“Whatsss…jadi besok kamu mau ke Kalimantan show sayangg!” kata Sheila, saat Manthis bilang besok dia akan pergi.
“Ga bisa di tunda yaa?” Manthis langsung menggeleng, dia bilang, karena ini menyangkut group band mereka yang telah mengangkat namanya, tidak ada alasan apapun dia tidak hadir dan show bersama The Stollen’s. Sheila akhirnya pasrah dan tidak melarang kekasihnya pergi besok.
“Sayang…ada kabar baik, Adit setuju bercerai, tapi kami akan bercerai diam-diam, jadi sambil kelak bicara dengan ortu, kami masih serumah!” Sheila memeluk Manthis.
Manthis memang pernah blak-blakan bilang, dia tak bisa terus menerus jadi orang ketiga dalam rumah tangga Sheila dan Adit.
Keduanya kemudian tenggelam dalam kemesraan, sampai menjelang pagi, karena jam 9 pagi Manthis harus segera ke bandara untuk terbang ke Juanda, Surabaya, lanjut Bandara Syamsudinoor Banjarbaru.
Di perjalanan menuju bandara, Amang menegur Manthis, terkait hubungannya dengan Sheila.
“This, terlepas daripada aku sebagai asisten kamu, tapi tak ada salahnya ku sedikit menasehati kamu,” kata Amang pelan.
“Hmm…iya kenapa Mang?” sahut Manthis.
“Mengenai hubungan kamu dengan Sheila!” Manthis tertawa sejenak, dia akhirnya cerita kalau Sheila dan Adit akan segera bercerai. Amang tentu saja kaget bukan main mendengar itu.
“Kamu jadi orang ke tiga mereka, ingat This, mereka itu baru kawin, masa langsung bercerai apakah kamu….?”
“Tidak…!” potong Manthis langsung, akhirnya Manthis blak-blakan menceritakan persoalan rumah tangga Sheila, Nadu sambil tertawa mendengar cerita Manthis. Amang hanya bisa menghela nafas, pria yang kini menjadi mahasiswa Fakultas Hukum ini kemudian geleng-geleng kepala mendengar kisah Manthis, yang melibatkan Sheila dan suaminya.
“Ga nyangka yahh, saat bersanding macho bangettt…iiihhh ternyata Machhhicaaaa…cuuucukkk!” kata Nadu dengan lagak kenes, sehingga Manthis terbahak-bahak, Amang hanya senyum di kulum. Sopir yang membawa mereka ke bandara ikutan tertawa melihat tingkah Nadu yang bergaya mirip Manejer Vena, si Jeje.
Kenapa Manthis langsung ke Banjarmasin, bukan ke Jakarta dulu?
Ternyata dia ingin menemui ibunya dan berencana mengajak pindah ke Jakarta.
Setelah mendarat di Juanda, Surabaya, perjalanan Manthis, Nadu dan Amang lanjut ke Bandara Syamsudinoor, Banjarbaru. Untungnya tidak delay, sehingga jelang sore mereka kini sudah mendarat di bandara yang baru saja di resmikan Presiden RI dan langsung menuju hotel yang ada di Banjarmasin.
Amang terus melakukan komunikasi dengan Andi, sehingga tim manajemen The Stollen’s lega, kini Manthis sudah duluan ada di Banjarmasin.
Setelah meletakan tas di kamar hotel yang sudah dipersiapkan panitia, Manthis sudah wanti-wanti dengan panitia, agar kedatangannya jangan di publis. Manthis khawatir dia tak bisa kemana-mana kalau penggemarnya sudah berdatangan ke hotel ingin bertemu dia.
Manthis minta Amang dan Nadu cari mobil carteran, karena dia ingin ke rumah ibunya. Tak sulit, karena di hotel ini mobil sudah ready. Bersama dua sahabatnya ini, Manthis yang sengaja memakai topi dan masker keluar dari lobby hotel langsung masuk mobil, karena khawatir di kenali.
Rumah ibunya berada di kawasan Kayutangi, mobil di sopiri Nadu dan Manthis jadi penunjuk jalan menuju rumah orang tua Manthis.
Mobil carteran ini tak bisa langsung parkir di depan rumah, mereka harus berjalan ke dalam gang sekitar 200 meteran.
Begitu sampai di depan rumah ibunya, Manthis yang masih mengenakan kacamata hitam, topi dan masker geleng-geleng kepala melihat ibunya yang terlihat sibuk berjualan di depan rumahnya.
“Ternyata kirimanku selama ini ibu manfaatkan untuk modal jualan dan perbaiki rumah, padahal sudah ku minta agar stop saja jualan!” kata Manthis dalam hati.
“Bu…!” Darmi, ibunda Manthis langsung pangling saat melihat Manthis yang melepas kacamata dan topi lalu maskernya.
“De Jonggg…kamuuuu!” kata Darmi, ibunya ini selalu memanggil Manthis dengan nama De Jong, ibunya beralasan karena itu nama mendiang ayah dari Manthis sendiri. Aman dan Nadu sampai tersenyum mendengar ibu sahabatnya ini memanggil Manthis dengan sebutan De Jong.
Manthis mencium tangan ibunya dan memeluk perempuan yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya, padahal usia Darmi baru 45 tahunan.
“Aman, Nadu, tolong tutup warung ibu, ga enak aseek ngobrol di rumah ada pembeli!” Aman dan Nadu langsung sigap menutup warung ibu Manthis, Nadu sempat ngambil dua bungkus rokok mild.
“Bunda, Nadu beli dua rokok yaaa!” kata Nadu saat melihat Manthis dan ibunya sudah masuk ke dalam rumah. “Ambil saja, ga usah bayar nakk!” sahut Darmi, yang langsung ke dapur meninggalkan Manthis duduk di ruang tamu.
Setelah kini berada dalam rumah yang sangat sederhana, di mana hanya ada riga kursi tamu dan satu meja sederhana. Manthis langsung teringat masa-masa kecilnya yang sangat sulit di rumah berdinding papan dan hanya berukuran 5x7 meter persegi ini.
Darmi kini membawa tiga gelas kopi hitam yang masih mengepul dan mempersilahkan Nadu dan Aman yang kini sudah masuk ke dalam rumah meminumnya. Karena hanya ada tiga kursi, Nadu mengalah duduk di lantai.
“Baru sekarang kamu pulang De Jongg, mentang-mentang sudah jadi artis, sampai malas pulang ke sini!” tegur Darmi pada anak tunggalnya ini.
“Bukan gitu bu, De Jong sangat sibuk…!” sahut Manthis pelan.
“Katanya lusa kalian show di Stadion Lambung Mangkurat ya, ibu ada lihat banyak banget poster-posternya dipinggir jalan!”
“Iya bu…oh yaa De Jong minta dengan sangat, ibu pindah ke Jakarta!” sahut Manthis.
“Bukannya ibu nolak, tapi rasanya sangat sayang meninggalkan rumah ini, apalagi ini satu-satunya rumah yang dulu mendiang ayah kamu belikan!” sahut Darmi.
“Bunda, kapan sih ayah Manthis meninggal dunia!” Nadu ikutan nyolot sambil menghisap rokok mildnya.
“Saat Manthis berusia 3 bulan nak, tapi dia ga meninggal di sini, tapi di negaranya Belanda!” sahut Darmi. Darmi kemudian menunjuk sebuah foto lama di dinding, di mana ayah Manthis sedang berfoto dengan dia saat masih bersama.
“Waah bunda cantik juga yaa waktu masih muda dan berpose sama Om De Jong, eh siapa sih nama lengkap beliau bun?” tanya Nadu lagi.
“Namanya Alexander de Jong!” sahut Darmi lagi.
“Lho bu, darimana ibu dapat foto ini, dulu kan ga ada, malah ibu bilang ga memiliki foto ayah?” tanya Manthis keheranan.
“Setelah kamu merantau ke Jakarta, ibu kan bersih-bersih kamar yang biasa kamu tiduri, nah ibu menemukan foto itu!” Manthis langsung mengangguk-anggukan kepala.
Darmi akhirnya bercerita, sebetulnya ayah Manthis ini sudah memiliki anak dan istri di Belanda, saat itu Alexander de Jong yang merupakan ekspatriat jatuh cinta dengan Darmi dan mereka menikah di Banjarmasin.
Sayangnya, saat Darmi lagi hamil Manthis, Alexander harus pulang kembali ke Belanda, karena tiba-tiba di mutasi oleh perusahaan tempatnya bekerja kembali ke Belanda.
Awalnya komunikasi Alex dan Darmi masih lancar-lancar saja, tapi setelah sakit komunikasi terputus, bahkan tiga bulan setelah melahirkan Manthis, Darmi dapat kabar Alex telah meninggal dunia karena penyakitnya tersebut.
“Kalau ada waktu, kamu cari rumah mendiang ayah kamu di Belanda This, kan kata Bunda kamu memiliki saudara di Belanda!” sela Amang menatap wajah Manthis sambil tersenyum. Manthis kembali menganggukan kepalanya.
“Suami bunda dulu bilang, dia memiliki dua anak, yang tertua laki-laki dan yang nomor dua perempuan. Dulu itu usianya 10 dan 6 tahunan, artinya kalau kini De Jong berusia 19 tahun jelang 20 tahunan, saudara de Jong yang di Belanda berusia 30 tahunan yang tertua dan yang muda 26 tahunan,” ungkap Darmi.
“Emank bunda tau om Alex di Belanda tinggal di mana?” tanya Nadu, Darmi langsung menggeleng.
“Tapi setahu bunda, ayah De Jong dulu kerja di PT Etton Mobil,”
“Nahh gampang itu, nanti kita tinggal datangin aja perusahaan itu terus tanya data mantan karyawannya yang bernama Alexander De Jong, saya yakin pasti mereka punya data-datanya!” sahut Amang. Manthis kini tersenyum, dia memuji ucapan sahabatnya ini.
“Ga rugi kamu kuliah Mang, kamu ternyata jenius juga!” puji Manthis tertawa. Manthis sebetulnya ngambil kuliah jurusan komunikasi bisnis, tapi tentu saja dia sering bolos daripada kuliah, karena kesibukannya bersama group band nya.
Nadu juga tak mau kalah, dia masih melanjutkan SMU, tapi dia ngambil paket C dan berencana kelak akan kuliah di jurusan Komunikasi Massa.
Setelah hampir 3 jam lebih berada di rumah ibunya, Manthis kemudian kembali ke hotel bersama Amang dan Nadu. Darmi masih minta waktu dulu memikirkan pindah ke Jakarta, sesuai permintaan Manthis. Manthis memberi uang cash 20 juta buat ibunya, walaupun selama ini Manthis juga rutin mentransfer ke rekening ibunya ini dan berpesan agar ibunya jangan cape-cape jualan.
*****
Show di Stadion Lambung Mangkurat sukses, dari 15 ribu tiket yang tersedia, semuanya ludes terjual dalam jangka waktu hanya tiga hari. Ribuan penonton masih banyak yang gagal masuk stadion itu, untuk menghindari keributan, panitia pun buru-buru memasang dua layar lebar di luar stadion, sehingga penonton yang gagal masuk tenang kembali dan berjingkrak-jingkrak di luar stadion menyaksikan aksi The Stollen’s.
Sejak datang dari Jakarta hingga chek sound, Ray terlihat cuek dengan Manthis. Ben dan John yang melihat dua sahabatnya ini saling diam-diaman hanya bisa angkat bahu.
“Biar ajahh, paling nanti baikan lagi!” kata Ben, John tersenyum dan merokok dengan santai sambil mengangguk.
Manthis pun berusaha menegur duluan, tapi Ray hanya diam saja, tidak menyahut dan hanya cuek merokok sambil menikmati minumannya.
Untungnya saat show, mereka tetap bersikap professional, penampilan mereka tetap seperti tak ada masalah, lengkingan suara Manthis dan gebukan drum Ray tetap kompak, di tingkahi raungan guitar Ben serta cabikan bass John.
Dua hari kemudian, mereka show di Banjarbaru dan kembali sukses besar dan kini mereka terbang ke Balikpapan, dan akan show di tiga titik, yakni di Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong. Selama itu pula, hubungan Ray dan Manthis tetap dingin. Manthis sudah berupaya menegur sang leader ini, tapi Ray tetap seperti biasa dingin dan cuek.
Saat show di Palangkaraya, Produser Ogong Lee yang dapat laporan kalau Manthis dan Ray terlibat perang dingin kemudian berinsiatif menengahi keduanya, dia sengaja langsung terbang dari Jakarta menuju Kalimantan Tengah.
Ogong Lee yang agak ngondek ini mempertemukan ke empatnya saat sarapan pagi di hotel berbintang di Palangkaraya.
Di sini Manthis mengakui kesalahannya dan minta maaf, dia berjanji tidak akan lagi menomor duakan band mereka. Ray pun akhirnya mau memaafkan vocalisnya ini, dia juga mengakui salah terlalu mengekang semua personelnya. Itu setelah Ben dan John ikut bicara, menurut mereka selama band mereka tetap prioritas, tak ada salahnya personel bersolo karir atau membantu musisi lain berkarya.
“Tapi soal indispliner…seperti yang dilakukan Manthis, gue juga minta jangan terulang lagi, ini peringatan pertama dan terakhir dari gue!” tegas Ray, yang diamini Ben, John dan juga Manthis. Manthis dan Ray pun bersalaman sekaligus berpelukan, Produser Ogong Lee tentu saja orang yang sangat bahagia, karena dia sudah kebat-kebit kalau sampai personel ini pecah kongsi, alamat buruk bagi dia, termasuk penggemar fanatic The Stollen’s di seluruh Indonesia.
Ogong Lee sadar, Manthis dan Ray adalag roh dari group band ini, di tambah gaya nyentrik Ben serta John, rasanya sangat sulit mencari pengganti yang sepadan.
Setelah Ray dan Manthis berdamai, pertunjukan The Stollen’s sangat menggila di 3 kota yang ada di Kalimantan Tengah. Sampai- sampai panitia memohon pada manajemen agar menambah dua titik lagi, namun semuanya terpaksa di tolak, karena jadwal The Stollen’s sangat padat, sebab setelah ini personel harus balik ke Jakarta untuk persiapan show di tiga titik di Kalimantan Barat.
Ketika show di Pontianak, Manthis kaget Sheila datang menemuinya di hotel, bahkan tanpa sungkan wanita sosialita dan jelita ini mengenalkan diri sebagai kekasih Manthis.
Untungnya kedatangan Sheila tidak mengganggu jadwal show band ini, Sheila ternyata cukup pengertian setelah Manthis bercerita kalau dia sempat lama saling diam-diaman dengan Ray, gara-gara kelamaan di Bali.
“Hmmm jadi ini wanita nya yang bikin si Manthis sampai ngedon lama di Bali,” batin Ray. Namun saat teringat Anita, dalam hati Ray sangat menyayangkan Manthis harus putus dengan wanita itu. Karena Anita dianggap Ray lebih dewasa dan pengertian serta bisa membimbing Manthis.
Sementara Sheila di anggap Ray agak manja, walaupun terlihat dewasa tapi kadang kalau manjanya sudah kumat, Manthis terlihat tak berdaya dan terpaksa mengikuti kemauan Sheila.
Sheila menemani Manthis sampai kelar show di Kalbar dan mereka balik kembali ke Jakarta, saat akan show kembali ke Sulawesi, Sheila pamit kembali ke Bali dan janji kalau ada waktu lowong akan menemui Manthis kembali di sana.
Ray, Ben dan John sampai geleng-geleng kepala melihat leher Manthis yang seperti banyak kena gigitan tawon.
“Gila loee, leher loee itu kayak abis di serbu puluhan tawon ajahh, dasarrrr!” ejek Ben dan John, Manthis hanya tertawa saja, dia tak pernah tersinggung, karena sudah hapal karakter masing-masing.
Sementara Ray hanya mengingatkan agar kelakuan jelek jangan terlalu diperlihatkan ke media, karena akan jadi gossip kurang enak, terutama bagi Manthis sendiri dan pasti berimbas pada band mereka yang kini sangat di gandrungi para remaja. Ray sadar, Manthis secara tak langsung sudah jadi ikon group mereka. Sehingga apapun gaya dan ulah Manthis akan selalu jadi pusat perhatian para penggemarnya.
*****
BERSAMBUNG
Di balik kesuksesan luar biasa group band The Stollen’s dan kenapa Ray sering banget senewen kalau ada yang tak berkenan di hatinya, itu semuanya gara-gara persoalan orang tuanya. Alan Suhilin diam-diam ternyata memiliki WIL alias wanita idaman lain.WIL Alan Suhilin seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit miliknya sendiri, kesibukan Rani sebagai bisnis women membuat Alan haus kasih sayang seorang wanita. Perkenalannya dengan Weni, seorang perawat yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Ray, membuat Alan bak menemukan cinta baru lagi.Walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh, karena Alan sudah berusia 47 tahunan, sedangkan Weni baru jalan 24 tahun.Hubungan itu awalnya aman-aman saja, namun Alan tak bisa menyembunyikan lagi hubungannya dengan Weni, gara-gara keteledorannya sendiri, yakni kepergok Rani dia membeli membeli popok bayi di sebuah supermarket.Tentu ini pemandangan yang sangat aneh, seorang konglomerat membeli popok bayi d
Begitu sampai di hotel tempat mereka nginap, personel The Stollen’s bisa bernafas lega, karena penjagaan di hotel mereka lebih ketat, sehingga ratusan penggemar tak bisa merangsek masuk ke dalam area hotel, bahkan ke halaman hotel pun tak boleh, pihak hotel berkilah ini demi kenyamanan para tamu hotel lainnya.“Hebatt yahh kalian, punya penggemar fanatic gituhh?” puji Sonia.“Kamu beruntung lohh Sonia, bisa duduk dan ngobrol bareng kami yang di puja-puji…cucukkk dehhhh,” kata Ben bergaya kenes, hingga semuanya tertawa. Sonia makin suka bergaul dengan personel group ini. Padahal awalnya dia mengira mereka itu sombong dan angkuh, karena sedang berada di puncak popularitas.Ben, John dan Manthis langsung beristirahat di kamar masing-masing, Ray menemani Sonia di restoran yang terdapat di hotel itu, karena sopir Sonia masih dalam perjalanan.“Hebat kamu Sonia, masih muda udah punya usaha!” kata Ray.&ldq
Kata orang, kalau cinta sudah melekat, halangan jarak tidak akan menghalangi rintangan itu, diam-diam usai show di Manado, Ray menghilang satu hari. Manthis, Ben dan John sampai ketar-ketir kemana sang leader menghilang, sementara dua hari lagi mereka akan show di Kota Tomohon, setelah sukses show di Kota Manado.Kurang dari 3 jam sebelum show di mulai, Ray akhirnya nongol juga.“Gila loe bro, kemana saja ngilang, aku hampir jantungan tau!” sungut Ben.“Iya nihh, ngilang ko ga bilang-bilang,” sahut John yang sudah bersiap-siap tampil di panggung terbuka, di mana gemuruh suara penonton terus terdengar dari tadi, menunggu penampilan idola mereka ini.Ray hanya mesem-mesem saja dari tadi, dia memaklumi ketegangan semua personel dan juga anggota tim manajemen The Stollen’s.“Udah tenang aja, yang penting kita tampil maksimal malam ini,” Ray pun kini bersalin pakaian. Manthis menepuk bahu sahabatnya ini. &
Alan Suhilin, Weni dan Ray datang langsung ke rumah Sonia, untuk melamar gadis cantik ini, sebelumnya Ray sudah mengontak Sonia terkait rencana itu, Sonia tentu saja sangat berbinar-binar bahagia, karena kekasihnya ini tidak bercanda akan segera menjadikan dia istri sah.Awalnya Sonia tentu saja ragu-ragu, apalagi dia tahu latar belakang Ray yang seorang musisi dan lagi di gilai penggemarnya di mana-mana. Terlebih Ray seorang musisi band rock alternative yang dia tahu memiliki banyak penggemar fanatic dari kalangan abege wanita.Saat Ray blak-blakan ingin mengajaknya menikah, Sonia sampai sakit perut tertawa dan bilang apakah Ray lagi mabuk. Ray sendiri hanya mendiamkan kekasihnya ini tertawa saat mereka vidcal.“Gimana…udah puas ketawanya?” sahut Ray sambil menatap wajah kekasihnya di smartphone.“Belum…ulangin lagi, benaran kamu mau jadikan aku bini secara sah?” sahut Sonia masih tertawa-tawa.Tanpa di duga S
Tak terasa kini 3 tahun sudah berlalu….Semua personel The Tollen’s sudah dewasa semua, Ray malah sudah memiliki dua anak bersama Sonia. Tiga personel lainnya Ben, John dan Manthis masih betah melajang, walaupun Ben kini sudah mempunyai kekasih dan memutuskan sebentar lagi akan naik pelaminan.Hubungan Manthis dan Sheila naik turun, perbedaan usia, lambat laun membuat keduanya mulai tak semesra dulu lagi.Manthis yang kini berusia 23 tahun dan Sheila sudah 27 tahunan, membuat wanita ini minta komitmen lebih, yakni pernikahan. Tapi perbedaan keyakinan jadi penghalang keduanya, sehingga kini hubungan mereka makin renggang.Di satu sisi, di saat hubungannya renggang dengan Sheila, diam-diam Manthis menjalin hubungan dengan Hana Desyata, seorang artis sinetron dan model yang dulu pernah dikenalkan Jeje. Kadang dengan Vena dia masih sering bertemu dan keduanya mengulang kemesraan yang dulu pernah di rajut, walaupun tidak terlalu sering.Ven
Penciuman wartawan memang tajam, mereka ternyata tau kalau Manthis akan ke Bali, ketika Manthis yang kala itu mengenakan pakaian casual, dengan topi dan kacamata hitam, plus masker di wajah dan mau masuk pintu keberangkatan, dia langsung di cegat puluhan wartawan.“Bang berhenti bentarrr bang…wawancara dulu bang?” kata puluhan wartawan. Manthis terus berjalan dan hanya bilang no comment.Langkah Manthis malah terhenti, karena para penumpang sedang antre masuk ke ruang keberangkatan. Sehingga mau tak mau Manthis terpaksa ikut antre dan akibatnya dia terpaksa meladeni wawancara, ratusan orang pun ikut melihat dan malah banyak yang ikutan merekam wawancara Manthis itu.“Bang gimana komentarnya terkait beredarnya video panas yang di duga pemerannya adalah abang?”“Tanyakan dengan pengacara saya saja!” sahut Manthis kalem.“Bang, artis Hana Desyata kemarin saat wawancara bilang dia memang puny
Tiga hari setelah pertemuan dengan Ben dan John, Manthis pun memenuhi panggilan Bareskrim Polri di dampingi Amang Soleha SH, sahabat sekaligus pengacaranya, untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait beredarnya video mesum dia dengan Vena, Hana dan belakangan dengan super model Gerald.Manthis di panggil setelah adanya laporan ke kepolisian yang dilakukan sebuah LSM yang merasa perbuatan Manthis yang merupakan idola remaja telah merusak mental anak-anak muda.Setelah diperiksa hampir 5 jam, Manthis pun keluar dan sudah di serbu puluhan wartawan yang setia menunggunya.Namun Manthis yang saat itu mengenakan topi, masker dan kacamata hitam menyerahkan semua pertanyaan para wartawan ini kepada pengacaranya, Amang.“Klien saya dalam hal ini adalah korban…kami akan mempolisikan pihak-pihak yang selama sengaja berkomplot untuk menjatuhkan klien saya ini!” tegas Amang.“Bangg…jadi benar donk pemeran video mesum ini kli
Empat tahanan lainnya rata-rata karena karena pencurian dan merampok, rata-rata di hukum 5 sampai dengan 7 tahun penjara dan semuanya sudah berada di Lapas lebih dari 3 tahunan.Ketika mereka bertanya Manthis masuk ke Lapas ini karena kasus apa, Manthis akhirnya jujur kalau dia seorang public figure dan terjebak masalah nafsu yang tak mampu dia tahan.Mereka semua tertawa dan bilang wajar saja, karena wajah Manthis memang tampan dan manis, sehingga banyak di gilia kaum hawa. Ustad Arman malah bilang, itu sebetulnya ujian bagi orang yang memiliki kelebihan seperti Manthis ini.“Wajah ganteng dan mempunyai kelebihan ekonomi seperti kamu itu, itulah ujian sesungguhnya, kalau kamu tak bisa memperbaiki kelakuanmu, maka akan jadi malapetaka bagi kamu dan orang lain kelak,” nasehat Ustad Arman pada Manthis.Sehari setelah di lapas, dia dikunjungi Nadu, Manthis lalu minta Nadu membeli sembako, rokok dan juga makanan ringan di kantin yang terdapat di L
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi