"Memang begitu kan? Kalian kan sudah menikah, jadi harta yang kamu punya juga jadi milik Kenzie," kata Ibu."Dengar ya, Bu. Sepertinya, Ibu gak pernah belajar ilmu agama. Rumah ini, rumah pemberian orang tua aku, jadi, Mas Kenzie gak punya hak apa-apa di rumah ini. Dan ingat, Ibu gak usah bermimpi untuk bisa tinggal bersama kami disini. Karena aku gak akan ijinkan Ibu sama Dini tinggal disini!" kata Anggun dengan penuh penekanan.Ibu dan Dini terperangah seolah terkejut dengan kata-kata yang disampaikan oleh Anggun. Sedangkan aku sendiri tak mampu bicara apapun, karena yang dikatakan Anggun memang benar adanya."Lancang kamu! Aku ini Ibu mertuamu, tega sekali kamu membiarkan Ibu sama Dini kesusahan!" kata Ibu tak terima."Itu bukan urusan aku. Kalau seandainya Mas Kenzie bisa memberi nafkah untuk aku, aku gak masalah kalian mau tinggal disini. Tapi sayangnya, Mas Kenzie saja hidup bergantung dari aku. Terus kalau kalian tinggal disini, siapa yang akan menanggung biaya hidup kalian? Mo
"Mas, Clara buang air besar tuh. Kamu bersihin dulu gih," ujar Anggun. Aku yang sedang sibuk menggoreng nasi untuk sarapan pagi langsung menoleh ke arah Anggun."Kamu bersihin dulu lah. Kamu gak lihat aku lagi masak," kataku sedikit kesal."Kamu kan tahu, Mas, aku orangnya jijik an. Kamu aja lah," kata Anggun santai sambil memainkan ponselnya sambil duduk di depan meja makan."Ya udah kamu terusin masaknya nih. Entar gosong!"Anggun meletakkan ponselnya, dan dengan wajah malas menggantikan posisiku memasak. Aku segera mencuci tangan dan bergegas menghampiri anak bungsuku Clara yang kini sudah menginjak usia hampir 2 tahun itu.Dengan telaten, aku membersihkan kotoran anakku. Pekerjaan seperti ini saja, Anggun selalu mengandalkan diriku. Kesal rasanya, memiliki seorang istri pemalas seperti Anggun. Aku memang paling suka memanjakan wanita, tapi, bukan berarti wanita itu bisa sesuka hati menginjak harga diriku. Lama-lama, rasanya aku bosan diperlakukan seperti pembantu oleh Anggun."Yan
Dari sekian banyak wanita yang pernah aku tiduri, hanya Mayang lah yang paling bisa memuaskanku dengan maksimal. Mayang ini sama denganku, kami sama-sama hiperseks. Tak pernah yang namanya bosan atau lelah untuk melakukan hubungan badan. Mayang sendiri pernah mengungkapkan, bahwa ia menyukaiku karena aku tampan dan permainanku yang tak membosankan.Bahkan, dulu, kami sering membuat video panas bersama. Biasanya, aku akan mengambil video wanita-wanita panggilan yang main denganku secara sembunyi-sembunyi untuk aku pamerkan pada teman-temanku. Tapi tidak dengan Mayang, justru dia sendiri lah yang minta untuk divideokan.Semenjak aku tak memiliki uang, aku tak pernah lagi menggunakan jasa wanita penghibur untuk memuaskan harsatku. Hanya Anggun lah tempatku memuaskan hasratku yang selalu menggebu-gebu."Aku sekarang udah gak punya apa-apa lagi, Beb. Aku udah bangkrut," jawabku. 'Beb' adalah panggilan sayangku untuk Mayang."Kok bisa? Aku pernah sih cari kamu, katanya kamu udah cerai ya sa
"Gimana, Mas, mau kerja disini gak? Kok malah bengong?" tanya Pak security membuyarkan lamunanku."Eh iya, Pak, maaf ..." Belum selesai aku menjawab, tiba-tiba ponsel yang berada dalam saku celanaku bergetar. Ternyata panggilan telepon dari ibuku."Maaf, Pak, saya angkat telepon dulu," kataku pada Pak security dan hanya dijawab dengan anggukan kepala."Ada apa, Bu?" tanyaku setelah telepon ku angkat.["Adikmu, Ken, huhuhu ..."] jawab Ibu terisak, membuatku semakin penasaran."Maksud Ibu, Dini? Ada apa dengan Dini, Bu?"["Di ... Dini ditusuk teman sekolahnya, Ken, sekarang lagi kritis di rumah sakit,"] jawab Ibu terbata dengan suara serak.Degh!Aku sangat terkejut mendengar pengakuan dari Ibu. Baru saja kemarin Ibu dan Dini diusir dari rumah oleh Bapak. Sekarang datang lagi musibah yang menimpa Ibu dan adikku itu."Ya udah, Ibu tenang dulu ya. Nanti aku kesana, Ibu kirim saja alamat rumah sakitnya," kataku menenangkan ibu.["Iya, Ken. Kamu cepat kesini, Ibu tunggu."]Setelah mematikan
"Apa, Mas, Cleaning servis? Gak salah kamu mau kerja jadi cleaning servis?" tanya Anggun seolah tak percaya.Setelah sampai di rumah, aku menceritakan pada Anggun tentang pekerjaan yang baru aku dapatkan tadi siang. Badan ini rasanya sangat lelah, setelah seharian di rumah sakit menemani Ibu. Belum lagi, tenagaku juga terkuras habis karena melayani permainan Mayang yang begitu liar tadi siang."Iya, Yank. Mau gimana lagi, aku udah nyari kerja sana-sini tapi gak dapet-dapet. Ya udah, cleaning servis pun jadi. Dari pada aku nganggur," jawabku."Aku gak setuju kamu jadi cleaning servis, Mas. Apa kata orang nanti, kalau Anggun seorang pemilik butik cukup terkenal dikota ini, suaminya cuma cleaning servis, mending kamu dirumah aja!" ujar Anggun kesal."Harusnya kamu itu bersyukur, aku masih mau kerja. Aku juga sebenarnya gak mau jadi cleaning servis, tapi mau gimana lagi, dari pada aku nganggur kan?""Tapi gak harus jadi cleaning servis juga kali, Mas?""Udah, pokoknya kamu gak usah banyak
POV NayaSubuh ini, aku terbangun dengan perasaan bahagia. Rasanya, aku seperti baru terbangun dari mimpi yang sangat indah. Masih membekas sangat jelas diingatanku, bagaimana manisnya kejutan lamaran dari Mas Sony semalam yang telah sukses membuat hatiku berbunga-bunga hingga saat ini. Aku segera bergegas untuk bangun dan membersihkan diri, sebelum aku melaksanakan kewajiban 2 raka'atku. Aku ingin menyampaikan rasa syukurku pada Rabb ku yang telah memberi kebahagiaan yang begitu luar biasa bagiku.Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, aku bergegas pergi ke dapur untuk memasak. Selama aku tinggal bersama Ayah, aku selalu menyempatkan diri untuk memasak makanan sehat untuk Ayahku. Karena saat ini, Ayah memiliki penyakit asam urat dan tidak bisa memakan makanan sembarangan."Selamat ya, Nay. Akhirnya, kamu akan segera menikah. Setelah menikah nanti, barulah Ayah akan tenang jika seandainya Ayah dipanggil Tuhan nantinya," kata Ayah saat sarapan bersama denganku.Aku yang sedang men
"Wah, keren! Tuh kan, bener kata eyke, dia ini selain cantik bodynya juga bagus. Pas banget sama kebaya yang eyke pajang," puji Kak Rus yang membuat pipi ini bersemu merah karena malu."Nek, Tante Naya cantik banget. Kayak putri Cinderella," kata Zahra dengan gaya polosnya."Tuh kan, anak kecil aja bilang kalau dia cantik. Anak kecil itu jujur loh," Kata Kak Rus."Iya, Rus. Kamu benar, memang dasarnya calon menantu aku udah cantik, pakai apapun tetap kelihatan cantik. Makanya, kamu rancangkan kebaya akad nikah sama gaun pengantin untuk resepsi yang bagus. Aku mau yang terbaik," kata Bu Maysaroh."Yey tenang aja, May. Serahkan semua sama eyke. Nih, kamu pilih aja, contoh kebaya yang kamu suka," kata Kak Rus lalu memberikan sebuah buku berisi foto-foto kebaya modern pada Bu Maysaroh."Nay, sini, Nak. Kita pilih kebaya yang sesuai untuk kamu," kata Bu maysaroh menyuruhku untuk duduk disampingnya.Mataku melebar, saat membuka satu persatu foto kebaya rancangan Kak Rus. Semua kebaya itu sem
POV Kenzie Prang!Gelas berisi es jeruk yang aku pegang jatuh dan pecah berhamburan di lantai, saat seorang anak kecil menyebut nama mantan istriku, Naya. Aku benar-benar terkejut bukan main, melihat mantan istri yang masih begitu aku cintai itu kini tampil cantik luar biasa. Dan yang lebih membuatku terkejut adalah, Naya ternyata calon istri CEO di perusahaan tempatku bekerja ini.Tubuhku rasanya gemetar, keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Dengan susah payah aku menelan ludah dengan kasar, saat melihat wajah Naya yang kini berubah lebih cantik bak wanita sultan itu. Tubuh ini tiba-tiba menegang, seolah tak ada aliran darah yang masuk ke dalam tubuhku. Entah bagaimana rupa wajahku kini, pasti sepucat mayat hidup.Aku benar-benar sangat malu, harus bertemu dengan Naya dalam keadaan yang menurutku sangat mengenaskan ini. Bagaimana tidak, saat ini aku hanyalah seorang cleaning servis di perusahaan yang ternyata adalah milik calon suami Naya itu. Nasib Naya saat ini, justru berba
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k