Share

Part 6 Aksi Bar bar

Penulis: Rita Febriyeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

 

"Sarah! Aduh! Ia kenapa?" Ibu mertua terlihat panik berdiri memegang pipinya yang bekas kutampar. Kasihan juga, ia seumuran almarhum ibuku. Tapi rasa sakit dengan apa yang kualami menghilangkan rasa hormatku padanya.

 

"Ha ha ha, mmmmhg ha ha ha." Aku tertawa besar sambil melototi mereka satu persatu. Rasanya ingin kupatahkan tangan mereka satu persatu.

 

Mereka mempermainkan kehidupan rumah tanggaku. Aku tak terima! Padahal aku sudah berkorban banyak. Aku kesal! Aku marah! 

 

Rasa amarahku melihat mereka, membuat tanganku ingin mengambil sapu yang tak jauh dari sofa karena tadi Tuti sedang menyapu. Seperti seseorang lepas kendali, kupukuli mereka satu persatu.

 

"Ugh!" Kupukul punggung mas Feri dengan tangkai sapu, lalu ....

 

"Uhg!" Tangkai sapu melayang ke lengan Tuti.

 

"Ugh!" Kali ini lengan mbak Imar juga ikut kupukul.

 

Sapu kulempar, lalu dengan rasa kesal yang tak terbendung. Kutarik songkok rajut kepala ibu mertua hingga terlepas dan memperlihatkan rambut ubannya. Kujambak rambutnya lalu kudorong kepalanya hingga ia terduduk di lantai. Pikiran sehatku berperang dengan amarah. Umurnya yang sudah tua ada rasa tak tega menghajarnya dengan sapu. Tapi tidak untuk yang tiga orang ini.

 

"Aduh! Jangan Sarah, ampun!" teriak ibu mertua berusaha melindungi kepalanya dengan tangan.

 

"Aaagh! Ha ha ha, kalian manusia licik!" ucapku berusaha merubah suaraku lebih tebal. Namanya juga akting, biasanya kulihat orang kesurupan suaranya berubah dengan tatapan menantang. Itulah kenapa mataku membelalak melihat mereka.

 

"Aduh, Naswa! Naswa! Cepat cari bantuan," titah mas Feri terdengar panik. Naswa yang pura-pura ketakutan berdiri di antara pintu ruang tengah dan ruang tamu.

 

"Aku takut, Pa," jawab Naswa juga pura-pura panik.

 

"Gunakan ponselmu!"

 

Waduh! Aku harus melampiaskan lagi karena rasa kesalku belum hilang.

 

"Aaagk! Hi hi hi hi." Kali ini aku bersuara melengking mirip hantu wanita. Kutatap Tuti, ia ketakutan berinsut ke balik sofa kecil untuk berlindung.

 

Tanpa berpikir panjang, kuinjak sofa itu lalu kutarik hijap Tuti hingga rambutnya terlihat. kujambak sekuat tenaga seiring rasa marahku karena ia pelakor di rumah tanggaku.

 

"Apun! Tolong Mas! Tolong aku!" teriak Tuti kesakitan. Ia tak bisa berbuat banyak kerana tanganku semakin kuat menjambak rambutnya.

 

'Mau minta tolong ke suamiku? Rasakan ini pelakor,' bathinku, jika di ruangan ini ada cabe sudah kumandikan ia dengan cabe. 

 

"Sarah! Lepaskan Tuti! Sarah!" Mas Feri menarik tanganku dari belakang agar rambut Tuti terlepas. Ini menyulitkanku karena tenaga mas Feri lebih kuat. Tapi, bukan perempuan namanya kalau tak banyak akal. 

 

Kulepaskan rambut Tuti, lalu dengan tangan kiriku, kutinju hidung mas Feri sekuat tenaga super yang kumiliki. 

 

"Aduh! Aak!" Mas Feri berteriak memegang hidungnya.

 

Alhamdulillah, cita-citaku semalam tercapai. Batang hidung mas Feri bengkok, maksudnya tidak terlihat seperti normal. Patah mungkin.

 

"Ha ha ha, hi hi hi hi." Dua macam tawa kukeluarkan, tentunya dengan suara yang berbeda. Satu suara kutebalkan, dan satu lagi suara kulengkingkan. Lumayan menyita kerongkongan. Tak apalah, yang penting aku puas.

 

"Feri! Cepat kita pegang Sarah!" teriak mbak Imar.

 

"Nggak bisa! Hidungku sakit!" Mas Feri meringkuk sambil memegang hidungnya.

 

Dasar lelaki tak punya otak atas, otak bawah saja yang berfungsi hingga main kawin lagi. Kamu kira aku diam saja dengan perbuatanmu. Rasakan itu, untung bukan kepalamu kupecahkan.

 

Wanita jika terlalu sakit hati, rasa sakit itu lah yang jadi kekuatan. Ditambah dengan amarah besar, dan mungkin jika dikeluarkan akan membentuk kobaran api yang siap membakar.

 

'Makanya jangan coba-coba mempermainkanku, Mas,' bathinku puas melihatnya.

 

"Cepat, Mbak! Cepat bantu aku!"

 

Uh sial! Tuti merangkulku kuat dari belakang. Ingin melawan sulit karena tenaganya juga kuat. Mbak Imar juga berlari mendekat.

 

"Aaaghk! Aaaagk!" Aku beronta sekuat tenaga agar lepas. Jika mbak Imar ikut memegangku, pasti aku kalah tenaga dan tak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku punya akal. Biar tangan dipegang, kakiku masih bisa melawan.

 

"Ugh!" Kutendang mbak Imar setelah berjarak selangkah di depanku. Tendanganku mengenai perut bawahnya, hingga ia terjatuh. Lalu, kuinjak kaki Tuti dengan tumpuan tumitku agar rangkulannya terlepas. Gerakan cepat diperlukan dalam tindakan ini.

 

"Aduh!" jerit Tuti kesakitan, seketika tanganya  dilepas.

 

Plak!

 

Plak!

 

Plak!

 

Plak!

 

Empat kali tamparan melayang ke kedua pipi Tuti. Dengan semangat 45 kukobarkan bendera peperangan dari istri sah untuk pelakor. Saat menampar, ada rasa puas tersendiri. Artikel yang kubaca benar, ada rasa lega setelah tersalurkan.

 

"Aak! Sakit! Rasain ini!" 

 

Ops! Tuti mengambil sapu ingin membalasku? Waduh, gimana ini? Aku pasti kalah kalau tak punya senjata.

 

Kualihkan mata ke Naswa. Matanya membulat melihat Tuti akhirnya bisa menggapai sapu.

 

"Hi hi hi hi." Agar mereka tak curiga, aku tertawa melengking sambil mendekati mas Feri yang meringkuk kesakitan. Untuk bangkit pun sepertinya sulit.

 

"Hiaaaaaaap!" 

 

Astaga naga, Tuti berlari mendekatiku sambil membawa sapu. Bisa mampus aku dipukulnya. 

 

'Ayo Sarah, cari jalan,' bathinku mensugesti diri agar otakku berpikir cepat dalam situasi darurat.

 

"Jangan, Tante! Jangan pukul Mamaku!" teriak Naswa juga berlari mendekat, ingin melindungiku.

 

Paak!

 

Sapu mendarat dari ayunan tangan Tuti.

 

"Aak!" Mas Feri langsung tergeletak pingsan.

 

Aku menghindar saat Tuti ingin memukulku dengan sapu. Mas Feri yang berada di dekatku, akhirnya ia yang menerima serangan Tuti.

 

'Alhamdulillah,' ucapku di hati. Untung aku berhasil menghindar.

 

"Mas Feri! Mas!" Tuti shock melihat mas Feri tak sadarkan diri.

 

"Feri!" teriak ibunya.

 

Di sini aku istrinya yang diakui, tapi kok malah Tuti yang kelihatan sedih melihat mas Feri pingsan.

 

Terserah deh, yang penting Tuti pasti disalahkan karena dalam keadaan sadar memukul. Begok juga dia.

 

Mbak Imar pun tak berani mendekatiku.

 

"Bismillahirahmanirahiim, allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw w* lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti w* mā fil-arḍ ...." Nasw* membacakan ayat kursi seperti mengusir jin syetan. Syukurlah agar pura-pura kesurupanku cepat berakhir. Capek juga karena akting ini harus profesional. Mungkin juga aku bisa mengalahkan akting BCL, he he.

 

Aku memberonta sambil melangkah mundur. Seperti orang kesurupan dibacakan ayat Allah. Tujuanku mundur agar pura-pura pingsan di sofa panjang, jika di lantai pasti tidak enak. 

 

"Man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim w* mā khalfahum, w* lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā ...." Nasw* terus melanjutkan membaca ayat kursi. Dan akhirnya aku berhasil mencari tempat empuk untuk pura-pura pingsan.

 

"Aah!" Tubuhku kuhempaskan di sofa panjang. Memejamkan mata, pura-pura pingsanku berhasil.

 

'huh, leganya, capek juga,' bathinku sambil bernafas lega menikmati empuknya sofa.

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komen (21)
goodnovel comment avatar
Jitro Paparang
sumpah,,bikin Ngakak ......
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ya Allah ngakak sampe sakit perut bhahahaha
goodnovel comment avatar
Vhia Vhioletta
novel yg lain untuk membuka kunci cm 14, ini 20 mahal bgt...balik badan deh nyari novel lain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 7 Untuk Adik Ipar

    "Mama sudah sadar, Mama sudah sadar, Nek," ucap Naswa terdengar senang. Mataku kubuka, lalu kupejam lagi mata sambil memegang kepala dengan ekspresi mengernyit, layaknya orang pusing. Lama-lama jadi ngantuk. Memukul mereka seperti olah raga hingga keringatku bercucuran. Seru-seru capek tapi ada leganya."Benaran, Nas? Nenek takut Mamamu kambuh lagi," jawab ibu mertua terdengar khawatir."Iya, Nek," jawab Naswa sambil mencubit pelan tanganku bentuk memberi kode."Naswa ...." Kali ini aku bersuara loyo, dan mata dibuka sambil melihat sekitar, harus terlihat kebingungan seperti orang baru sadar dari pingsan."Mama, Alhamdulillah Mama sadar, aku sangat khawatir." Loh, Naswa sejak kapan pintar akting.Maafkan hamba yang memberi pelajaran tak baik untuk putri

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 8 Antara Sadar dan Tidak

    Aku terus tancap gas. Kulihat di kaca spion motor, mbak Imur berlari mengejar. Ia susah payah karena rok panjangnya sempit dan jalan pun becek."Sarah! Tunggu aku! Sarah!" teriak mbak Imur yang terdengar. Lokasi sepi pasti suaranya masih terdengar meskipun jarak sedikit jauh.Teringat ia membicarakan aku bersama Tuti tadi saat makan. Di rumah dan menyantap makananku. Begitu leluasa tanpa bersalah, kata-kata meremehkan sehingga ia bersekongkol dengan istri baru suamiku. Memperlihatkan, ia bukan dipihakku.Apa kurangku sebagai kakak ipar? Bahkan uang pinjaman sering tak diganti dan dengan mudah kupinjamkan lagi. Bukan itu saja, motor dan modal usaha warung suaminya, semua uangnya dariku. Aku berharap punya keluarga banyak. Jika aku berbagi bukan suatu masalah. Tapi, jika kebaikan dimanfaatkan dan dibalas kejahatan,

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 9 Sengaja Lupa

    Tancap gas, kujauhi lokasi itu. Kulihat di kaca spion, mbak Imur masih kokoh memegang ranting sambil menatapku pergi. Ia terlihat siap siaga dengan tampang berantakan. Tentunya berlumur air genangan tanah. Menjijikan tapi lucu.Belum begitu jauh. Niatku meninggalkanya urung. Ini jalan sepi dan tak ada trsportasi umum. Jangankan trasportasi umum, kendaraan pribadi saja tidak terlihat.Kubelokan motor ingin menjemput mbak Imur.Ia berjalan menuju jalan besar. Sendal hanya sebelah tertempel dikakinya karena satu sudah kulempar ke semak-semak. Dalam ia melangkah, bisa kusaksikan tetesan air tanah dari bajunya dan yang bagian lengan sudah robek. Terlihat menyedihkan sekali, tapi aku suka. Astagfirullah'alaziim.Suara motor mendekat, hingga mbak Imur tersadar aku mendekatinya. Seketika ia langsu

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 10 Sedikit Pembalasan

    Aku terdiam sejenak. Berpikir alasan apa yang akan dijawab. Mbak Imur masih kukuh agar tak ikut kubonceng pulang tadinya. Jika ditelaah, jadi ini bukan seratus persen salahku.'Oke, Sarah, siap-siap bersikap pura-pura,' bathinku mensugesti diri."Loh, Mbak Imur belum pulang ya?" Pura-pura terkejut tentunya."Belum, dari tadi Ibu tidak melihat dia, Sar," jawab Ibu. Lalu ibu melihat ke Tuti. "Tut, benaran Imur belum pulang?" tanya ibu mertua."Belum, Bu, tadi pergi ma Mbak Sarah ke dukun buat ngobatin kesurupan, tapi setelah itu nggak kelihatan lagi."Waduh, si Tuti saksi mata nih. Aku pasti disalahkan."Astaga! Aku lupa, kirain Mbak Imur sudah pulang, tadi saat sedang perjalanan ke rumah dukun, Mbak Imur m

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 11 Rencana

    ACARA DI RUMAH IBUMU#pura_pura_tak_tahuPart 11Kenapa aku harus pura-pura tak tahu? Itu karena, jika aku skak langsung mereka, pasti aku kalah. Mas Feri akan mengusahakan semua cara mengambil harta yang tercantum namanya. Tentu kekuatan keluarga dan istri barunya. Intinya, aku harus pura-pura hingga setelah kuambil alih semuanya, setelah itu mereka kulempar dari rumahku.Sebuah usaha ekstra karena harus memikirkan matang-matang. Jika lengah sedikit saja, hartaku pasti beralih. Aku juga harus banyak bertanya karena kurang mengerti hukum pernikahan jika terjadi perceraian, tentu masalah harta intinya.***Tidak ada suara ketukan pintu dari dalam. Tuti sembunyi di toilet dan sampai pagi hingga ada seseorang yang masuk menggunakan toilet.Tersenyum puas, da

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 12 BPKB Mobil

    Lagi-lagi kakak ipar tukang minta yang datang. Belum bebas dari mertua dan pelakor, ini orang datang lagi. Lama-lama pemandanganku bisa suram. Hatiku semakin sakit dan sulit meredam amarah."Gimana, Sar? Mau dijualkan suamiku mobilnya Feri? Tenang deh, bakalan dicari pembeli yang tepat dan harga tak terlalu turun dari pasaran. Kalian kan tau Mas Haris dulu kerja marketing mobil bekas."Belum juga menjawab tapi omongan mbak Imar sudah panjang lebar."Sama Haris saja, Fer. Kalau sembarangan orang takutnya nanti tertipu."Ibu mertua bermuka dua juga ikutan merayu mas Feri. Pasti ada maunya. Lah mertua mata duitan. Satu keluarga tidak ada yang benar. Baik hanya untuk menguntungkan saja."Tapi, Mas, mobil itu mau kutawarkan ke bos perusahaan tempat aku mengambil

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 13 Memanfaatkan Situasi

    "Kok diam, Mas?" tanyaku. Mas Feri masih terlihat diam tanpa menanggapi perkataan adiknya. Tadinya ia tak seperti ini, emosi karena dianggap lalu telah menggadaikan BPKB mobil kami tanpa minta izin."Mas Feri, yakin mau melaporkan kami? Sebaiknya urus dulu istrimu." Nada bicara mbak Imur mulai miring. Ini ancaman halus. Matanya melirikku sinis. Huh! Mau cari gara-gara dia, pinjam uang baru mulutnya manis."Kenapa aku yang diurus? Kalau BPKB belum kuterima berarti kalian resmi tersangka kasus penipuan." Tak gentar sedikit pun, aku tetap menggertak mbak Imur dan mas Hendri."Sudah lah, Sar. Kalau kamu mau laporkan Imur dan Hendri, berarti Ibu juga terbawa, lah Ibu yang pinjamkan ke mereka," tukas ibu tak suka mendengar gertakanku.Dasar keluarga benalu. Harta bukan punya mereka tapi seperti memiliki. Ini namanya

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 14 Satu Langkah Awal

    Gawat, pelakor ngapain juga sok cari perhatian bawa kopi segala. Mana Naswa sedang minta tanda tangan lagi. Tidak tidak tidak! Aku harus bertindak.'Ayo Sarah, cari akal,' bathinku mensugesti diri."I-iya, Tante. Ini hanya dari kampus," jawab Naswa gugup. Aku tahu ia merasa khawatir jika Tuti mendekat hingga surat itu terbaca."Nas, di sini atau di sini?" tanya mas Feri menujuk dua sisi di lembaran bagian bawah kertas. Mukanya tetap mengernyit karena sedang sakit kepala. Dari raut wajahnya, aku yakin ia tak membaca isi surat tersebut."Di sini, Pa, yang ada nama Papa," jawab Naswa menujuk lagi ke kertas.Jantungku disco melihat Tuti semakin mendekati mas Feri. Dengan senyum manis seolah ini rumahnya yang sedang menyajikan kopi untuk suaminya. 

Bab terbaru

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 47 Tamat(Kata-kata itu Doa)

    ❤️TAMAT❤️ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahu( Kata-kata itu do'a )Aku tersentak saat mas Feri tiba-tiba berada di depan pintu. Dan ini bertepatan waktu aku dilamar mas Adam.Beberapa bulan ini, mas Adam mendekatiku. Awalnya ia hanya mengantarkan putrinya berkunjung. Tapi lama kelamaan kami berkomunikasi nyambung dan aku pun merasa nyaman. Setelah masa iddah berakhir, baru secara jelas mengatakan ingin menikahiku."Sebentar kupanggilkan Naswa," ucapku bangkit dari duduk. Belum juga memberi jawaban ke mas Adam."Mau gabung di sini, Pak Feri?" tanya mas Adam ramah."Tunggu, Sarah! Bisakah aku bicara dengan Pak Adam?" pinta mas Feri. Tawaran mas Adam diabaikan sejenak."Tapi, bu

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 46 Terlambat Menyadari

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 46 ( Terlambat Menyadari )Pov FeriHidupku kacau. Sarah sama sekali tidak menginginkanku kembali ke sisinya. Tatapan matanya tak pernah seperti dulu lagi. Bahkan yang kurasakan ia memendam benci.Aku salah. Kuabaikan luka perasaanya. Kukira ia seorang wanita yang bisa kuperdaya demi nafsu duniaku. Justru aku terperangkap dalam masalah yang dibuat. Inilah karma."Pa, sebaiknya Papa temui Pak Adam. Ia terluka ulah Nenek.""Ya, Nak. Bisa Papa minta alamatnya?""Bentar aku Wa aja." Lalu Naswa mulai memencet ponselnya."Nanti kunci pintu ya, Nas," ucap Sarah sambil membuka pintu."Sarah."&

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 45 Mungkin Ini Jalannya

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 45 ( Mungkin ini jalannya )"Bu, tolong lepaskan. Ibu bisa menghabiskan hidup dipenjara jika membunuh seseorang. Sadarlah, Bu. Jika ada masalah mari bicarakan baik-baik." Lelaki itu berusaha menenangkan mantan ibu mertuaku agar aku tak disakiti. Meski tak yakin apakah ia berhasil. Yang menodongku seperti orang stres dengan banyak tekanan. Ini contoh manusia tak kuat iman. Umur sudah tua tapi tak menyadari kesalahan. Astagfirullah'alaziim, maafkan dengan penilaian buruk hamba ya Allah ...."Apa urusanmu! Ia mantu tak tau diri, putraku ditolak rujuk, Imur dipenjara dan Imar, Imar di rumah sakit jiwa. Apa kamu merasakan yang kurasakan? Oooh, tentu kamu tak mersakan karna mereka anakku. Lah kamu siapa!"Astaga, aku tak menyangka ibu mas Feri seperti ini.

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 44 Tersangka

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 44 ( Tersangka )Aku diminta ke kantor polisi. Melihat siapa dalang dari kejahatan ini. Sudah tiga kali percobaan menabrak Naswa dan tiba-tiba Boy datang menyelamatkan. Dan ternyata firasatku benar. Ini semua sebuah taktik yang dicontoh dari adegan sinetron.Apakah ini perbuatan mas Feri dan ibunya? Atau Mas Haris dengan Tuti, atau lagi bisa jadi mbak Imar dan mas Feri. Aaah! Semuanya mencurigakan. Karena satu tujuan mereka, yaitu menguasai putriku hingga hartanya bisa beralih tangan."Ma, mungkin saja ini perbuatan pelakor itu dan Om Haris. Karena mereka sudah selingkuh bertahun-tahun," ucap Naswa sambil menyetir mobil."Entahlah, Mama pun bingung. Mereka semua tertuduh di pikiran Mama.""Padahal Mama sudah banyak

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 43 Pembalasan Imar

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 43 ( Pembalasan Imar )Pov Feri"Dasar wanita berhati batu! Luarnya aja kelihatan baik, tapi ia sama sekali tak punya perasaan!" Amarah ibu saat kami baru menginjakkan kaki di rumah."Aku harus gimana? Mana sanggup aku bayar cicilannya, Bu." rengek mbak Imar dalam rasa merasa bersalah."Itu makanya jadi perempuan ya harus teliti. Masak menggunakan rekening suamimu! Kukira kamu pintar, tapi bodoh!""Ibu cuma bisa menyalahkanku saja. Aku juga nggak yakin Mas Haris selingkuh mmm." Tangis Imar pecah lagi."Uh! Dasar bodoh!""Sudah sudah! Aku pusing nih. Sekarang ke mana kita bisa cari Haris? Mbak pasti tau tempat tujuannya."

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 42 Karma Itu Ada

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 42 ( Karma itu ada )"Rumahku ..., aaa hidup kita hancur, Fer. Rumah kita akan disita. Kita tinggal di mana, aaa." Ibunya meraung duduk dilantai teras."Tenang, Bu. Tenang." Mas Feri berusaha menenangkan ibunya meskipun percuma."Ini salah kamu, Mar! Kamu meminjam sertifikat itu untuk suamimu!" Sambil menangis, ibu mantan mertua menunjuk mbak Imar."Aku juga nggak tau ia selingkuh, kenapa Ibu salahkan aku! Lagian Ibu juga rela meminjamkannya. Kalau tak suka kenapa pinjamin." Mbak Imar tak tinggal diam."Seharusnya kemarin kamu segera ke leasing, sudah jelas Haris selingkuh dan diusir, kamu hanya bisa mewek tanpa bertindak!""Aku kalut, Bu. Aku masih shock dan rasanya tak percaya

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 41 Pengakuan

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 41 ( Pengakuan )Tok tok tok!Pintu diketuk lagi."Ya tunggu sebentar!" sahutku dari dalam sambil melangkah ke pintu.Pintu kubuka.Terdiam menatapnya. Mata berkaca, menatapku sendu. Ternyata bukan kelaki aneh itu. Dan ...."Sarah, tolong maafkan aku." Ia memelukku dengan penuh haru. Pelukannya tak kubalas. Kata maaf dan penyesalan terlihat dari sorot matanya. Tapi untuk apa lagi kata maaf ini. Ia sudah merasakan apa yang kurasakan. Suaminya juga selingkuh."Oke, aku sudah memaafkanmu, Mbak. Sekarang biarkan aku dengan kehidupanku. Kita bukan keluarga lagi, tapi mantan keluarga," ucapku tegas.Pelukan

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 40 Tamu Tak Diundang

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 40 ( Tamu Tak diundang )Hidup itu terasa indah jika dinikmati tanpa ada gangguan. Meski hanya berdua di rumah ini, tak mengurangi kesepian dengan status janda. Untung punya usaha minimarket hingga setiap hari bisa berjumpa orang banyak."Ma, ini kopinya." Naswa membawa nampan berisikan secangkir kopi dan sepiring goreng pisang, lalu meletakkanya di meja. Putriku tahu saja kesukaanku."Sepertinya Mama akan minta bikinin setiap hari nih," godaku."Iya Mamaku sayang. Lagian siapa lagi kalau bukan aku." Naswa mulai menghenyakan pantatnya di sampingku."Mama nggak ke sebelah?" Naswa menunjuk arah minimarket."Nanti, pengen nyantai aja sama kamu, biasanya kamu sibuk kuliah

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 39 Bawa Kabur

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 39 ( bawa kabur )Pov Haris"Ini salahmu, Mas! Kenapa milih di kosan itu? Aku malu, aku maluuuu," rengek Tuti sambil menjinjing tasnya."Tenang, Tut, tenang." Hanya itu yang bisa kukatakan. Lah terongku merasa nggak nyaman setelah diolesin air lumpur jalan oleh Imar. Ternyata di lumpur itu ada kaca kecil hingga barang kebanggaanku sakit tergores. Iya sih kacanya kecil, tapi yang ditusuk juga tak besar amat."Mau tenang gimana? Anak kita butuh biaya. Lah kamu aja pengangguran.""Tapi kamu puas kan?" Kubawa Tuti bercanda gairah. Ya, demi menghilangkan rasa stres yang akan hadir.'Huh! Sial. Perih juga ternyata, untung kaca kecil itu tak terbenam, kalo nggak bisa tujuh hari tu

DMCA.com Protection Status