sangat yakin sekali kalau papamu itu adalah orang yang sangat jahat. Dia menculik mamamu dan berusaha untuk membuat mamamu menyukainya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku bisa melihat kalau Reza tidak seburuk yang dikatakan oleh Giyan. Jadi kurasa waktu selalu bisa menunjukkan siapa orang itu sebenarnya. Hanya perlu menunggu saja."Amar mengembalikan semuanya pada kejadian itu dan matanya kembali menatap Reza."Amar kau tidak percaya padaku kah? Aku sendiri yang bicara dengan ayahnya!"Ketim
"Tidak Amar kau salah jika berpikir kalau Arthur adalah orang baik. Justru semua masalah ini diawali darinya!"Tapi saat itu juga Alila menepis semua pikiran Amar tentang kebaikan Arthur. Dia mencoba memblok dirinya dan tidak mau terbuai dengan perasaannya lagi.Dia yakin sekali Arthur adalah sumber permasalahannya. Pria itu sangat jahat padanya dan keluarganya. Alila hanya ingin memperingati dirinya untuk membenci Arthur."Alila, apa maksudmu?" tapi sebetulnya Amar tidak setuju"Lagipula dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Dia sudah mendapatkan karmanya. Dia sudah mati. Jadi tak perlu dibahas lagi Amar."Reza kau berhasil menyingkirkan Arthur berarti sebentar lagi kau juga berusaha untuk menyingkirkanku karena keegoisanmu dan merasa dirimu yang paling benar. Tapi aku tidak akan pernah menyerah dan aku tidak akan pernah membiarkan Caca pergi dari hidupku. Apapun yang kau akan lakukan padaku, aku akan bertahan demi istriku.Cuma saat itu juga pikiran Amar memperingatkan dirinya kala
"Tuan pasien sudah bisa dibawa ke ruangan opname. Dan kami akan membawanya sekarang."Melihat kondisi Caca yang sedang tertidur sudah mulai stabil lagi, perawat menginfokan. Lagi pula dia sudah ada di dalam ruang observasi lebih dari dua jam.Mereka tidak bisa melakukan apapun untuk ingatannya agar kembali pulih seperti dulu. Tapi dari luka fisiknya tidak ada yang bermasalah. Luka di kepalanya juga stabil dan ini jadi pertimbangan dokter untuk memindahkan Caca ke kamar pasien.Dan kejadian ini berlangsung setelah kepergian Reza sekitar setengah jam."Baik. Kalau begitu silakan dipindahkan sekarang."Amar mengizinkan. Dan selama proses pemindahan dia tidak pergi ke manapun. Dia tetap menemani Caca di samping tempat tidurnya yang didorong oleh perawat ke ruangan opname.Amar juga hanya menunggu Caca di dalam ruangan itu sambil sesekali dia melihat handphonenya dan mengirim pesan untuk mengurus masalah bisnisnya juga.Bukan hanya masalah bisnis, ibunya yang ingin pamit pulang ke Indonesi