☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
Note:Kisah ini diangkat dari kisah nyata dari seorang teman yang saya bumbui banyak fiksi, ikuti kisahnya ya...☘️☘️☘️☘️"Kamu lagi ngapain, sayang?" Mas Kenzie tiba-tiba memeluk tubuhku dari belakang."Eh, ini Mas, aku lagi catat barang-barang yang kosong," jawabku sambil tetap melanjutkan aktivitas mencatatku. Minggu ini sudah waktunya belanja, karena barang-barang di toko juga banyak yang kosong."Bagaimana kabar Ibu dan Bapak, Mas?" tanyaku. Mas Kenzie tadi berpamitan pergi kerumah mertuaku untuk memberikan uang bulanan, yang memang selalu rutin kami berikan. Sedangkan aku tak bisa ikut, karena sibuk menyiapkan pesanan sembako dari pelanggan."Alhamdulilah, mereka sehat kok. Ibu sama Bapak titip salam buat kamu. Oh ya, kenapa catatnya berdiri disini? Ayo duduk." Mas Kenzie menarik tubuhku yang sedang berdiri di depan lemari etalase belanjaan, dan menuntunku untuk duduk di kursi."Besok, biar Mas aja yang belanja. Kamu di toko aja, kalau gak, kamu liburan bareng temen-temen kamu s
"Nay, kita daftar dulu yuk, nanti takutnya ngantri lama," ajak Siska sambil menarik lenganku."Eh, iya. Maaf ya bude, saya mau masuk ke dalam dulu," kataku pada Bude Darmi."Oh, iya. Ya sudah, Bude juga mau buru-buru nih," jawab Bude Darmi dan berlalu pergi bersama seorang wanita muda yang katanya keponakan Bude Darmi itu.Aku sedikit lega, Siska mengajakku ke dalam sehingga aku tak perlu menjawab pertanyaan Bude Darmi yang justru membuatku bingung. Meskipun begitu, aku penasaran, sebenarnya ada acara apa di rumah Ibu? Kenapa aku tak di beri tahu?Selama ini, jika ada acara apapun Ibu selalu memberi tahuku. Kadang, hanya sekedar acara pengajian ibu-ibu saja, Ibu ngasih tau. Kenapa ini tidak?"Lo kenapa, Nay? Pasti kepikiran sama pertanyaan ibu-ibu tadi ya?" tanya Siska."Iya, Sis. Gue bingung, ada acara apa ya di rumah mertua gue? Gak biasa-biasanya mereka gak ngasih tau gue," jawabku."Nah itu, kayaknya Lo harus cari tau deh. Atau Lo telpon aja si Kenzie.""Nanti aja deh, Sis. Mas Ke
Aku masih berdiri terpaku sambil memandangi ponsel milikku. Setelah berulang kali aku mencoba menghubungi nomor Mas Kenzie kembali, tapi masih juga tak aktif. Belum juga terjawab tentang acara syukuran di rumah mertuaku, kini ada satu lagi suara wanita yang baru memanggil Mas Kenzie tadi, membuat aku bertanya-tanya. Siapa wanita tadi?Mas Kenzie bilang, ia masih berada di agen distributor penjual bahan pokok. Tapi setahuku, semua karyawan di agen itu semuanya laki-laki, karena memang agen itu berbentuk bangunan seperti gudang. Semua karyawan disana juga harus memiliki tenaga yang kuat, untuk mengangkut dan memuat barang belanjaan ke dalam mobil. Pemiliknya pun juga seorang laki-laki, karena setahuku istrinya juga jarang berada di sana. Aku jadi ragu, apa benar Mas Kenzie masih berada di agen itu?Sudah 7 tahun kami menikah, tak pernah ada gelagat Mas Kenzie selama ini yang mencurigakan. Bahkan, aku selalu rutin mengecek ponsel milik Mas Kenzie. Selama ini, tak ada yang aneh, hanya ada