Share

Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)
Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)
Author: Rita Febriyeni

Part 1 Pernikahan Suamiku

last update Last Updated: 2022-04-12 23:51:17

 

"Mas kok rapi sekali? Bukankah sekarang hari minggu?" tanyaku sambil meletakan secangkir kopi di meja.

 

"Ada orang dari kantor pusat datang, mau tak mau ya harus kerja, Sar," jawab mas Feri sambil menggulung lengan kemejanya hingga pertengan pergelangan.

 

Ada rasa mengganjal. Biasanya ke kantor tak pernah pakai kemeja putih polos. Tapi kuabaikan karena merasa tak mungkin jika mas Feri mengkhianatiku. Kami sudah punya seorang putri, perekenomian keluarga bisa dibilang lebih dari cukup karena punya warisan orang tuaku, seperti tiga ruko yang kukontrakan. Rumah pun sudah punya karena ini rumah peninggalan orang tuaku juga. Dalam keseharian, aku juga membuka mini market tepat di samping rumah. 

 

Apa lagi yang kurang? Bahkan aku tak pernah ingkar memenuhi kebutuhan bathin suamiku. Tak masalah gaji mas Feri tak seberapa, toh aku juga punya uang. Tiap bulan aku juga memberi uang rutin ke ibu metua karena penghasilanku lebih banyak dari mas Feri. Ibu mas Feri kuperlakukan seperti almarhum ibu kandungku. Lagian adiknya mas Feri juga janda beranak satu.

 

"Padahal aku ingin sekali jalan-jalan, dari kemaren Naswa minta ke danau, lagian ia sedang libur sekolah, Mas."

 

"Lain kali aja, liburan masih lama kok."

 

"Ya udah, ayo kita serapan dulu."

 

Di meja makan sudah terhidang nasi goreng lengkap dengan ayam goreng. Tak lupa potongan pepaya kesukaan mas Feri. 

 

"Aku terburu-buru, Sarah, kamu makan bersama Naswa aja, aku berangkat dulu ya." Lalu keningku dikecup, kubalas mencium punggung tangan mas Feri.

 

"Hati-hati ya, Mas," balasku di sela senyum.

 

Mas Feri berlalu pergi dengan mobilnya. Maksudnya mobil yang kubeli untuk mas Feri berangkat kerja. Hanya dua hasil dari kontrakan ruko, mobil bisa kubeli. Ruko yang kumiliki terletak di lokasi strategis, khusus untuk lokasi perkantoran. Alhamdulillah, setiap tahun jika ingin membeli mobil, aku pasti sanggup. Tak perlu nunggu gaji suami di akhir bulan.

 

"Ma, jadi kita jalan-jalan?" tanya Naswa setelah ke luar dari kamar.

 

"Nanti aja kalau Papamu tidak sibuk."

 

"Yaaah, kan sekarang hari minggu, Ma." Lalu Naswa duduk dengan rasa kecewa karena mukanya manyun.

 

"Sabar dulu, pasti ada waktu kok, ayo kita sarapan." 

 

"Papa selalu sibuk, emang kerja bagian marketing sesibuk itu ya, Ma?"

 

"Iya mungkin, buktinya hari minggu Papamu juga ke kantor."

 

"Bosan di rumah melulu."

 

"Jangan banyak mengeluh, Nas, ayo makan." Kuletakan sepiring nasi goreng di depannya.

 

Putriku bukan tipe anak yang suka nongkrong di kafe dengan teman seusianya. Ia lebih suka jalan-jalan bersamaku atau jika ada waktu juga bersama mas Feri. Kalaupun pergi main, paling ke rumah sahabatnya, tapi kondisi sekarang sahabatnya pulang kampung karena libur. 

 

"Ma, kita ke rumah Nenek aja, lagian kemaren mangga di rumah Nenek berbuah lebat, kata Papa nggak sempat bawa karena terburu-buru."

 

"Kemaren Papamu ke rumah Nenek?"

 

Mas Feri sibuk. Tapi kok bisa singgah ke rumah ibunya? Bahkan pulang pun sering kemalaman.

 

"Iya kayaknya, Papa keceplosan bilang mangga di belakang rumah Nenek lebat, Ma."

 

"Ya udah, selesai sarapan kita ke rumah Nenek."

 

Di mini market aku sudah punya beberapa orang pegawai. Jadi kalau aku ada urusan tak perlu repot meninggalkan usahaku itu.

 

Kali ini aku dibonceng Naswa naik motor ke rumah ibu mertua. Naik mobil kelamaan karena sering macet di jalan memasuki perumahan. Naswa sudah punya SIM karena umurnya memasuki 18 tahun. Ya, Naswa kelas 3 SMA. Aku sudah cukup bahagia meskipun belum dikaruniai anak ke dua. Tak pernah KB, entah kenapa belum juga hamil lagi.

 

"Ma, kayaknya Nenek banyak tamu, lihat ada mobil dan motor depan pintu," ucap Naswa saat kami sudah melihat rumah mertuaku dari persimpangan.

 

"Kita lewat pintu samping aja, parkir di samping biar tak sempit," jawabku.

 

Rumah ibu mertua terletak di bagian hook perumahan sederhana. Jadi jika masuk melalui pintu samping bisa melalu jalan samping juga. Sementara halam kecil sudah penuh dengan satu unit mobil parkir dan dua unit motor lainya. Entah tamu dari mana. 

 

"Ma, kok ada mobil Papa?" 

 

Naswa memarkir motor tepat di belakang mobil mas Feri. Kini, kami sudah di tepi jalan samping rumah ibu mertuaku.

 

"Iya ya? Kata Papamu tadi sibuk dan mau ke kantor."

 

"Ayo kita turun dulu, Ma."

 

Kami turun dari motor. Masuk melalui pintu samping kami sampai di dapur. Sepi, terlihat di selah daun pintu papan yang tak rapi tertutup, beberapa orang duduk melingkar di karpet terbentang di lantai. Tapi, kok ada mas Feri duduk di tengah-tengah mereka? Dan wanita berkebaya putih di sampingnya siapa?

 

"Mama, kok Papa seperti mau ijab kabul?" bisik Naswa juga mengintip.

 

Aku terpana melihatnya. Suasana terlihat hening dan khusuk.

 

Mas Feri seperti bersalaman dengan seorang lelaki, layaknya mau ijab kabul. Mereka berada di tengah-tengah beberapa orang termasuk mertua dan ipar-iparku. 

 

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Tuti wulandari bin Rajab dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Kata-kata itu keluar lancar dari mulut suamiku. 

 

"Giman saksi, sah?" ucap seorang lelaki lainya yang duduk di dekat suamiku.

 

"Sah!"

 

"Sah!"

 

Seketika ragaku terasa lemas. Hampir mau jatuh tapi untung Naswa menahan tanganku. Air mata ini tak kuasa kutahan seiring sakit hati dengan kenyataan yang kulihat. Suamiku baru saja melangsungkan ijab kabul menikahi wanita yang sama sekali tidak kukenal.

 

Badanku gemetar. Rasanya tak percaya apa yang kulihat. 

 

Terlambat kami datang beberapa detik. Hingga ijab kabulnya sudah selesai.

 

Yang membuatku hatiku sangat perih, ibu mertua, kakak ipar dan adik iparku tersenyum seiring kata 'sah' keluar dari mulut beberapa orang yang menghadiri pernikahan ini.

 

"Ma, Mama, jangan menangis, ayo kita pulang," bisik Naswa sambil menarik tanganku ke pintu keluar.

 

"Tidak! Biar kita kacaukan semua ini, Nak."

 

"Tidak ada gunanya, Ma, wanita itu sudah sah jadi Istri Papa, biar kita pikirkan cara membalas mereka, Mama jangan sedih, masih ada aku, aku janji akan membalas mereka, kita punya senjata untuk melawan, jika mereka pura-pura baik di depan kita, kita balas pura-pura juga."

 

Mungkin rasa sakit ini harus kunikmati. Melalui sebuah proses, hingga proses itu berakhir. Aku harus bisa berdiri lagi, kuat dan tak akan menyerah. Karena menyerah akan membuatku hancur. 

 

Demi anakku satu-satunya, aku harus kuat.

 

Apakah aku akan memaafkan mereka? Jawabanya tidak! Karena rasa sakit ini akan kujadikan kekuatan untuk membalas mereka. 

 

Silahkan tersenyum di belakangku. Senyum itu akan kubuat mereka menangis. Tuhan, maaf aku tidak bisa memaafkan mereka. Luka ini terus menganga hingga aku lupa apa rasanya sembuh.

 

Bersambung

 

 

 

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
GOBLOOOOOOOOOOK udah ada di tempat kok nggak bisa bertindak
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
bagus thor lanjuuuutttt
goodnovel comment avatar
Anggra
heran dehh laki²..anak dah gede msih jga nurutin syahwat..dasar laki² GK prnah puas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 2 Keinginan Ibu Mertua

    Aku bisa saja menghentikan saat suamiku mengucapkan ijab kabul. Tertahan lantaran ingin melihat reaksi ibu mertua dan ipar-iparku. Selama ini akulah yang banyak membantu keuangan mereka. Di sini lah aku ingin membuktikan langsung bagaimana perlakuan mereka sesungguhnya di belakangku."Ma, ayo pulang," bisik Naswa.Dadaku sesak. Rasanya tak menyangka kalau mereka tega melakukan ini padaku. Tapi apa alasan mas Feri berbuat ini? Apa salahku. Bahkan aku sudah menunjukan bakti sebagai istri dan menantu ibunya."Mudah-mudahan tetap langgeng dan bahagia dunia akhirat," ucap Mbak Imar memberi selamat ke adik dan adik ipar barunya.Layaknya pengantin baru. Raut wajah suamiku dan istri barunya seperti dua insan sedang jatuh cinta hingga berbunga-bunga. Umur tidak menghalangi keinginanya punya istri

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 3 Leluasanya

    "Tapi, Bu, aku belum butuh karyawan baru, dan rumahku juga tak terlalu kotor hingga repot minta bantuan untuk bersih-bersih."Kutolak permintaan ibu mertua dan kakak ipar secara halus. Bukan tanpa sebab, hanya ingin melihat sejauh mana usaha mereka. Dari cara Tuti menyapa dan leluasa ingin ke dapurku, ini sudah menandakan ia inginkan sesuatu dari rumah ini. Dan mereka mempelancar usaha Tuti."Sarah, kamu tak usah bayar Tuti, ia hanya numpang berteduh hingga suaminya datang menjeput," ucap ibu kukuh agar aku menerima Tuti.Suami yang mana? Suamiku juga? Dasar pembohong!"Iya, Sar, lagian biaya makan Tuti tidak begitu banyak, aku rasa tidak memberatkan kok." Mbak Imar juga berusaha meyakinkanku."Mm tapi, kok tidak tinggal di rumah Ibu saja, lagian aku jarang di rumah ka

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 4 Pura-pura Mimpi

    "Ini lapnya, Mas." Tuti langsung menyodorkan tisu yang diambil dari meja. Padahal meja itu di depanku dan jaraknya lebih dekat. Tapi aku tetap duduk bersandar dan kali ini menyilangkan kaki."Makasih, Tut," ucap mas Feri memerima tisu itu."Kamu kenapa sih, Mas?""Tanganku licin, Sar.""Kirain terkejut dengar ucapanku.""Kalau gitu aku permisi ke kamar dulu, Mbak, Mas,' ucap Tuti seperti menghindar."Tunggu, Tut!""Iya, Mbak?" ucap Tuti membalikan badan."Ini kopi kamu yang bikin?""Iya, Mbak, ini untuk Suami Mbak," jawab Tuti melihat sekilas ke mas Feri."Kamu tau

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 5 Maaf, Tak Sengaja Lagi

    "Maaf, Mas, aku kan nggak tau, scara mimpi loh." Aku memasang muka seperti merasa bersalah dan kasihan melihatnya. Tepatnya di hatiku bilang 'rasain lo! emang enak' Astagfirullah'alaziim, maafkan hamba jadi istri yang durhaka ya Allah. Aamiin. "Aduh! Sakit, Sar, untung hidungku tidak patah." Mas Feri memegang hidungnya dengan ekspresi muka mengernyit kesakitan. Akan tetapi dalam hatiku ada sebuah penyesalan besar. Bahkan penyesalan ini tak ada gunanya karena acara sudah selesai. Penyesalanku yaitu 'Kok tinjuku kurang kuat ya? Belum puas rasanya sebelum hidungmu patah, Mas'. Andaikan waktu bisa diputar, pasti kupasang tenaga super meninju hidungnya, bukan hanya hidung tapi juga antenanya. Ah, sudah lah, masih banyak waktu kok. Mudah-mudahan cita-cita ini tercapai. "Mari kita obatin, darah mengalir di bibirmu, Mas." "Ambil kotak P3k, Sar, cepat! sakit nih." "Iya iya," jawabku lalu beranjak ke luar. Huh! Menyusahkan saja. Mana mataku mulai ngantuk. Terpaksa ke ruang tengah menga

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 6 Aksi Bar bar

    "Sarah! Aduh! Ia kenapa?" Ibu mertua terlihat panik berdiri memegang pipinya yang bekas kutampar. Kasihan juga, ia seumuran almarhum ibuku. Tapi rasa sakit dengan apa yang kualami menghilangkan rasa hormatku padanya."Ha ha ha, mmmmhg ha ha ha." Aku tertawa besar sambil melototi mereka satu persatu. Rasanya ingin kupatahkan tangan mereka satu persatu.Mereka mempermainkan kehidupan rumah tanggaku. Aku tak terima! Padahal aku sudah berkorban banyak. Aku kesal! Aku marah!Rasa amarahku melihat mereka, membuat tanganku ingin mengambil sapu yang tak jauh dari sofa karena tadi Tuti sedang menyapu. Seperti seseorang lepas kendali, kupukuli mereka satu persatu."Ugh!" Kupukul punggung mas Feri dengan tangkai sapu, lalu ...."Uhg!" Tangkai sapu melayang k

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 7 Untuk Adik Ipar

    "Mama sudah sadar, Mama sudah sadar, Nek," ucap Naswa terdengar senang. Mataku kubuka, lalu kupejam lagi mata sambil memegang kepala dengan ekspresi mengernyit, layaknya orang pusing. Lama-lama jadi ngantuk. Memukul mereka seperti olah raga hingga keringatku bercucuran. Seru-seru capek tapi ada leganya."Benaran, Nas? Nenek takut Mamamu kambuh lagi," jawab ibu mertua terdengar khawatir."Iya, Nek," jawab Naswa sambil mencubit pelan tanganku bentuk memberi kode."Naswa ...." Kali ini aku bersuara loyo, dan mata dibuka sambil melihat sekitar, harus terlihat kebingungan seperti orang baru sadar dari pingsan."Mama, Alhamdulillah Mama sadar, aku sangat khawatir." Loh, Naswa sejak kapan pintar akting.Maafkan hamba yang memberi pelajaran tak baik untuk putri

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 8 Antara Sadar dan Tidak

    Aku terus tancap gas. Kulihat di kaca spion motor, mbak Imur berlari mengejar. Ia susah payah karena rok panjangnya sempit dan jalan pun becek."Sarah! Tunggu aku! Sarah!" teriak mbak Imur yang terdengar. Lokasi sepi pasti suaranya masih terdengar meskipun jarak sedikit jauh.Teringat ia membicarakan aku bersama Tuti tadi saat makan. Di rumah dan menyantap makananku. Begitu leluasa tanpa bersalah, kata-kata meremehkan sehingga ia bersekongkol dengan istri baru suamiku. Memperlihatkan, ia bukan dipihakku.Apa kurangku sebagai kakak ipar? Bahkan uang pinjaman sering tak diganti dan dengan mudah kupinjamkan lagi. Bukan itu saja, motor dan modal usaha warung suaminya, semua uangnya dariku. Aku berharap punya keluarga banyak. Jika aku berbagi bukan suatu masalah. Tapi, jika kebaikan dimanfaatkan dan dibalas kejahatan,

    Last Updated : 2022-04-12
  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 9 Sengaja Lupa

    Tancap gas, kujauhi lokasi itu. Kulihat di kaca spion, mbak Imur masih kokoh memegang ranting sambil menatapku pergi. Ia terlihat siap siaga dengan tampang berantakan. Tentunya berlumur air genangan tanah. Menjijikan tapi lucu.Belum begitu jauh. Niatku meninggalkanya urung. Ini jalan sepi dan tak ada trsportasi umum. Jangankan trasportasi umum, kendaraan pribadi saja tidak terlihat.Kubelokan motor ingin menjemput mbak Imur.Ia berjalan menuju jalan besar. Sendal hanya sebelah tertempel dikakinya karena satu sudah kulempar ke semak-semak. Dalam ia melangkah, bisa kusaksikan tetesan air tanah dari bajunya dan yang bagian lengan sudah robek. Terlihat menyedihkan sekali, tapi aku suka. Astagfirullah'alaziim.Suara motor mendekat, hingga mbak Imur tersadar aku mendekatinya. Seketika ia langsu

    Last Updated : 2022-04-13

Latest chapter

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 47 Tamat(Kata-kata itu Doa)

    ❤️TAMAT❤️ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahu( Kata-kata itu do'a )Aku tersentak saat mas Feri tiba-tiba berada di depan pintu. Dan ini bertepatan waktu aku dilamar mas Adam.Beberapa bulan ini, mas Adam mendekatiku. Awalnya ia hanya mengantarkan putrinya berkunjung. Tapi lama kelamaan kami berkomunikasi nyambung dan aku pun merasa nyaman. Setelah masa iddah berakhir, baru secara jelas mengatakan ingin menikahiku."Sebentar kupanggilkan Naswa," ucapku bangkit dari duduk. Belum juga memberi jawaban ke mas Adam."Mau gabung di sini, Pak Feri?" tanya mas Adam ramah."Tunggu, Sarah! Bisakah aku bicara dengan Pak Adam?" pinta mas Feri. Tawaran mas Adam diabaikan sejenak."Tapi, bu

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 46 Terlambat Menyadari

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 46 ( Terlambat Menyadari )Pov FeriHidupku kacau. Sarah sama sekali tidak menginginkanku kembali ke sisinya. Tatapan matanya tak pernah seperti dulu lagi. Bahkan yang kurasakan ia memendam benci.Aku salah. Kuabaikan luka perasaanya. Kukira ia seorang wanita yang bisa kuperdaya demi nafsu duniaku. Justru aku terperangkap dalam masalah yang dibuat. Inilah karma."Pa, sebaiknya Papa temui Pak Adam. Ia terluka ulah Nenek.""Ya, Nak. Bisa Papa minta alamatnya?""Bentar aku Wa aja." Lalu Naswa mulai memencet ponselnya."Nanti kunci pintu ya, Nas," ucap Sarah sambil membuka pintu."Sarah."&

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 45 Mungkin Ini Jalannya

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 45 ( Mungkin ini jalannya )"Bu, tolong lepaskan. Ibu bisa menghabiskan hidup dipenjara jika membunuh seseorang. Sadarlah, Bu. Jika ada masalah mari bicarakan baik-baik." Lelaki itu berusaha menenangkan mantan ibu mertuaku agar aku tak disakiti. Meski tak yakin apakah ia berhasil. Yang menodongku seperti orang stres dengan banyak tekanan. Ini contoh manusia tak kuat iman. Umur sudah tua tapi tak menyadari kesalahan. Astagfirullah'alaziim, maafkan dengan penilaian buruk hamba ya Allah ...."Apa urusanmu! Ia mantu tak tau diri, putraku ditolak rujuk, Imur dipenjara dan Imar, Imar di rumah sakit jiwa. Apa kamu merasakan yang kurasakan? Oooh, tentu kamu tak mersakan karna mereka anakku. Lah kamu siapa!"Astaga, aku tak menyangka ibu mas Feri seperti ini.

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 44 Tersangka

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 44 ( Tersangka )Aku diminta ke kantor polisi. Melihat siapa dalang dari kejahatan ini. Sudah tiga kali percobaan menabrak Naswa dan tiba-tiba Boy datang menyelamatkan. Dan ternyata firasatku benar. Ini semua sebuah taktik yang dicontoh dari adegan sinetron.Apakah ini perbuatan mas Feri dan ibunya? Atau Mas Haris dengan Tuti, atau lagi bisa jadi mbak Imar dan mas Feri. Aaah! Semuanya mencurigakan. Karena satu tujuan mereka, yaitu menguasai putriku hingga hartanya bisa beralih tangan."Ma, mungkin saja ini perbuatan pelakor itu dan Om Haris. Karena mereka sudah selingkuh bertahun-tahun," ucap Naswa sambil menyetir mobil."Entahlah, Mama pun bingung. Mereka semua tertuduh di pikiran Mama.""Padahal Mama sudah banyak

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 43 Pembalasan Imar

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 43 ( Pembalasan Imar )Pov Feri"Dasar wanita berhati batu! Luarnya aja kelihatan baik, tapi ia sama sekali tak punya perasaan!" Amarah ibu saat kami baru menginjakkan kaki di rumah."Aku harus gimana? Mana sanggup aku bayar cicilannya, Bu." rengek mbak Imar dalam rasa merasa bersalah."Itu makanya jadi perempuan ya harus teliti. Masak menggunakan rekening suamimu! Kukira kamu pintar, tapi bodoh!""Ibu cuma bisa menyalahkanku saja. Aku juga nggak yakin Mas Haris selingkuh mmm." Tangis Imar pecah lagi."Uh! Dasar bodoh!""Sudah sudah! Aku pusing nih. Sekarang ke mana kita bisa cari Haris? Mbak pasti tau tempat tujuannya."

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 42 Karma Itu Ada

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 42 ( Karma itu ada )"Rumahku ..., aaa hidup kita hancur, Fer. Rumah kita akan disita. Kita tinggal di mana, aaa." Ibunya meraung duduk dilantai teras."Tenang, Bu. Tenang." Mas Feri berusaha menenangkan ibunya meskipun percuma."Ini salah kamu, Mar! Kamu meminjam sertifikat itu untuk suamimu!" Sambil menangis, ibu mantan mertua menunjuk mbak Imar."Aku juga nggak tau ia selingkuh, kenapa Ibu salahkan aku! Lagian Ibu juga rela meminjamkannya. Kalau tak suka kenapa pinjamin." Mbak Imar tak tinggal diam."Seharusnya kemarin kamu segera ke leasing, sudah jelas Haris selingkuh dan diusir, kamu hanya bisa mewek tanpa bertindak!""Aku kalut, Bu. Aku masih shock dan rasanya tak percaya

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 41 Pengakuan

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 41 ( Pengakuan )Tok tok tok!Pintu diketuk lagi."Ya tunggu sebentar!" sahutku dari dalam sambil melangkah ke pintu.Pintu kubuka.Terdiam menatapnya. Mata berkaca, menatapku sendu. Ternyata bukan kelaki aneh itu. Dan ...."Sarah, tolong maafkan aku." Ia memelukku dengan penuh haru. Pelukannya tak kubalas. Kata maaf dan penyesalan terlihat dari sorot matanya. Tapi untuk apa lagi kata maaf ini. Ia sudah merasakan apa yang kurasakan. Suaminya juga selingkuh."Oke, aku sudah memaafkanmu, Mbak. Sekarang biarkan aku dengan kehidupanku. Kita bukan keluarga lagi, tapi mantan keluarga," ucapku tegas.Pelukan

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 40 Tamu Tak Diundang

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 40 ( Tamu Tak diundang )Hidup itu terasa indah jika dinikmati tanpa ada gangguan. Meski hanya berdua di rumah ini, tak mengurangi kesepian dengan status janda. Untung punya usaha minimarket hingga setiap hari bisa berjumpa orang banyak."Ma, ini kopinya." Naswa membawa nampan berisikan secangkir kopi dan sepiring goreng pisang, lalu meletakkanya di meja. Putriku tahu saja kesukaanku."Sepertinya Mama akan minta bikinin setiap hari nih," godaku."Iya Mamaku sayang. Lagian siapa lagi kalau bukan aku." Naswa mulai menghenyakan pantatnya di sampingku."Mama nggak ke sebelah?" Naswa menunjuk arah minimarket."Nanti, pengen nyantai aja sama kamu, biasanya kamu sibuk kuliah

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 39 Bawa Kabur

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 39 ( bawa kabur )Pov Haris"Ini salahmu, Mas! Kenapa milih di kosan itu? Aku malu, aku maluuuu," rengek Tuti sambil menjinjing tasnya."Tenang, Tut, tenang." Hanya itu yang bisa kukatakan. Lah terongku merasa nggak nyaman setelah diolesin air lumpur jalan oleh Imar. Ternyata di lumpur itu ada kaca kecil hingga barang kebanggaanku sakit tergores. Iya sih kacanya kecil, tapi yang ditusuk juga tak besar amat."Mau tenang gimana? Anak kita butuh biaya. Lah kamu aja pengangguran.""Tapi kamu puas kan?" Kubawa Tuti bercanda gairah. Ya, demi menghilangkan rasa stres yang akan hadir.'Huh! Sial. Perih juga ternyata, untung kaca kecil itu tak terbenam, kalo nggak bisa tujuh hari tu

DMCA.com Protection Status