Di balik kesuksesan luar biasa group band The Stollen’s dan kenapa Ray sering banget senewen kalau ada yang tak berkenan di hatinya, itu semuanya gara-gara persoalan orang tuanya. Alan Suhilin diam-diam ternyata memiliki WIL alias wanita idaman lain.
WIL Alan Suhilin seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit miliknya sendiri, kesibukan Rani sebagai bisnis women membuat Alan haus kasih sayang seorang wanita. Perkenalannya dengan Weni, seorang perawat yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Ray, membuat Alan bak menemukan cinta baru lagi.
Walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh, karena Alan sudah berusia 47 tahunan, sedangkan Weni baru jalan 24 tahun.
Hubungan itu awalnya aman-aman saja, namun Alan tak bisa menyembunyikan lagi hubungannya dengan Weni, gara-gara keteledorannya sendiri, yakni kepergok Rani dia membeli membeli popok bayi di sebuah supermarket.
Tentu ini pemandangan yang sangat aneh, seorang konglomerat membeli popok bayi di supermarket. Rani yang penasaran terus mengamati dari jauh ulah suaminya ini. Dan pengamatan Rani membuahkan hasil, saat dia melihat suaminya berjalan dengan seorang wanita berkerudung sambil menggendong bayi.
Rani tidak langsung emosi, dia terus mengamati saja lalu mem foto dari jauh ulah suaminya tersebut, sampai Alan dan Weni keluar dari supermarket menuju mobil yang ada di parkiran dan terlihat Argo, sopir suaminya membantu mengangkat belanjaan ke mobil.
“Hmmm…pantas dia akhir-akhir ini jarang pulang ke rumah, alasan selalu sibuk ninjau rumah sakit ke daerah,” batin Rani.
Dua hari kemudian, Alan pun pulang ke rumah dan tentu saja Rani yang sudah menunggu-nunggu sejak dua hari sebelumnya mengajak suaminya ini bicara di ruang tengah.
Foto-foto yang sudah di cetak di perlihatkan pada Alan, suaminya ini justru tak terlihat kaget dia hanya diam saja sambil memperhatikan ulah istrinya ini.
“Apa jawaban papa sekarang dengan bukti ini…sudah berapa lama papa dengan wanita itu dan apakah itu anak kalian!” kata Rani dingin.
“Rani…oke papa akui, itu istri papa, dia sudah kunikahi dan memang benar itu anak kami!” sahut Alan gentleman.
“Baiklah…papa sudah bikin kesalahan yang rasanya sulit aku maafkan, sekarang aku juga akan ambil keputusan yang sangat pahit bagi kita dan juga anak-anak…kita bercerai!” cetus Rani.
Alan mencoba membujuk istrinya ini, bahkan Alan juga menegaskan, dia sudah menotariskan semua hartanya buat Rani dan tiga anak mereka.
“Rani, aku hanya mengambil 5% saja dari total harta kita, 95% sisanya buat kamu dan anak-anak kita, ku harap kamu pertimbangkan lagi keinginan untuk bercerai!” kata Alan, sambil menatap wajah istrinya yang tetap jelita karena sangat rajin perawatan. Namun keputusan Rani sudah bulat, dia tetap minta cerai dari Alan.
Sebelum mendaftarkan gugatan cerainya ke Pengadilan Agama, Rani mengumpulkan Raymand, Andre dan Stefani, tiga anak-anaknya. Rani lalu pelan-pelan menjelaskan dia dan papa ketiga anak-anaknya ini akan segera bercerai.
Ketiga anak-anaknya, terutama Ray sangat kaget dan terpukul, terlebih setelah Rani memperlihatkan foto-foto ayah mereka bersama istri keduanya plus seorang bayi kecil perempuan.
Sidang perceraian Alan dan Rani tak terlalu rumit, karena soal harta gono-gini tidak dipermasalahkan keduanya, sebab sudah di notariskan atas nama Rani dan ketiga anak-anaknya.
Setelah 3X sidang, maka jatuhlah talak 1, Rani pun resmi menjadi janda dan Alan pun tak sungkan lagi bersama Weni, istri keduanya.
Namun, semenjak perceraian orang tuanya itulah Ray yang sedang bersiap untuk tour show session ke II bersama bandnya The Stollen’s berubah agak temperamental. Untungnya kalau sudah berada di panggung, professional nya tetap terjag.
Ben, John dan Manthis tahu belakangan, saat melihat Alan Suhilin yang selalu mereka panggil om Lan datang berkunjung ke studio mereka. Ini merupakan kunjungan pertama Alan, semenjak berpisah dengan Rani.
Ketiganya rada aneh juga, saat melihat ke datangan ayahnya Ray begitu dingin dan terkesan cuek, padahal dulu-dulu tak seperti itu.
Lapat-lapat mereka mendengar suara seperti bertengkar antara Ray dan ayahnya, dari sanalah akhirnya mereka tahu kalau Alan dan Rani, ayah dan ibunya Ray telah bercerai.
Tak lama kemudian dengan wajah keruh, Alan pergi dari studio itu dan dia hampir lupa memberi salam pada Ben, John dan Manthis. Ketiga sohibnya ini hanya saling pandang dan angkat bahu, tanda tak bisa ikut campur masalah sahabatnya.
Malamnya, Manthis menemani Ray yang sedang gabut ini di sebuah pub, Ray yang tak pernah mabuk, malam itu mabuk berat. Manthis tetap setia menemani sahabatnya ini, semenjak mereka berdamai, hubungan Manthis dan Ray malah makin akrab.
Manthis lah juga yang memapah Ray kembali ke apartemennya, karena Ray ogah pulang ke rumahnya yang merangkap studio itu, Ray memiliki 4 apartemen di Jakarta.
Paginya, Ray yang sudah sadar kaget juga melihat Manthis ketiduran di kursi tamu yang ada di apartemennya.
“Bangun loee, ini udah pagi!” kata Ray sambil menowel bahu Manthis. Ray punya kebiasaan selalu bangun pagi, sayangnya dia jarang sekali sholat subuh. Manthis yang dibangunin kaget, saat melihat jam sudah pukul 6.00, Manthis buru-buru ke kamar mandi dan sholat subuh.
Ray yang melihat sahabatnya sholat, kaget juga, tak dia kira Manthis yang hidup bebas bersama Sheila ternyata alim juga.
Ray langsung membuat kopi panas dan dia duduk saja sambil liat TV dan sesekali memandang Manthis yang masih khusuk jalankan ibadahnya.
Setelah berdoa dan melipat sajadah lalu mengembalikan lagi ke tempat semula, Manthis pun ikut bikin kopi dan duduk di sebelah Ray.
“Sorry ya ngerepotin loe tadi malam!” kata Ray sambil menghela nafas dan menghembuskan nafasnya.
“Gapapa Ray, tapi kamu masih enak, ortu masih ada walaupun pisah, lha gue sejak lahir kagak pernah ketemuan ayah sendiri, kecuali satu foto yang baru-baru ini ibu temukan!” kata Manthis sambil menghirup kopinya yang masih ngepul, Manthis bercerita saat dia berkunjung ke rumah ibunya di Banjarmasin.
“Iyahh gue akui, gue salah dengan papa, harusnya gue harus tahu lebih jauh latar belakang kenapa mereka bercerai. Papa sebetulnya tak salah, mami yang sering ga punya waktu buat papa, kesibukan yang padat penyebabnya, sehingga papa cari pelampiasan dan akhirnya menikah lagi!” keluh Ray.
“Sabar Ray…!” Manthis menepuk bahu Ray, keduanya kemudian terus ngobrol santai sampai siang dan akhirnya keduanya kembali ke studio dan melanjutkan latihan kembali.
*****
Sesuai saran Manthis, Ray akhirnya tak lagi memikirkan persolan orang tuanya, ia lalu fokus dengan band mereka.
Kini mereka bersiap ke Makasar, Sulawesi Selatan untuk melanjutkan tour show mereka.
Dua hari kemudian, begitu tiba di bandara Sultan Hasanuddin, ratusan penggemar mereka sudah menanti-nanti di bagian kedatangan ke 4 personel The Stollen’s.
Melihat penggemar yang rata-rata abege ini terlihat antusias bahkan nekat, Ray yang masih angin-anginan berjalan tergesa mencari pintu lain untuk keluar bandara, diikuti Ben, John dan Manthis, serta 3 kru manajemen yang mengiringi mereka.
Saat berpaling dia tiba-tiba menabrak seseorang, wanita ini langsung terjatuh, untung jatuhnya tak begitu kencang, karena tangannya sigap berpegangan pada dinding.
“Aduhhh…liat-liat donk kalo mau jalan!” sungut seorang wanita berkerudung yang di tabrak Ray.
“Ma-maaf mba…ga sengaja!” Ray buru-buru menangkap tangan wanita itu.
“Maaf-maaf, mata di pake, jangan main tabrak ajahhh!” katanya lagi, Ben, John dan Manthis serta 3 kru manajemen hanya terdiam melihat Ray kena marahin wanita yang dia tabrak hingga terjatuh.
Saat menatap wajah wanita ini, Ray langsung kaget, karena wanita ini sangat cantik, kulitnya putih bersih, hidung mancung dan bibirnya di beri lipstick tipis-tipis saja, kerudungnya berwarna merah muda, di padu bajunya ketat tapi pake jaket panjang hingga sampai pahanya, plus celananya denim warna hitam dengan sepatu kets yang kekinian.
“A-nu Mba…tadi kami mau buru-buru cari jalan alternative sehingga ga liat mba ada di belakang,” kata Ray agak gagap juga melihat kecantikan wanita ini. Wanita ini gantian menatap wajah Ray, saat dia melihat Manthis dan yang lainnya, dia kaget karena tentu saja dia seakan familiar dengan band ini.
“Lho kalian ini bukannya band The Stollen’s yaa?” katanya dengan mata berbinar, seakan melupakan tabrakan tadi.
“Iya...aku Ray!” Ray tak sadar dari tadi tangannya masih memegang tangan wanita ini.
“O iyaaa…kamu Ray sang drummer nya kan!” katanya dengan wajah berbinar, sehingga kecantikannya makin naik berlipat-lipat.
“Betul sekali, aku Ben…!” sela Ben sambil mengulurkan tangan, dan barulah wanita ini sadar tangannya masih di pegang Ray, ketika dia bermaksud menerima uluran tangan Ben. Ben langsung mendehem dan akhirnya Ray buru-buru melepaskan tangannya dari wanita ini.
“Aku Sonia, ehh emank kalian mau ke mana sihh, kan jalan menuju kedatangan di sana, bukan balik ke sini!” kata Sonia, sambil menatap wajah Ray.
“Liat dehh di sana, banyak sekali para abege, bakalan sulit kami keluar kalau mereka hadang di depan!” sahut Ray.
“Ooo gitu…oke dehh gini aja, kalian ikutin aku, aku tau kok jalan alternative!” Sonia kemudian jalan sambil menarik tas bagasinya.
“Sini Sonia biar kubawakan tasnya!” Ray pun buru-buru mengambil tas bagasi itu dari tangan Sonia. Sonia tersenyum dan langsung menyerahkan tasnya, kini keduanya jalan berdampingan di depan.
Ben, John dan Manthis saling berpandangan dan ketiganya kompak mengedipkan mata dan sengaja jaga jarak dikit membiarkan Sonia dan Ray di depan. Sedangkan 3 kru manajemen berjalan paling belakang sambil membawa tas-tas mereka.
“Bakalan ada yang jatuh cinta nihh!” bisik John.
“Cocok dengan selera Ray, dia kan paling ga suka dari kalangan seleb, maunya dari kalangan biasa saja!” timpal Manthis pelan, sambil menahan tawa.
“Moga ajah kalau lagi jatuh cinta, sifat tempramentalnya turun drastis, pusing jua dikit-dikit isssmosissss,” John tertawa kecil, sampai Ray dan Sonia menoleh ke belakang.
“Kenapa ketawa!” kata Ray.
“Gapapa…lanjuttt bosqueeee!” sahut John cuek. Sonia tersenyum menatap personel-personel The Stollen’s yang memang tampan-tampan ini, apalagi saat dia menatap wajah Manthis sang vocalis ini, dalam hati Sonia menilai wajah Manthis dianggapnya terlalu manis sebagai cowok.
Sedangkan Ray, walaupun tampan, tapi wajahnya dingin dan terlihat sangat berwibawa. Namun wajah seperti inilah yang diam-diam Sonia sukai, sementara Ben dan John terkesan agak slenge’an.
“Kamu asli Makasar ya Sonia?” tanya Ray berbasa-basi sambil terus jalan ke depan menuju pintu keluar alternative.
“Iya Ray, cuman ke Jakarta menghadiri undangan teman yang ultah!” sahut Sonia.
“Ohh gitu…!” Ray diam kembali, sampai Sonia melirik wajah Ray yang kini kembali ke gaya aslinya, cool dan cuek.
Begitu keluar dari pintu jalur alternative, sampai di sana tentu saja sangat sepi hanya beberapa petugas bandara yang lalu lalang. Sonia terlihat menelpon seseorang, agaknya sopirnya.
“Didi, kamu telpon panitia penjemput, bilang kita nunggu di sini!” perintah Ray pada salah satu tim manajemen, Didi langsung mengangguk dan menelpon, tak lama kemudian terdengar suaranya yang menjelaskan alasan mereka tidak turun di pintu kedatangan, tapi di pintu alternative.
Setelah menelpon, Sonia terlihat agak kesal.
“Kenapa Sonia, kok kesal begitu!” Ray ternyata memperhatikan ulah wanita cantik ini.
“Sopirku ternyata belum sampi bandara, dia bilang sangat macet di kota, sehingga tertahan di jalan!” cetus Sonia.
“Gini aja, kamu ikut rombongan kami, nanti suruh sopir kamu itu jemput di lobby hotel tempat kami nginap!” tawar Ray.
“Iya dehh boleh juga, waah bakalan rame ini sohib-sohibku kalau aku semobil dengan group The Stollen’s yang kesohor ini!” kata Sonia tertawa memperlihatkan giginya yang rata dan putih. Tak lama kemudian, dua mobil jenis Alphard sudah tiba, Ray langsung mempersilahkan Sonia masuk, di ikuti Ben, John dan Manthis yang duduk di depan. Sedangkan mobil satunya diisi tiga kru dan tiga panitia penjemput.
Sonia benar-benar berselfie dengan seluruh personel The Tollen’s di dalam mobil, dia bahkan minta nomor pribadi hape Ray, uniknya ia tak mau minta nope personel lainnya.
“Nasibbb dyyyehhh, maunya satu ajeee…ya dehh yang lain ga usah ngiri yaaa!” ledek Ben sambil tertawa, Sonia ikutan tertawa dan dia bilang ngeri dengan Ben, John apalagi Manthis.
“Lho memang Manthis kenapa?” kata John.
“Wajahnya terlalu manis, matanya dikit nakal, kalo kamu dan Ben terlalu slenge’an, aku lebih suka Ray!” kata Sonia blak-blakan sambil tertawa.
“Hati-hati Ray, Sonia kayaknya ada bakat ahli nujum nihh!” timpal Manthis tertawa.
Sepanjang jalan menuju hotel dia terus di candai personel band ini, Ray hanya sesekali menimpali, tapi matanya tentu saja terus melirik Sonia yang lincah dan humble ini. Semuanya senang dengan gaya Sonia yang kadang cenderung blak-blakan dan apa adanya.
Sonia juga mengungkapkan dia seorang mahasiswi dan punya usaha butik.
“Makanya jangan panggil mba donk, usiaku masih 20 tahun tauuu!” Ray akhirnya tertawa dan bilang maaf, saat itulah dia sadar wajah Sonia memiliki lesung pipit di pipi kanannya.
“Besok malam kami show di stadion Andi Mattalata, nonton yahhh!” sela Manthis.
“Kalau nonton di barisan depan panggung dan di huni para remaja nanggung, idihhh malassss bangetttt. Udah suka jingkrak-jingkrak ga karuan, pas keringatan bauuu tauuu!” kata Sonia dengan mimik lucu, hingga semuanya tertawa berderai.
“Kalau Sonia mau, nanti duduknya di belakang panggung, atau ikutan kami ajahh ya!” timpal Ray.
“Oh yaa…emank boleh, Sonia kan bukan siapa-siapa, panitia bukan, tim manajemen bukan?”
“Tenang Sonia, ntar abang Ray yang atur semua!” Ben langsung nyolot. Sonia lalu menatap wajah Ray, pria inipun mengangguk.
“Makasih yaaa…sebetulnya Sonia lebih suka dangdut lohh, tapi gapapa, sesekali nonton band kalian!”
“Deuhhhh dangdutttt nekkkk…masih muda udah suka dangdut!” olok Ben tertawa sambil berdendang dengan cengkok dangdut. Sonia bukannya marah, dia ikutan terbahak dan bilang aseek aja dangdut, daripada lagu pop yang dia bilang banyak berkeluh kesah soal cinta mulu.
“Kalau lagu-lagu rock, kesannya kok malah serem yaaa..!” tambah Sonia polos, hingga seluruh personel The Stollen’s makin tertawa.
*****
BERSAMBUNG
Begitu sampai di hotel tempat mereka nginap, personel The Stollen’s bisa bernafas lega, karena penjagaan di hotel mereka lebih ketat, sehingga ratusan penggemar tak bisa merangsek masuk ke dalam area hotel, bahkan ke halaman hotel pun tak boleh, pihak hotel berkilah ini demi kenyamanan para tamu hotel lainnya.“Hebatt yahh kalian, punya penggemar fanatic gituhh?” puji Sonia.“Kamu beruntung lohh Sonia, bisa duduk dan ngobrol bareng kami yang di puja-puji…cucukkk dehhhh,” kata Ben bergaya kenes, hingga semuanya tertawa. Sonia makin suka bergaul dengan personel group ini. Padahal awalnya dia mengira mereka itu sombong dan angkuh, karena sedang berada di puncak popularitas.Ben, John dan Manthis langsung beristirahat di kamar masing-masing, Ray menemani Sonia di restoran yang terdapat di hotel itu, karena sopir Sonia masih dalam perjalanan.“Hebat kamu Sonia, masih muda udah punya usaha!” kata Ray.&ldq
Kata orang, kalau cinta sudah melekat, halangan jarak tidak akan menghalangi rintangan itu, diam-diam usai show di Manado, Ray menghilang satu hari. Manthis, Ben dan John sampai ketar-ketir kemana sang leader menghilang, sementara dua hari lagi mereka akan show di Kota Tomohon, setelah sukses show di Kota Manado.Kurang dari 3 jam sebelum show di mulai, Ray akhirnya nongol juga.“Gila loe bro, kemana saja ngilang, aku hampir jantungan tau!” sungut Ben.“Iya nihh, ngilang ko ga bilang-bilang,” sahut John yang sudah bersiap-siap tampil di panggung terbuka, di mana gemuruh suara penonton terus terdengar dari tadi, menunggu penampilan idola mereka ini.Ray hanya mesem-mesem saja dari tadi, dia memaklumi ketegangan semua personel dan juga anggota tim manajemen The Stollen’s.“Udah tenang aja, yang penting kita tampil maksimal malam ini,” Ray pun kini bersalin pakaian. Manthis menepuk bahu sahabatnya ini. &
Alan Suhilin, Weni dan Ray datang langsung ke rumah Sonia, untuk melamar gadis cantik ini, sebelumnya Ray sudah mengontak Sonia terkait rencana itu, Sonia tentu saja sangat berbinar-binar bahagia, karena kekasihnya ini tidak bercanda akan segera menjadikan dia istri sah.Awalnya Sonia tentu saja ragu-ragu, apalagi dia tahu latar belakang Ray yang seorang musisi dan lagi di gilai penggemarnya di mana-mana. Terlebih Ray seorang musisi band rock alternative yang dia tahu memiliki banyak penggemar fanatic dari kalangan abege wanita.Saat Ray blak-blakan ingin mengajaknya menikah, Sonia sampai sakit perut tertawa dan bilang apakah Ray lagi mabuk. Ray sendiri hanya mendiamkan kekasihnya ini tertawa saat mereka vidcal.“Gimana…udah puas ketawanya?” sahut Ray sambil menatap wajah kekasihnya di smartphone.“Belum…ulangin lagi, benaran kamu mau jadikan aku bini secara sah?” sahut Sonia masih tertawa-tawa.Tanpa di duga S
Tak terasa kini 3 tahun sudah berlalu….Semua personel The Tollen’s sudah dewasa semua, Ray malah sudah memiliki dua anak bersama Sonia. Tiga personel lainnya Ben, John dan Manthis masih betah melajang, walaupun Ben kini sudah mempunyai kekasih dan memutuskan sebentar lagi akan naik pelaminan.Hubungan Manthis dan Sheila naik turun, perbedaan usia, lambat laun membuat keduanya mulai tak semesra dulu lagi.Manthis yang kini berusia 23 tahun dan Sheila sudah 27 tahunan, membuat wanita ini minta komitmen lebih, yakni pernikahan. Tapi perbedaan keyakinan jadi penghalang keduanya, sehingga kini hubungan mereka makin renggang.Di satu sisi, di saat hubungannya renggang dengan Sheila, diam-diam Manthis menjalin hubungan dengan Hana Desyata, seorang artis sinetron dan model yang dulu pernah dikenalkan Jeje. Kadang dengan Vena dia masih sering bertemu dan keduanya mengulang kemesraan yang dulu pernah di rajut, walaupun tidak terlalu sering.Ven
Penciuman wartawan memang tajam, mereka ternyata tau kalau Manthis akan ke Bali, ketika Manthis yang kala itu mengenakan pakaian casual, dengan topi dan kacamata hitam, plus masker di wajah dan mau masuk pintu keberangkatan, dia langsung di cegat puluhan wartawan.“Bang berhenti bentarrr bang…wawancara dulu bang?” kata puluhan wartawan. Manthis terus berjalan dan hanya bilang no comment.Langkah Manthis malah terhenti, karena para penumpang sedang antre masuk ke ruang keberangkatan. Sehingga mau tak mau Manthis terpaksa ikut antre dan akibatnya dia terpaksa meladeni wawancara, ratusan orang pun ikut melihat dan malah banyak yang ikutan merekam wawancara Manthis itu.“Bang gimana komentarnya terkait beredarnya video panas yang di duga pemerannya adalah abang?”“Tanyakan dengan pengacara saya saja!” sahut Manthis kalem.“Bang, artis Hana Desyata kemarin saat wawancara bilang dia memang puny
Tiga hari setelah pertemuan dengan Ben dan John, Manthis pun memenuhi panggilan Bareskrim Polri di dampingi Amang Soleha SH, sahabat sekaligus pengacaranya, untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait beredarnya video mesum dia dengan Vena, Hana dan belakangan dengan super model Gerald.Manthis di panggil setelah adanya laporan ke kepolisian yang dilakukan sebuah LSM yang merasa perbuatan Manthis yang merupakan idola remaja telah merusak mental anak-anak muda.Setelah diperiksa hampir 5 jam, Manthis pun keluar dan sudah di serbu puluhan wartawan yang setia menunggunya.Namun Manthis yang saat itu mengenakan topi, masker dan kacamata hitam menyerahkan semua pertanyaan para wartawan ini kepada pengacaranya, Amang.“Klien saya dalam hal ini adalah korban…kami akan mempolisikan pihak-pihak yang selama sengaja berkomplot untuk menjatuhkan klien saya ini!” tegas Amang.“Bangg…jadi benar donk pemeran video mesum ini kli
Empat tahanan lainnya rata-rata karena karena pencurian dan merampok, rata-rata di hukum 5 sampai dengan 7 tahun penjara dan semuanya sudah berada di Lapas lebih dari 3 tahunan.Ketika mereka bertanya Manthis masuk ke Lapas ini karena kasus apa, Manthis akhirnya jujur kalau dia seorang public figure dan terjebak masalah nafsu yang tak mampu dia tahan.Mereka semua tertawa dan bilang wajar saja, karena wajah Manthis memang tampan dan manis, sehingga banyak di gilia kaum hawa. Ustad Arman malah bilang, itu sebetulnya ujian bagi orang yang memiliki kelebihan seperti Manthis ini.“Wajah ganteng dan mempunyai kelebihan ekonomi seperti kamu itu, itulah ujian sesungguhnya, kalau kamu tak bisa memperbaiki kelakuanmu, maka akan jadi malapetaka bagi kamu dan orang lain kelak,” nasehat Ustad Arman pada Manthis.Sehari setelah di lapas, dia dikunjungi Nadu, Manthis lalu minta Nadu membeli sembako, rokok dan juga makanan ringan di kantin yang terdapat di L
Setelah satu tahun menjalani hukuman, Amang Soleha datang dengan kabar yang sangat mengejutkan bagi Manthis. Hasil penyelidikannya bersama detective yang di sewa selama ini membuahkan hasil.Vena, Hana dan Gerald dijadikan tersangka dengan tuduhan sengaja membuat video mesum dan Manthis yang tak menyadari ha itu jadi korban, mereka lalu menyebarkannya dengan seorang oknum wartawan yang juga ahli IT.“Tujuannya jelas, yakni ingin mendongkrak popularitas, dan yang jadi otak dari semua itu adalah manajer mereka si Jeje. Semuanya kini sudah di tahan di Bareskrim Polri, saya yang melaporkan mereka dengan barbuk yang komplet!” Manthis hanya terhenyak setelah Amang mengisahkan kronologis itu, Ia tak menduga kalau mereka setega itu mengorbankan dan menghancurkan karirnya, dengan tujuan mendongkrak karir mereka sendiri. Gigi Manthis sampai berbunyi gemerutuk saking marahnya, saking kesalnya dia sampai memukul dinding beton, hingga tangannya memerah.
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi