"Apa maksudmu melihatku begitu?"
Aku juga tidak tahu apa maksudku melihatnya begitu. Tapi yang pasti aku gemas sendiri dengan dirinya karena kalau aku bicara lagi pasti dia akan membalikkan lagi kata-kataku. Selalu saja aku yang kalah.
Rania sebenarnya menjawab begini di dalam hatinya tapi diam memilih menggelengkan kepalanya dan menunduk.
“Yang menjadi masalahku sekarang kau terlihat sangat tampan. Sama seperti dulu Daddy Reza. Dan selalu saja menghipnotisku. Tapi aku merasa wajahku seperti tante-tante. Aku khawatir kalau kau tidak akan menyukaiku lagi. Aku malu sekali dengan diriku sendiri. Apakah warna kulitku berubah? Apakah ada keriput di tanganku? Keriput di wajahku ka
Kalau hanya dengan melakukan ini membuatmu bisa percaya padaku maka aku rasa aku tidak punya pilihan lain. Daripada aku salah bicara dan aku kena omel lagi darimu.Rania tak mau berdebat lagi dengan pria yang tadi sudah mengeluarkan emosinya dan tampak kesal itu."Kau tahu arti ciumanku tadi?"Dan kini Rania memberikan sebuah pertanyaan setelah dia mengangkat bibirnya dengan kedua tangannya masih memegang wajah Reza."Kupikir kita akan pergi dengan perjalanan hanya setengah jam lalu sampai ke tempat tujuan dan kita akan menghabiskan waktu bersama. Kau tau aku sudah sangat merindukanmu?"
"Awww, Sweet J, Awww, hentikan!"Tapi sayang Rania tidak merespon permintaan Reza yang sebelumnya.Makanya pria itu sudah meninggikan suaranya lagi tapi memang dia tidak berani mendorong tubuh Rania. Dia tak ingin wanita itu jatuh meski saat ini dia tersiksa juga dengan apa yang dilakukan Rania."Baiklah aku minta maaf. Hentikan dulu. Aku minta maaf aku akan membawa Rich segera ke sini."Dan akhirnya setelah lima menitan bernegosiasi dengan Rania tidak juga digubris oleh wanita itu, Reza menjanjikan sesuatu yang membuat Rania baru mau mengangkat giginya dari leher Reza.
"Aku tadinya mau mengajakmu ke sana tapi kau malah turun dari mobilku dan kurasa ini sedikit hukuman untukmu!""Aaakh, Reza!"Apakah tenaga Rania lebih kuat daripada Reza?Apakah penolakannya akan didengar oleh Reza?Lalu bukankah Rania tidak menginginkan ini tapi kenapa dia masih melengkingkan suaranya saat kenikmatan itu sudah selesai didapatkannya?"Daddy Reza, kau.""Aku hanya tes drive. Bagian bawahnya masih cukup baik dan ukurannya masih sama seperti ukuranku. Kecuali kal
"Rich!"Nama itu keluar dari bibir Rania yang sangat bahagia sekali ketika matanya menatap sosok tersebut mendekat dan membuka tangannya untuk meminta sedikit pelukan."Rich, aku-- Za, ini--"Rania sebetulnya ingin bicara dengan Rich. Tapi kebetulan sekali matanya juga memandang ke arah sekitar yang membuat dirinya sulit berkata-kata."Mama, ini buket bunga untukmu. Kata Papa, hari ini Papa dan Mama akan buat janji lagi."Rich hanya mendapat penjelasan singkat itu dari orang-orang yang menjaganya. Tapi Rania tahu maksudnya apa.
"Hey, berhentilah menangis. Seharusnya kau bukan menangis tapi tersenyum bahagia Sweet J."Pria yang bersama dengan Rania mencoba membujuknya dan kini dia menghapus air mata di pipi wanita yang masih terlihat pucat dan lemah."Mama, aku sudah lihat adik bayiku. Dia lucu sekali. Tapi dia tidak mau membuka matanya. Aku mau mengajaknya bermain tapi dia tidur saja.""Hihi, sabarlah Rich. Kau baru bisa bermain dengannya setahun lagi. Sekarang ini dia paling hanya bisa kau asuh saja.""Sama seperti kau mengasuhku, Shine?""Hmm, begitulah."
"Lila jam segini kau belum pulang Apa kau tidak akan dimarahi oleh orang tuamu?""Aman ajalah! Lagian dalam beberapa jam lagi juga aku udah 17 tahun dan aku sudah masuk hitungan dewasa."Alila mencoba menenangkan teman-temannya yang sedikit khawatir karena mereka tahu ayah Alila sangatlah tegas dan kalau sudah marah bisa berbahaya untuk mereka nanti."Apa kau yakin? ""Aku dapat bekingan dari kakakku Rich. Dia yang melobi temannya Arthur supaya aku bisa masuk ke night club ini. "Senyum mengembang di bibir Alila mengingat bagaimana tadi pagi dia mencoba mem
"Kau menyukai pelayan?"Hancur hati Alila ketika mendengar jawaban Arthur. Ini tidak sesuai dengan rencananya apalagi melihat pria itu mengangguk cepat."Aku tidak pernah melihat wanita secantik dia. Dan kau tahu? Dia sangat sulit sekali untuk didekati! Aku sudah berkali-kali mencoba mendekatinya tapi tetap saja dia dingin dan butuh bertahun-tahun untuk menjadi temannya."Alila membuang wajahnya dan tersenyum sinis."Kalau dia gampangan dikejar olehmu itu artinya dia bodoh. Dia tidak bisa membuatmu tertarik padanya dan tergila-gila padanya. Itu kan taktik murahan wanita."
Sesaat sebelum kejadian."Permisi, dua Negroni, Caipiranha, whiskey dan Pina Colada, pesanan meja ini?"Pelayan wanita yang baru datang ke satu meja menyebutkan nama pesanan pelanggan yang duduk di meja tersebut.Ada lima orang pria yang tadi sedang mengobrol dan kini memperhatikannya."Oh iya benar."Wanita itu pun menaruh satu persatu minumannya dan minuman yang pertama baru saja diambil oleh seorang pria yang seakan-akan meminum minuman tersebut. Tanpa disadari oleh wanita yang tertuju matanya pada minuman di meja dia memasukkan sesuatu yang langsung ter
Delima: Mana ku tahu. Dia baru kembali beberapa jam yang lalu. Mungkin dia ingin memberikan surprise padamu.Shaun, dia menempuh kuliah S1 dan S2-nya di Jepang dan semuanya mendapat beasiswa. Hari ini kepulangannya dan Alila sungguh tak percaya kalau temannya itu sudah datang tanpa meneleponnya.Alila: Berikan teleponnya padanya.Shaun: Hai Alila.Delima pun menurut. Dan kini suara seseorang sudah membuat Alila begitu murka padanyaAlila: Kau. Sahabat macam apa kau pulang tidak bilang-bilang padaku?Shaun: Dengar dulu, aku-Alila: Tak mau. Aku lagi marah padamu Shaun.Yah, sudah terbayang memang bagaimana kesalnya Alila karena tidak diberitahukan tentang kedatangan pria itu. Padahal selama ini komunikasi mereka cukup lancar. Tapi kenapa dia harus tahu dari orang lain tentang kedatangan Shaun?Shaun: Baiklah, aku minta maaf, aku ingin kasih kejutan padamu.Alila: Maafmu tidak diterima. Cepat temui aku di plaza dan bantu aku mengurus empat monster kecil ini. Bawa juga Delima. Dia yang pa
"Alila, kau dengar aku tidaaaak?""Dengaaaar, sabarlah Darwin, kan aku masih berpikir!"Entah kenapa Alila jadi mengingat ini. Sampai dia diam beberapa detik dan Darwin mengomel.Bayangan tentang Arthur memang tidak bisa dilupakannya dengan mudah. Ini yang membuatnya kembali menunjuk pekerjaan pada Darwin."Jangan bilang kau akan menunda lagi. Atau jangan-jangan kau menunda terus supaya aku berpaling dari Delima padamu.""Dih, kau pikir aku menyukaimu Darwin? Ish.""Habis, lama sekali sih. Aku sudah tidak sabar. Apa kau tidak mendukungku bersama dengannya dan hanya menipuku selama ini?"Darwin memang tidak sabaran. Delima memang sangat cantik sekali dan Darwin menyukainya sejak pandangan pertama. Alila jadi terkekeh lagi melihat bagaimana kesalnya Darwin padanya.Hubungannya dengan Darwin tidak se-kaku hubungan antara Reza dengan David. Mereka tak pakai panggilan resmi. Di tempat kerja, panggilan nama seperti ini juga tak masalah. Tak jarang mereka juga ribut satu sama lain di depan k
"Amar, Caca akan melahirkan!"Cuma sebelum siapapun merespon, Alila sadar duluan. Darah segar pun mengalir begitu saja yang membuat Amar cemas, Alila memekik."Kenapa kau diam saja? Cepat bawa istrimu ke dalam!"Reza juga panik. Dia segera mungkin membuka ruangan dan memanggil dokter untuk mempersiapkan operasi kedua yang jaraknya bahkan tak lebih dari seperempat jam dari Rania yang baru selesai.Caca tidak bisa diminta lahiran normal karena masalah di kepalanya dikhawatirkan akan mengganggu kesehatannya.Sekarang saja masalah di otaknya belum sembuh betul. Ya memang kondisinya sudah lebih baik. Caca bisa bertahan mengingat seseorang lebih dari seperempat jam. Bahkan rekor, pernah setengah jam dia tak bertanya dan bisa fokus ke obrolan tanpa gangguan. Tapi tetap saja, lahiran normal ini resiko berat."Papa. Amar. Bisa tidak sih kalian tidak bolak-balik? Mengganggu penglihatanku saja!"Tadi saat Rania melahirkan, Reza masih bisa tenang hanya menggenggam tangan Alila dan merangkul putri
"Aku tidak jadi bicara denganmu. Akan kupikirkan lagi bagaimana aku harus menyingkirkanmu!"Lagi-lagi jawaban yang membuat kepala David pening."Reza kau ingin aku mengundurkan diri kah?"Amar tak mengerti apa yang sedang mereka perdebatkan tapi sepertinya dia melihat sisi positif dari sikap David yang menekan Reza ini."Kau tidak perlu mengundurkan diri kalau Reza memang membenciku, David. Dia masih berpikir kalau aku ingin merebut Rania-""BUKAN HANYA RANIA!" Reza memekik."Kau pikir masalahku denganmu hanya karena itu? Aku membencimu karena kau selalu mengganggu hidupku, selalu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."Bingung juga Amar mencernanya. Karena dia merasa tidak mengambil apapun dan bahkan dia sudah mengembalikan Rania kepada Reza.Dia tidak mengganggu hubungan mereka selama mereka bersama, dia tidak datang kecuali dia ingin mengecek DNA Caca barulah dia muncul."Sudah Amar, tidak perlu dipikirkan. Reza hanya cemburu tentang Marsha. Kau bersama dengan Marsha dari d
"Kau jaga Marsha. Aku akan bicara dengan suaminya tentu dia sendirian di dalam kamarnya, temani dia."Tapi Reza tidak mengizinkan Alila ikut.Dan putrinya pun menurut meski saat ini David yang melihat ini dia menatap tak suka pada Reza."Kenapa kau?""Aku ikut kau bicara dengannya. Tapi jika kau berani mencoba mengganggunya maka aku akan menyelamatkannya Reza. Kau temanku tapi aku tahu kalau menyerang Amar adalah tindakan yang salah."Ini hanya sebatas kekhawatiran David kalau Reza akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh kakeknya Frederick dulu. Bersikap baik pada Rania tapi di belakang dia menusuk Rania. Membuat wanita itu kesulitan dan bahkan Frederick adalah orang yang patut disalahkan untuk semua kejadian yang menimpa Marsha.Tidak mungkin Marsha diculik dan mengalami luka di kepalanya yang parah jika Frederick melindunginya."Kau ingin menentangku?"Dan tentu saja pembicaraan ini terjadi setelah Alila keluar dan dia menuju kamar Caca dan Amar. Reza mengingin
"Papa?""Papa Reza, Marsha.""Sssh, Papa Rezanya Marsha, om Amar?""Hm, papanya Marsha. Papanya Marsha juga sudah kangen sekali dengan Marsha dan ingin sekali memeluk Marsha."Ada senyum dari wanita yang sedang ada dalam rangkulan Amar itu dan Reza juga menegang saat Amar mengatakannya.Tidak terbesit dalam pikiran Reza sama sekali kalau Amar akan membahas tentang dirinya pada Marsha dengan cara seperti ini setelah sebulan lebih Reza terus berpikir negatif tentang Amar dan cemburu padanya."Baca ini Reza."Amar memberikan handphone yang diambil David agar Reza baca.[Reza kemarilah. Putrimu yang ini juga ingin dipeluk olehmu. Dia memegang tanganku kencang sekali saat kau memeluk adiknya, Alila.]"Eh tentu Papa, kau harus memeluknya."Alila yang mengintip isi pesan itu, melepaskan diri dan dia khawatir sekali kalau kakaknya akan cemburu padanya.Dia meninggalkan Reza sendiri dan memberikan jarak agar papanya bisa mendekat pada Marsha di mana Amar juga memberikan jarak."Om Amar, dia pa
"Kenapa kau bicara begitu tentang Arthur? Kau siapa?" Caca sudah lupa lagi tentang siapa Alila.Tapi setiap kali membicarakan Arthur memang Caca selalu melindunginya dan ini yang membuat Amar tak setuju dengan rencana Alila."Tidak Alila. Aku tidak yakin. Kita akan melihat nanti seiring dengan berjalannya waktu.""Tapi kan ini sudah pasti. Dia menculikku!" sanggah Alila tak terima."Saat aku bertemu dengan mamamu untuk kedua kalinya dan dia hilang ingatan, tidak mengenal tentang Reza, aku sangat yakin sekali kalau papamu itu adalah orang yang sangat jahat. Dia menculik mamamu dan berusaha untuk membuat mamamu menyukainya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku bisa melihat kalau Reza tidak seburuk yang dikatakan oleh Giyan. Jadi kurasa waktu selalu bisa menunjukkan siapa orang itu sebenarnya. Hanya perlu menunggu saja."Amar mengembalikan semuanya pada kejadian itu dan matanya kembali menatap Reza."Amar kau tidak percaya padaku kah? Aku sendiri yang bicara dengan ayahnya!"Ketim
"Tidak Amar kau salah jika berpikir kalau Arthur adalah orang baik. Justru semua masalah ini diawali darinya!"Tapi saat itu juga Alila menepis semua pikiran Amar tentang kebaikan Arthur. Dia mencoba memblok dirinya dan tidak mau terbuai dengan perasaannya lagi.Dia yakin sekali Arthur adalah sumber permasalahannya. Pria itu sangat jahat padanya dan keluarganya. Alila hanya ingin memperingati dirinya untuk membenci Arthur."Alila, apa maksudmu?" tapi sebetulnya Amar tidak setuju"Lagipula dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Dia sudah mendapatkan karmanya. Dia sudah mati. Jadi tak perlu dibahas lagi Amar."Reza kau berhasil menyingkirkan Arthur berarti sebentar lagi kau juga berusaha untuk menyingkirkanku karena keegoisanmu dan merasa dirimu yang paling benar. Tapi aku tidak akan pernah menyerah dan aku tidak akan pernah membiarkan Caca pergi dari hidupku. Apapun yang kau akan lakukan padaku, aku akan bertahan demi istriku.Cuma saat itu juga pikiran Amar memperingatkan dirinya kala
"Tuan pasien sudah bisa dibawa ke ruangan opname. Dan kami akan membawanya sekarang."Melihat kondisi Caca yang sedang tertidur sudah mulai stabil lagi, perawat menginfokan. Lagi pula dia sudah ada di dalam ruang observasi lebih dari dua jam.Mereka tidak bisa melakukan apapun untuk ingatannya agar kembali pulih seperti dulu. Tapi dari luka fisiknya tidak ada yang bermasalah. Luka di kepalanya juga stabil dan ini jadi pertimbangan dokter untuk memindahkan Caca ke kamar pasien.Dan kejadian ini berlangsung setelah kepergian Reza sekitar setengah jam."Baik. Kalau begitu silakan dipindahkan sekarang."Amar mengizinkan. Dan selama proses pemindahan dia tidak pergi ke manapun. Dia tetap menemani Caca di samping tempat tidurnya yang didorong oleh perawat ke ruangan opname.Amar juga hanya menunggu Caca di dalam ruangan itu sambil sesekali dia melihat handphonenya dan mengirim pesan untuk mengurus masalah bisnisnya juga.Bukan hanya masalah bisnis, ibunya yang ingin pamit pulang ke Indonesi