Dari sekian banyak wanita yang pernah aku tiduri, hanya Mayang lah yang paling bisa memuaskanku dengan maksimal. Mayang ini sama denganku, kami sama-sama hiperseks. Tak pernah yang namanya bosan atau lelah untuk melakukan hubungan badan. Mayang sendiri pernah mengungkapkan, bahwa ia menyukaiku karena aku tampan dan permainanku yang tak membosankan.Bahkan, dulu, kami sering membuat video panas bersama. Biasanya, aku akan mengambil video wanita-wanita panggilan yang main denganku secara sembunyi-sembunyi untuk aku pamerkan pada teman-temanku. Tapi tidak dengan Mayang, justru dia sendiri lah yang minta untuk divideokan.Semenjak aku tak memiliki uang, aku tak pernah lagi menggunakan jasa wanita penghibur untuk memuaskan harsatku. Hanya Anggun lah tempatku memuaskan hasratku yang selalu menggebu-gebu."Aku sekarang udah gak punya apa-apa lagi, Beb. Aku udah bangkrut," jawabku. 'Beb' adalah panggilan sayangku untuk Mayang."Kok bisa? Aku pernah sih cari kamu, katanya kamu udah cerai ya sa
"Gimana, Mas, mau kerja disini gak? Kok malah bengong?" tanya Pak security membuyarkan lamunanku."Eh iya, Pak, maaf ..." Belum selesai aku menjawab, tiba-tiba ponsel yang berada dalam saku celanaku bergetar. Ternyata panggilan telepon dari ibuku."Maaf, Pak, saya angkat telepon dulu," kataku pada Pak security dan hanya dijawab dengan anggukan kepala."Ada apa, Bu?" tanyaku setelah telepon ku angkat.["Adikmu, Ken, huhuhu ..."] jawab Ibu terisak, membuatku semakin penasaran."Maksud Ibu, Dini? Ada apa dengan Dini, Bu?"["Di ... Dini ditusuk teman sekolahnya, Ken, sekarang lagi kritis di rumah sakit,"] jawab Ibu terbata dengan suara serak.Degh!Aku sangat terkejut mendengar pengakuan dari Ibu. Baru saja kemarin Ibu dan Dini diusir dari rumah oleh Bapak. Sekarang datang lagi musibah yang menimpa Ibu dan adikku itu."Ya udah, Ibu tenang dulu ya. Nanti aku kesana, Ibu kirim saja alamat rumah sakitnya," kataku menenangkan ibu.["Iya, Ken. Kamu cepat kesini, Ibu tunggu."]Setelah mematikan
"Apa, Mas, Cleaning servis? Gak salah kamu mau kerja jadi cleaning servis?" tanya Anggun seolah tak percaya.Setelah sampai di rumah, aku menceritakan pada Anggun tentang pekerjaan yang baru aku dapatkan tadi siang. Badan ini rasanya sangat lelah, setelah seharian di rumah sakit menemani Ibu. Belum lagi, tenagaku juga terkuras habis karena melayani permainan Mayang yang begitu liar tadi siang."Iya, Yank. Mau gimana lagi, aku udah nyari kerja sana-sini tapi gak dapet-dapet. Ya udah, cleaning servis pun jadi. Dari pada aku nganggur," jawabku."Aku gak setuju kamu jadi cleaning servis, Mas. Apa kata orang nanti, kalau Anggun seorang pemilik butik cukup terkenal dikota ini, suaminya cuma cleaning servis, mending kamu dirumah aja!" ujar Anggun kesal."Harusnya kamu itu bersyukur, aku masih mau kerja. Aku juga sebenarnya gak mau jadi cleaning servis, tapi mau gimana lagi, dari pada aku nganggur kan?""Tapi gak harus jadi cleaning servis juga kali, Mas?""Udah, pokoknya kamu gak usah banyak
POV NayaSubuh ini, aku terbangun dengan perasaan bahagia. Rasanya, aku seperti baru terbangun dari mimpi yang sangat indah. Masih membekas sangat jelas diingatanku, bagaimana manisnya kejutan lamaran dari Mas Sony semalam yang telah sukses membuat hatiku berbunga-bunga hingga saat ini. Aku segera bergegas untuk bangun dan membersihkan diri, sebelum aku melaksanakan kewajiban 2 raka'atku. Aku ingin menyampaikan rasa syukurku pada Rabb ku yang telah memberi kebahagiaan yang begitu luar biasa bagiku.Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, aku bergegas pergi ke dapur untuk memasak. Selama aku tinggal bersama Ayah, aku selalu menyempatkan diri untuk memasak makanan sehat untuk Ayahku. Karena saat ini, Ayah memiliki penyakit asam urat dan tidak bisa memakan makanan sembarangan."Selamat ya, Nay. Akhirnya, kamu akan segera menikah. Setelah menikah nanti, barulah Ayah akan tenang jika seandainya Ayah dipanggil Tuhan nantinya," kata Ayah saat sarapan bersama denganku.Aku yang sedang men
"Wah, keren! Tuh kan, bener kata eyke, dia ini selain cantik bodynya juga bagus. Pas banget sama kebaya yang eyke pajang," puji Kak Rus yang membuat pipi ini bersemu merah karena malu."Nek, Tante Naya cantik banget. Kayak putri Cinderella," kata Zahra dengan gaya polosnya."Tuh kan, anak kecil aja bilang kalau dia cantik. Anak kecil itu jujur loh," Kata Kak Rus."Iya, Rus. Kamu benar, memang dasarnya calon menantu aku udah cantik, pakai apapun tetap kelihatan cantik. Makanya, kamu rancangkan kebaya akad nikah sama gaun pengantin untuk resepsi yang bagus. Aku mau yang terbaik," kata Bu Maysaroh."Yey tenang aja, May. Serahkan semua sama eyke. Nih, kamu pilih aja, contoh kebaya yang kamu suka," kata Kak Rus lalu memberikan sebuah buku berisi foto-foto kebaya modern pada Bu Maysaroh."Nay, sini, Nak. Kita pilih kebaya yang sesuai untuk kamu," kata Bu maysaroh menyuruhku untuk duduk disampingnya.Mataku melebar, saat membuka satu persatu foto kebaya rancangan Kak Rus. Semua kebaya itu sem
POV Kenzie Prang!Gelas berisi es jeruk yang aku pegang jatuh dan pecah berhamburan di lantai, saat seorang anak kecil menyebut nama mantan istriku, Naya. Aku benar-benar terkejut bukan main, melihat mantan istri yang masih begitu aku cintai itu kini tampil cantik luar biasa. Dan yang lebih membuatku terkejut adalah, Naya ternyata calon istri CEO di perusahaan tempatku bekerja ini.Tubuhku rasanya gemetar, keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Dengan susah payah aku menelan ludah dengan kasar, saat melihat wajah Naya yang kini berubah lebih cantik bak wanita sultan itu. Tubuh ini tiba-tiba menegang, seolah tak ada aliran darah yang masuk ke dalam tubuhku. Entah bagaimana rupa wajahku kini, pasti sepucat mayat hidup.Aku benar-benar sangat malu, harus bertemu dengan Naya dalam keadaan yang menurutku sangat mengenaskan ini. Bagaimana tidak, saat ini aku hanyalah seorang cleaning servis di perusahaan yang ternyata adalah milik calon suami Naya itu. Nasib Naya saat ini, justru berba
Pukul 16.30 sore, aku pulang dari bekerja. Sebelum pulang ke rumahku, aku menyempatkan diri untuk mampir ke kontrakan Ibu dan Dini untuk sekedar melihat keadaan mereka. Saat ini, keadaan Dini memang sudah membaik dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Tapi, Dini belum diperbolehkan untuk masuk sekolah karena fisiknya belum sepenuhnya membaik."Kamu baru pulang kerja, Ken?" tanya Ibu setelah aku masuk ke dalam rumah."Iya, Bu," jawabku lesu."Sepertinya kamu capek banget ya? Makanlah dulu sana, kebetulan masih ada sisa pecel jualan Ibu hari ini," kata Ibu.Saat ini, aku memang benar-benar lapar, aku segera ke dapur untuk makan pecel buatan ibu. Ini salah satu alasan mengapa aku suka mampir ke rumah ibu, selain karena ingin melihat keadaan Ibu dan Dini, aku juga suka numpang makan disini. Karena jika pulang ke rumahku, pastilah tak akan ada makanan dirumah. Karena Anggun terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, sampai lupa dengan kewajibannya sebagai seorang istri.Sebelum berangkat
Setelah mampir ke kontrakan Ibu, tepat pukul 18.00, aku tiba di rumah. Tapi, rumah terlihat sangat sepi. Mobil Anggun pun belum terlihat ada di garasi rumah. Itu artinya, Anggun dan anak-anakku belum pulang ke rumah. Aku segera bergegas masuk untuk membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuh yang terasa sangat lelah.Baru saja kaki ini tiba di depan pintu ruang tamu, mataku membulat sempurna melihat isi rumah yang begitu sangat berantakan. Rumah rasanya seperti kapal pecah, dari mulai mainan hingga sampah betebaran di ruang tamu rumahku.Aku memasuki bagian dalam ruang tengah, namun tak beda jauh kondisinya dari ruang tamu, sama-sama berantakan. Sampai di dapur pun, kondisinya lebih parah. Semua peralatan masak hingga piring dan gelas kotor bertumpukan di atas wastafel. Aku menghela nafas kasar, melihat pemandangan yang memekakkan mata seperti ini.Aku tahu Anggun sibuk mengurus butik miliknya, tapi, apakah ia tidak bisa meluangkan sedikit waktu saja untuk membersihkan rumah? Ah, dar