"Reza turunkan aku."
Rania mencoba membujuk pria yang kini masih menggendongnya.
Tapi Reza dengan wajahnya yang selalu terlihat cool, seakan tak peduli dan terus melangkah menuju ke arah mobil tempat di mana putranya berada. Seharusnya Rania marah tapi yang terjadi dengan hatinya ini berbeda. Malah membuat hatinya berdegup tak tenang.
Garis-garis wajahnya terlihat tegas. Dia selalu saja terlihat tampan seperti dulu saat aku pertama kali bertemu dengannya. Itu sudah 11 tahun berlalu. Tapi wajahnya seperti vampire yang tak pernah terlihat tua. Tidak terlalu jauh berbeda dari dulu. Masih sangat tampan sekali. Padahal usianya sudah kepala empat kan?
<"Apa maksudmu melihatku begitu?"Aku juga tidak tahu apa maksudku melihatnya begitu. Tapi yang pasti aku gemas sendiri dengan dirinya karena kalau aku bicara lagi pasti dia akan membalikkan lagi kata-kataku. Selalu saja aku yang kalah.Rania sebenarnya menjawab begini di dalam hatinya tapi diam memilih menggelengkan kepalanya dan menunduk.“Yang menjadi masalahku sekarang kau terlihat sangat tampan. Sama seperti dulu Daddy Reza. Dan selalu saja menghipnotisku. Tapi aku merasa wajahku seperti tante-tante. Aku khawatir kalau kau tidak akan menyukaiku lagi. Aku malu sekali dengan diriku sendiri. Apakah warna kulitku berubah? Apakah ada keriput di tanganku? Keriput di wajahku ka
Kalau hanya dengan melakukan ini membuatmu bisa percaya padaku maka aku rasa aku tidak punya pilihan lain. Daripada aku salah bicara dan aku kena omel lagi darimu.Rania tak mau berdebat lagi dengan pria yang tadi sudah mengeluarkan emosinya dan tampak kesal itu."Kau tahu arti ciumanku tadi?"Dan kini Rania memberikan sebuah pertanyaan setelah dia mengangkat bibirnya dengan kedua tangannya masih memegang wajah Reza."Kupikir kita akan pergi dengan perjalanan hanya setengah jam lalu sampai ke tempat tujuan dan kita akan menghabiskan waktu bersama. Kau tau aku sudah sangat merindukanmu?"
"Awww, Sweet J, Awww, hentikan!"Tapi sayang Rania tidak merespon permintaan Reza yang sebelumnya.Makanya pria itu sudah meninggikan suaranya lagi tapi memang dia tidak berani mendorong tubuh Rania. Dia tak ingin wanita itu jatuh meski saat ini dia tersiksa juga dengan apa yang dilakukan Rania."Baiklah aku minta maaf. Hentikan dulu. Aku minta maaf aku akan membawa Rich segera ke sini."Dan akhirnya setelah lima menitan bernegosiasi dengan Rania tidak juga digubris oleh wanita itu, Reza menjanjikan sesuatu yang membuat Rania baru mau mengangkat giginya dari leher Reza.
"Aku tadinya mau mengajakmu ke sana tapi kau malah turun dari mobilku dan kurasa ini sedikit hukuman untukmu!""Aaakh, Reza!"Apakah tenaga Rania lebih kuat daripada Reza?Apakah penolakannya akan didengar oleh Reza?Lalu bukankah Rania tidak menginginkan ini tapi kenapa dia masih melengkingkan suaranya saat kenikmatan itu sudah selesai didapatkannya?"Daddy Reza, kau.""Aku hanya tes drive. Bagian bawahnya masih cukup baik dan ukurannya masih sama seperti ukuranku. Kecuali kal
"Rich!"Nama itu keluar dari bibir Rania yang sangat bahagia sekali ketika matanya menatap sosok tersebut mendekat dan membuka tangannya untuk meminta sedikit pelukan."Rich, aku-- Za, ini--"Rania sebetulnya ingin bicara dengan Rich. Tapi kebetulan sekali matanya juga memandang ke arah sekitar yang membuat dirinya sulit berkata-kata."Mama, ini buket bunga untukmu. Kata Papa, hari ini Papa dan Mama akan buat janji lagi."Rich hanya mendapat penjelasan singkat itu dari orang-orang yang menjaganya. Tapi Rania tahu maksudnya apa.
"Hey, berhentilah menangis. Seharusnya kau bukan menangis tapi tersenyum bahagia Sweet J."Pria yang bersama dengan Rania mencoba membujuknya dan kini dia menghapus air mata di pipi wanita yang masih terlihat pucat dan lemah."Mama, aku sudah lihat adik bayiku. Dia lucu sekali. Tapi dia tidak mau membuka matanya. Aku mau mengajaknya bermain tapi dia tidur saja.""Hihi, sabarlah Rich. Kau baru bisa bermain dengannya setahun lagi. Sekarang ini dia paling hanya bisa kau asuh saja.""Sama seperti kau mengasuhku, Shine?""Hmm, begitulah."
"Lila jam segini kau belum pulang Apa kau tidak akan dimarahi oleh orang tuamu?""Aman ajalah! Lagian dalam beberapa jam lagi juga aku udah 17 tahun dan aku sudah masuk hitungan dewasa."Alila mencoba menenangkan teman-temannya yang sedikit khawatir karena mereka tahu ayah Alila sangatlah tegas dan kalau sudah marah bisa berbahaya untuk mereka nanti."Apa kau yakin? ""Aku dapat bekingan dari kakakku Rich. Dia yang melobi temannya Arthur supaya aku bisa masuk ke night club ini. "Senyum mengembang di bibir Alila mengingat bagaimana tadi pagi dia mencoba mem
"Kau menyukai pelayan?"Hancur hati Alila ketika mendengar jawaban Arthur. Ini tidak sesuai dengan rencananya apalagi melihat pria itu mengangguk cepat."Aku tidak pernah melihat wanita secantik dia. Dan kau tahu? Dia sangat sulit sekali untuk didekati! Aku sudah berkali-kali mencoba mendekatinya tapi tetap saja dia dingin dan butuh bertahun-tahun untuk menjadi temannya."Alila membuang wajahnya dan tersenyum sinis."Kalau dia gampangan dikejar olehmu itu artinya dia bodoh. Dia tidak bisa membuatmu tertarik padanya dan tergila-gila padanya. Itu kan taktik murahan wanita."