Rapat pagi sudah selesai.Yohan langsung pergi ke Istana Rubi.Sifa terburu-buru ingin pergi mengambil obat, nyaris menabrak Kaisar. Dia langsung berlutut di lantai."Hormat, hormat pada Kaisar!"Yohan melewati Sifa dan melangkah ke ruangan dalam.Orang yang paling senang atas kedatangan Kaisar ke Istana Rubi adalah Soraya.Ketika Sifa pergi mengambil obat Ratu, Soraya melayani Kaisar.Soraya membawakan teh dan kue dengan wajah berseri-seri.Ketika Soraya ingin masuk ke ruangan dalam, dia dihentikan oleh Leonard yang berjaga di luar pintu.Soraya kebingungan.Leonard berbisik, "Kaisar dan Ratu sedang bicara, jangan diganggu."Senyuman di wajah Soraya membeku seketika.Sifa melarangnya untuk melayani Ratu, sekarang Kasim Leonard juga melarangnya .... Buat apa dia menjadi pengurus?Di dalam ruangan.Nabil duduk bersandar pada kepala ranjang, sedangkan Yohan duduk di pinggiran ranjang."Bagaimana kondisimu?" tanya Yohan dengan cuek.Nabila mengangguk dan menjawab, "Sudah membaik."Lalu, Y
Di Istana Rubi.Perbatasan utara telah menjadi tenteram. Nabila pulang untuk lanjut menyelidiki orang misterius itu.Akan tetapi, petunjuk yang ditemukan hanya sampai pada dua surat itu. Tidak ada petunjuk lain.Nabila seolah-olah menemui jalan buntu, sangat dilema."Yang Mulia, minum obat."Sifa membawakan obat ke dalam, tetapi Ratu terus membaca dua surat itu.Nabila mengambil mangkuk obat dengan satu tangan dan meminumnya.Sifa terbengong saat melihat mangkuk obat yang sudah kosong.Bagaimana Ratu bisa bertahan saat minum obat yang begitu pahit?Nabila tiba-tiba menoleh ke luar jendela.Bertambah beberapa pengawal rahasia lagi di Istana Rubi.Apa lagi yang ingin Yohan selidiki darinya?Keesokan hari.Mirna masuk ke istana.Melihat wajah Nabila yang pucat, hatinya sedikit tidak tega."Yang Mulia, kesehatanmu lebih penting."Ada begitu banyak tentara di Negara Naki. Tidak harus seorang wanita seperti Nabila yang memimpin peperangan.Sebagai ibu, dia hanya berharap anak-anaknya dapat s
Yohan menatap lurus pada wanita yang merebah di punggung kuda.Nabila tampak tak sadarkan diri, seperti mabuk.Satu tangannya yang lunglai ke bawah berdarah-darah di bagian telapak tangan ....Saat Sifa sampai di lapangan pacu kuda kekaisaran, dia berpapasan dengan Kaisar yang menggendong Ratu keluar."Kaisar, Yang Mulia!" Sifa bergegas memberi hormat.Ada apa dengan Ratu?Yohan menggendong Ratu ke Istana Rubi dan memanggil tabib untuk menangani lukanya.Sifa berlutut di lantai dengan tubuh gemetar.Yohan duduk di pinggiran ranjang. Auranya membuat orang tidak berani mendongakkan kepala karena merasa takut.Setelah membalut telapak tangan Nabila, tabib memberi hormat dan berujar,"Kaisar, luka di tangan Yang Mulia bukan luka serius. Hanya saja, Yang Mulia belum sembuh total. Tidak boleh menunggang kuda lagi."Begitu tabib pergi, Yohan menoleh pada Sifa dengan tatapan mata tajam."Bagaimana Ratu bisa terluka?"Sifa memang tidak tahu."Hamba ... hamba disuruh mengantar Nyonya ke luar ist
Jordi yang biasanya ramah tidak bisa menahan emosi lagi.Dia meremas surat itu. Saking marah, dia bahkan membakarnya."Nyonya, tidak perlu hiraukan mereka! Nabila selamanya adalah anak kita! Kecuali Nabila sendiri tidak mengakui kita sebagai orang tua. Kita tidak akan pernah membuang Nabila!"Windi tertawa karena reaksi Jordi.Kemarahannya barusan juga mereda.Lalu, Windi menanyakan hal lain."Elsa menggantikan Nabila untuk pergi ke Kota Zordo. Harusnya sudah sampai dalam beberapa hari ini, 'kan?"Jordi mengangguk."Kurang lebih."Windi mengembuskan napas."Aku awalnya tidak setuju tentang hal ini. Sekarang aku hanya bisa mendoakan kelancaran untuk Elsa."Jordi menghibur Windi dengan sabar."Sudah beberapa kali Kaisar mengirim dekret, tapi Nabila terus menunda waktu ke Kota Zordo dengan alasan peperangan di perbatasan. Ada yang melaporkan kita karena menyelewengkan kekuasaan militer dan terlalu meninggikan prestasi perang.""Kali ini, kita sudah menaklukkan Kerajaan Lesse dan menghenti
Yohan tiba-tiba beranjak dari kursi. Suaranya serak dan rendah."Kembali ke Istana Safir."Tanpa basa-basi, Yohan langsung meninggalkan Istana Rubi.Tatapan mata Nabila dingin ketika menatap sosok Yohan.Sifa kebingungan."Yang Mulia, kenapa Kaisar tiba-tiba pergi?"Nabila diam saja.Pukul sembilan malam, lampu di Paviliun Kencana dinyalakan.Yohan duduk di dalam ruangan dan menunggu selama satu jam.Larut malam, Dafka berujar,"Kaisar, sepertinya dia tidak akan datang ...."Tiba-tiba, terdengar bunyi ketukan pintu.Mata Dafka berbinar.Apakah penyergap wanita itu adalah Ratu?Mendapat isyarat mata dari Yohan, Dafka pergi membukakan pintu.Orang itu bukan penyergap wanita, melainkan seorang kasim.Melihat bahwa orang yang duduk di dalam adalah Kaisar, kasim itu buru-buru berlutut dan gemetar tanpa henti."Ham, hamba ... hormat pada Kaisar!"Tatapan mata Yohan menjadi tegas.Dafka menanyai kasim itu, "Kenapa kamu ada di sini?"Kasim menjawab dengan gemetar,"Hamba melewati Paviliun Kenc
Yohan tidak begitu peka terhadap aroma. Meskipun pernah mencium aroma tubuh penyergap wanita itu, aroma yang sangat samar itu sudah dilupakan olehnya.Yohan juga pernah memegang leher dan pergelangan tangan penyergap wanita itu, tetapi tangan Yohan bukan penggaris. Mustahil Yohan bisa mengukurnya dengan cara dipegang.Apalagi pergelangan tangan wanita kurang lebih sama. Tidak bisa diukur dengan akurat dengan cara dipegang.Oleh karena itu, Yohan hanya menakut-nakuti Nabila.Taktik itu mungkin bisa menakuti orang lain.Akan tetapi, siapa Nabila?Nabila punya banyak pengalaman berperang dan sering menginterogasi mata-mata.Dia tahu banyak taktik.Kalau Yohan benar-benar yakin dia adalah penyergap wanita itu, Yohan tidak akan bertele-tele.Satu-satunya petunjuk yang Yohan kuasai adalah cambuk sembilan segmen.Wajah Nabila tenang tak beriak dan santai."Aku bisa jelaskan.""Selain Sifa, aku masih punya satu pengawal rahasia wanita. Dia mengikutiku masuk ke istana untuk melindungiku.""Semu
Gerbang kota terbuka lebar. Semua orang berkumpul di sana untuk menyambut kepulangan pasukan tentara.Para warga berdiri di kedua sisi jalan sambil memanjangkan leher."Di mana Mayor Jenderal Joka? Yang mana dia?""Yang menunggang kuda di paling depan!""Kenapa dia pakai topeng? Tidak bisa lihat wajahnya!""Kamu tidak paham. Mayor Jenderal Joka terlalu tampan, maka harus ditutupi dengan topeng, juga untuk menguatkan wibawa.""Salah. Dia pakai topeng karena ada bekas luka di wajahnya, karena terlalu jelek."Semua orang mengutarakan pendapat masing-masing. Suara mereka tenggelam dalam keramaian.Elsa menyamar menjadi Mayor Jenderal Joka yang membuat orang-orang penasaran.Elsa menatap para warga dari ketinggian. Di sepanjang jalan, para warga berdiri di kedua sisi jalan untuk memberi sambutan.Di perbatasan, bahkan ada warga yang berlutut di sisi jalan dan bersujud padanya."Perbatasan utara membutuhkan Mayor Jenderal Joka!""Mayor Jenderal Joka sungguh adalah dewa perang!"Keantusiasan
Keesokan harinya, semua pejabat berkumpul di istana untuk menghadiri Perjamuan Jenderal.Kaisar dan Ratu duduk di singgasana, sementara para selir duduk sesuai dengan posisinya.Akan tetapi, kemunculan beberapa jenderal menjadi puncak Perjamuan Jenderal ini.Elsa berjalan di depan, memimpin para jenderal untuk memberi hormat dan membungkuk."Hidup Kaisar!"Yohan mengangkat tangannya, jubahnya menggantung ke lantai."Semuanya tidak perlu begitu segan!"Semua orang bisa melihat bahwa kekaguman Kaisar terhadap Joka tidak disembunyikan.Di belakang Elsa, tatapannya bertemu dengan Nabila yang berada di kursi belakang.Nabila juga mengenalnya.Keduanya tidak sering menatap, jadi tentu saja mereka saling menghindar.Perjamuan Jenderal diselenggarakan oleh Selir Nita yang cukup memuaskan.Ada tarian untuk menambah kesenangan dan musik untuk mengiringi bir.Kelezatan bir bisa menghilangkan kepenatan para prajurit yang menang.Mereka makan dan minum dengan puas, tanpa ada rasa segan.Selir Nita