Sesaat sebelum kejadian.
"Permisi, dua Negroni, Caipiranha, whiskey dan Pina Colada, pesanan meja ini?"
Pelayan wanita yang baru datang ke satu meja menyebutkan nama pesanan pelanggan yang duduk di meja tersebut.
Ada lima orang pria yang tadi sedang mengobrol dan kini memperhatikannya.
"Oh iya benar."
Wanita itu pun menaruh satu persatu minumannya dan minuman yang pertama baru saja diambil oleh seorang pria yang seakan-akan meminum minuman tersebut. Tanpa disadari oleh wanita yang tertuju matanya pada minuman di meja dia memasukkan sesuatu yang langsung ter
"Rich--""Kakak, kau tahu tadi Arthur sudah mengatakan apa padaku?"Sesaat sebelumnya ketika Rich datang ke night club milik sahabatnya Arthur, dia melihat perselisihan dan kini sebelum Arthur menjelaskan, adiknya Alila sudah lebih dulu masuk ke dalam dekapannya dan mencoba mengadu semua yang terjadi di sana."Apa permasalahan sebenarnya?""Kau tahu Caca? Wanita yang kubilang--""Kau masih mengejar pelayan itu?"Rich sudah tahu apa yang dibahas oleh Arthur. Nama itu bu
"Aku sudah menelpon mereka. Tunggu saja mereka datang!""Alila Kau mau ke mana?"Rich kembali memegang bahu adiknya karena tidak ingin Alila meninggalkan tempat itu sebelum masalah ini beres."Aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sekarang waktunya aku pergi! "Alila tidak mau berada di sana. Dia kesal sekali dengan Arthur. Bahkan tak mau melihat wajahnya.Aku berusaha untuk membencinya mulai saat ini meski sulit. Tapi tiap kali aku melihatnya pasti akan semakin sulit untuk membuatku benci karena aku memang sangat menyukai Arthur.
"Itu akibat kau tidak bisa menjaga adikmu sampai dia pulang marah-marah begitu dan kelihatannya sangat sedih sekali! Apa yang terjadi padanya, Rich?"Rania memang sangat menyayangi putrinya dan suaminya juga sangat memanjakan anak bungsu mereka ini. Begitupun Rich yang juga sangat perhatian pada adiknya, membuat mereka pasti sangat khawatir kalau melihat Alila merengut dan bad mood.Makanya wajar saja jika Rania langsung mengomel pada putranya Rich."Kurasa ini ada hubungannya sama Arthur.""Bukannya kau bilang kau akan membicarakan dengan Arthur tentang pertunangan adikmu dengannya?""Eh, iya sih Pa. Tadinya ada rencana begitu tapi ada sedikit masalah tadi di night club."Keluarga Rich semuanya sudah tahu kalau Alila jatuh cinta pada s
"Apa ada yang menanyakannya?"Dan di tempat yang lain di waktu yang bersamaan, seorang pria bertanya pada seseorang ditelepon dan tersenyum setelah mendapatkan jawaban dari pria itu.Dia tak berbicara lagi dan sudah menutup teleponnya lalu kini pandangan matanya mengarah pada sesosok tubuh yang masih belum sadarkan diri."Permisi Tuan. Ini yang anda butuhkan, Tuan!"Dan beberapa detik kemudian, pintu kamar yang memang tidak ditutup itu baru saja dimasuki oleh pelayannya yang membawakan sesuatu di atas nampan."Oh bagus! Kau jangan ke mana-mana ya. Nanti dia kaget kalau hanya melihatku," ucap pria itu yang kini berjalan mendekat pada seseorang yang masih menutup matanya."Apa dia baik-baik saja?""Kurasa begitu. Hanya ada sekelompok anak muda mencoba untuk membuatnya tak sadarkan diri makanya sekarang aku menyuntikan obat untuk menghilangkan pengaruh obat biusnya.""Apa ada yang ingin berbuat buruk padanya Tuan?"
"Yah, luka ini!" Caca memegang lukanya dan tersenyum mengingat masa lalunya."Luka ini karena ayahku yang saat itu sedang depresi sekali karena kematian Ibuku dan aku masih berusia setahun, dia tak sengaja menjatuhkanku. Ayah masih belum bisa melupakan Ibuku, dia sangat mencintai ibuku bahkan sampai sekarang dia belum menikah lagi. Makanya ayahku merasa sangat bersalah sekali."Amar melirik Caca yang kini sudah menunduk padahal sebelumnya dia bicara sambil menatap Amar yang justru tak menatapnya karena sedang menyetir."Kau yakin itu luka saat kau kecil?""Aku terluka dua kali di tempat yang sama. Pertama saat aku kecil dan terjatuh dengan ayahku lalu yang kedua saat ayah sedang mengemudi mobil menuju kuburan ibuku, kami kecelakaan. Itulah yang membuatku pitak lumayan besar jadi harus ditutupi dengan rambut yang lain. Kadang aku tak pe-de juga."Amar tidak bertanya lagi karena dia belum tahu harus berkomentar apa, hanya mendengarkan cerit
"Kenapa kau bisa berpikir begitu?""Oh, ayahku bilang, nanti ada temannya datang dan aku harus menemaninya minum. Mungkin, mereka gak bilang siapa mereka dan mengerjaiku, tapi maksudnya ya mengajakku minum."Caca juga tidak tahu kenapa dia mau menceritakan semuanya pada Amar. Tapi dia berusaha untuk jujur berdasarkan yang dia ingat sebelum berangkat kerja tadi."Jadi ayahmu menyuruhmu bertemu dengan temannya dan mengajakmu minum lalu dia ingin menjualmu begitu?"Yang ini Caca tidak bisa menjawabnya. Yang dia tahu ayahnya sangat mencintainya dan selalu menjaganya. Dirinya pun selalu mencintai ayahnya tapi kenapa ayahnya harus berjabat tangan dengan seseorang yang sudah melukai keluarga mereka? Dan kenapa semua terlihat baik-baik saja?"Apa mungkin ayahku hilang ingatan dan karena alzheimer-nya dia tidak tahu apa yang dia lakukan?""Bisa jadi, tapi kita tetap harus mencari tahu ini. Aku akan mengirim orang untuk mencari tahu tentang ayahmu dan apakah dia memang punya penyakit itu lalu a
"Aduh Mama, Papa, aku tidak seperti itu. Aku tidak mungkin menyewa wanita untuk memuaskan diriku. Aku tidak pernah melakukan itu seumur hidupku. "Amar membela diri dan kini dia berjalan mendekat pada kedua orang tuanya yang sudah berdiri di samping Caca sedangkan adiknya Sita, dia mendekat pada anak-anaknya dan menyuruh anak-anaknya tidak mengganggu dan dia juga meminta pelayan untuk menemani anak-anaknya bermain bola di taman belakang.Sita yakin sekali ada yang masih ingin dibicarakan oleh Amar sehingga dia tidak mau konsentrasi Amar terpecah karena anak-anaknya."Lalu Caca ini siapa? Tak mungkin kan hanya pelayan baru kau pinjamkan bajumu?"
"Ahaha, caca kau terlalu polos! kau tahu? anakku sudah setia bersama denganmu dan mau menunggumu bertahun-tahun itu artinya Amar memang sangat mencintaimu. aku belum pernah melihatnya melakukan ini kecuali pada satu orang wanita tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu.""Tak perlu bahas masa lalu. Aku akan segera mengurus acara resepsi sederhana untuk kalian!" Dan setelah istrinya bicara, Bayu juga sudah bersemangat sekali dan hendak menelepon orang terpercayaannya untuk mengurus pesta sederhana di saat Rahma kini repot memanggil putri bungsunya. "Ayolah bantu Kakak iparmu Caca bersiap-siap untuk acara pernikahannya dengan Amar, Sita!""Mama gak perlu khawatir! Aku sudah memanggil penata busana sekaligus penata rambut juga. Dia juga sudah menyiapkan gaun pengantin untuk nanti calon kakak iparku juga make up artis. Semua beres deh!"Sita selangkah lebih maju dari kedua orang tuanya. Sebelum Sita diberikan perintah untuk menyiapkan semuanya, dia memang sudah punya feeling dan berinis