Share

Bab 2

last update Last Updated: 2023-01-04 13:56:24

"Nay, kita daftar dulu yuk, nanti takutnya ngantri lama," ajak Siska sambil menarik lenganku.

"Eh, iya. Maaf ya bude, saya mau masuk ke dalam dulu," kataku pada Bude Darmi.

"Oh, iya. Ya sudah, Bude juga mau buru-buru nih," jawab Bude Darmi dan berlalu pergi bersama seorang wanita muda yang katanya keponakan Bude Darmi itu.

Aku sedikit lega, Siska mengajakku ke dalam sehingga aku tak perlu menjawab pertanyaan Bude Darmi yang justru membuatku bingung. Meskipun begitu, aku penasaran, sebenarnya ada acara apa di rumah Ibu? Kenapa aku tak di beri tahu?

Selama ini, jika ada acara apapun Ibu selalu memberi tahuku. Kadang, hanya sekedar acara pengajian ibu-ibu saja, Ibu ngasih tau. Kenapa ini tidak?

"Lo kenapa, Nay? Pasti kepikiran sama pertanyaan ibu-ibu tadi ya?" tanya Siska.

"Iya, Sis. Gue bingung, ada acara apa ya di rumah mertua gue? Gak biasa-biasanya mereka gak ngasih tau gue," jawabku.

"Nah itu, kayaknya Lo harus cari tau deh. Atau Lo telpon aja si Kenzie."

"Nanti aja deh, Sis. Mas Kenzie pasti sekarang lagi di jalan, gak bagus teleponan sambil nyetir mobil."

"Ya udah Lo yang sabar aja."

"Iya, Sis. Oh ya, Sis, apa urut di sini benar-benar manjur ya?"

"Di coba aja dulu, Nay. Lo liat tuh, ada beberapa mbak-mbak yang perutnya udah gede. Berarti mereka udah hamil kan?" kata Siska sambil menunjuk beberapa wanita yang sedang duduk mengantri seperti kami.

Saat ini, aku dan Siska sedang duduk menunggu antrian. Kami dapat nomor antrian 15, luar biasa juga tukang urut ini, bisa memiliki begitu banyak pasien. Rumah ini menurutku justru seperti klinik dokter, karena memiliki tempat pendaftaran dan juga disediakan kursi tunggu untuk duduk sambil menunggu panggilan. Aku jadi merasa tak ragu lagi datang kemari. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya giliranku tiba dipanggil. Aku masuk ke dalam sebuah ruangan ditemani Siska, yang memang khusus untuk memijat.

Seorang wanita paruh baya yang baru kutahu bernama Emak Asih itu menyambut kedatangan kami dengan ramah. Aku pun mengutarakan niatku datang kemari pada Emak Asih.

"Jadi, nak Naya sudah 7 tahun menikah dan belum dikaruniai keturunan?" tanya Emak Asih tersenyum.

"Iya, Mak. Sudah berbagai macam cara pengobatan, sudah saya lakukan untuk dapat momongan, tapi belum juga membuahkan hasil," jawabku.

"Kalau begitu, Nak Naya sudah tepat datang kemari. Saya jamin, Nak Naya pasti bisa hamil nanti, kalau sudah di urut sama saya. Nak Naya tadi lihat kan, banyak pasien saya yang sudah mengandung. Mereka selalu rutin setiap bulan datang kesini, dan akhirnya mereka bisa hamil," ujar Emak Asih meyakinkan.

Mendengar kata-kata dari Emak Asih, entah mengapa hatiku berdebar-debar. Aku langsung membayangkan, betapa bahagianya aku dan Mas Kenzie jika seandainya aku bisa benar-benar hamil nantinya.

"Apa semua pasien Emak yang urut disini langsung bisa hamil, Mak?" tanya Siska seolah ingin tahu.

"Benar, semua wanita yang datang kemari rata-rata sudah bertahun-tahun menanti keturunan. Setelah datang kemari dan diurut sama saya, dua bulan kemudian mereka langsung hamil," jawab Emak Asih.

"Wah ... hebat banget, Mak," ujar Siska kagum.

Sebenarnya aku masih ragu, apa benar dua bulan setelah urut dari sini bisa langsung hamil? Aku merasa Emak Asih terlalu percaya diri dengan kemampuannya. Seolah mendahului yang Maha Kuasa.

"Kalau kalian tidak percaya, kalian bisa tanya sama pasien-pasien saya yang kini sedang hamil," ujar Emak Asih, seolah bisa membaca pikiranku yang meragukan kemampuannya.

"Iya, Mak. Kami percaya kok," kataku berusaha tersenyum.

Dan akhirnya, Emak Asih pun memulai ritual meminjat perutku. Sebelum mulai memijat, Emak Asih membaca doa, entah doa apa, karena tak terdengar suaranya olehku. Mulut Emak Asih hanya berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara. Justru menurutku, ia seperti seolah membaca mantra.

Setelah selesai membaca doa, Emak Asih mengelus perutku pelan lalu meniup perutku menggunakan mulutnya sambil terus memijat. Rasanya biasa saja, seperti orang memijat biasa pada umumnya.

"Perut Nak Naya bagus, saya yakin Nak Naya bisa cepat hamil nantinya," ujar Emak Asih setelah selesai memijat perutku.

"Benarkah, Mak?" tanyaku yang agak bingung.

"Benar, bulan depan Nak Naya bisa lihat hasilnya. Apa datang bulan Nak Naya selama ini lancar?"

"Alhamdulillah lancar, Mak," jawabku.

"Wah, bagus itu. Seandainya bulan depan Nak Naya tidak datang bulan, berarti sudah dipastikan bahwa Nak Naya hamil. Nanti Nak Naya datang lagi kemari. Disini, meskipun pasien saya sudah hamil, mereka tetap datang untuk urut, saya harus membenarkan rahim pasien saya, supaya lahirannya lancar," jelas Emak Asih.

"Apa benar, saya akan hamil, Mak?" Tanyaku dengan mata berbinar. Aku benar-benar tak percaya, bahwa aku akan mengandung seorang bayi di rahimku. Bayi yang memang sudah bertahun-tahun lamanya aku nantikan.

"Benar, saya bisa pastikan. Tapi, ada syaratnya," kata Emak Asih.

"Syarat? Apa itu, Mak?"

"Setelah kamu hamil nanti, kamu tidak boleh USG ataupun periksa ke bidan dan juga dokter kandungannya. Kamu cukup datang kemari setiap bulannya, karena saya yang akan memastikan kesehatan bayi yang ada dalam kandungan kamu nantinya," jelas Emak Asih.

Aku dan Siska saling berpandangan, karena mungkin Siska sama herannya denganku. Syarat yang diajukan oleh Emak Asih terdengar cukup aneh di telingaku. Bagaimana mungkin seorang ibu hamil tak boleh memeriksakan kandungannya ke bidan ataupun dokter? Apa lagi tak boleh USG?

"Memang kenapa, Mak? Kok saya gak boleh periksa ke dokter? Bukankah USG cara yang bagus buat lihat kondisi rahim dan bayi saya?" tanyaku heran.

"Itu sudah menjadi syaratnya. Jadi, terserah Nak Naya, mau mengikuti syarat yang saya ajukan atau tidak. Jika Nak Naya ingin hamil, Nak Naya harus ikuti apa yang saya katakan," ujar Emak Asih tersenyum.

"Baiklah, Mak. Saya akan ikuti syaratnya," kataku pasrah.

Bagi seorang wanita yang sudah menanti keturunan selama bertahun-tahun sepertiku, apapun akan aku lakukan untuk mendapatkan keturunan. Meskipun harus mengikuti syarat aneh yang diajukan oleh Emak Asih itu. Lagi pula, syarat yang diajukan Emak Asih juga termasuk mudah bukan?

Setelah berpamitan dengan Emak Asih dan membayar administrasi, aku dan Siska bergegas keluar dari rumah Emak Asih.

"Aneh banget ya, Nay. Masa' orang hamil gak boleh USG?" tanya Siska saat kami sudah berada dalam mobil.

"Udah lah, kita lihat aja nanti bulan depan gue hamil apa gak. Kalau emang gue hamil, berarti kita gak boleh ngeraguin kemampuan Emak Asih."

"Iya juga sih. Oh ya, kita mau langsung pulang atau kemana?"

"Ya gak dong, kita jalan-jalan dulu lah kayak biasanya. Menikmati hidup," jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Siska. Kami pun tertawa bersama.

Beginilah hidupku, selama aku menikah dengan Mas Kenzie, aku selalu dibebaskan untuk melakukan hal-hal yang aku inginkan. Seperti belanja, liburan, dan juga hang out bersama teman-temanku. Mas Kenzie tak pernah sekalipun melarang keinginanku bersenang-senang.

Mas Kenzie bilang, ia lebih suka melihatku tersenyum bahagia daripada melihatku selalu terpuruk karena belum juga hamil hingga saat ini. Aku menghabiskan waktu bukan hanya dengan teman-temanku saja, terkadang, aku juga menikmati liburan berdua dengan Mas Kenzie.

Hampir semua tempat wisata di kotaku sudah pernah aku kunjungi. Karena aku sangat suka berfoto-foto dan mengaploudnya di media sosial milikku. Aku juga selalu memamerkan kemesraan dan kebahagiaanku bersama Mas Kenzie di media sosial. Semua itu aku lakukan untuk menutup mulut orang-orang yang suka nyinyir dengan kebahagiaanku. Jujur saja, hatiku sakit ketika selalu di tanya tentang keturunan.

Aku hanya ingin orang-orang tahu, meskipun aku belum memiliki keturunan, tapi hidupku sangat bahagia dan berwarna. Apa lagi, aku memiliki suami seperti Mas Kenzie yang begitu mencintai dan menyayangiku. Itu adalah suatu kebanggaan untukku.

_______

Setelah lelah seharian menghabiskan waktu bersama Siska, kini akhirnya aku tiba di rumah. Aku pulang menjelang magrib, mobil sewaan yang biasa Mas Kenzie gunakan untuk belanja belum terlihat. Itu artinya, Mas Kenzie belum pulang.

Karena sibuk bersenang-senang dengan Siska, aku sampai lupa menanyakan acara syukuran di rumah Ibu mertua pada Mas Kenzie. Karena penasaran, aku segera mengambil ponselku dan menelpon Mas Kenzie. Jika menunggu Mas Kenzie pulang, itu terlalu lama bukan? Sedangkan rasa penasaran ini tak bisa lagi ditunda.

["Ada apa, Sayang?"] tanya Mas Kenzie setelah mengucap salam dari sebrang telepon.

"Kamu dimana, Mas?"

["Aku masih nunggu nih, barang-barangnya baru di muat,"] jawab Mas Kenzie.

"Oh ya, Mas, tadi pas aku urut sama Siska aku ketemu sama Bude Darmi, kata Bude Darmi ada acara syukuran di rumah Ibu. Kok aku gak dikasih tahu, Mas?"

["Oh itu, maaf Sayang aku lupa. Kemarin Ibu sama Bapak pesan nyuruh kasih tau kamu, tapi aku malah lupa. Sebenarnya, ada keponakan Ibu baru pulang dari Kalimantan, kebetulan dia baru melahirkan. Karena Ibu satu-satunya saudara di kota ini, makanya bikin acara syukuran di rumah Ibu,"] jawab Mas Kenzie.

"Kok kamu bisa lupa sih, Mas. Aku kan jadi gak enak sama Ibu," jawabku sedikit kesal.

["Mas Kenzie dipanggil—"] suara seorang wanita memanggil nama Mas Kenzie.

Tut!

Tiba-tiba sambungan telepon terputus secara sepihak. Suara yang memanggil Mas Kenzie terdengar asing di telingaku. Aku berusaha menghubungi nomor Mas Kenzie kembali, ternyata nomornya sudah tidak aktif. Dalam hati aku bertanya, suara siapa tadi?

******

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putri Leo
Datangin dong rumh mertua,itu pasti istri Kenzie
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 3

    Aku masih berdiri terpaku sambil memandangi ponsel milikku. Setelah berulang kali aku mencoba menghubungi nomor Mas Kenzie kembali, tapi masih juga tak aktif. Belum juga terjawab tentang acara syukuran di rumah mertuaku, kini ada satu lagi suara wanita yang baru memanggil Mas Kenzie tadi, membuat aku bertanya-tanya. Siapa wanita tadi?Mas Kenzie bilang, ia masih berada di agen distributor penjual bahan pokok. Tapi setahuku, semua karyawan di agen itu semuanya laki-laki, karena memang agen itu berbentuk bangunan seperti gudang. Semua karyawan disana juga harus memiliki tenaga yang kuat, untuk mengangkut dan memuat barang belanjaan ke dalam mobil. Pemiliknya pun juga seorang laki-laki, karena setahuku istrinya juga jarang berada di sana. Aku jadi ragu, apa benar Mas Kenzie masih berada di agen itu?Sudah 7 tahun kami menikah, tak pernah ada gelagat Mas Kenzie selama ini yang mencurigakan. Bahkan, aku selalu rutin mengecek ponsel milik Mas Kenzie. Selama ini, tak ada yang aneh, hanya ada

    Last Updated : 2023-01-04
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 4

    Malam ini, aku, Mas Kenzie dan Ibu makan malam bertiga di rumah Ibu. Karena sedari tadi, Bapak dan Dini tak kunjung pulang dari rumah Anggun. Padahal, tadi Ibu bilang sebentar lagi Bapak dan Dini akan segera pulang. Nyatanya, sudah hampir satu setengah jam lamanya, Bapak dan Dini belum juga sampai di rumah.Sambil menikmati makan malam, Ibu bercerita banyak hal pada kami. Dari mulai rencana kuliah Dini nanti, dan juga tentang usaha bengkel milik Bapak yang sedang sepi. Bapak memang membuka usaha bengkel motor tak jauh dari rumah. Sedangkan adik iparku Dini memang sebentar lagi akan lulus SMA, dan Ibu bilang, Dini ingin melanjutkan kuliahnya. Sebenarnya, aku tahu alasan Ibu bercerita ini padaku, Ibu ingin aku dan Mas Kenzie membiayai kuliah Dini nantinya.Memang Ibu tak secara langsung mengatakannya padaku dan Mas Kenzie, tapi sebagai seorang anak lelaki satu-satunya di keluarga ini, Mas Kenzie masih bertanggung jawab untuk membantu kebutuhan keluarga ini. Terutama biaya sekolah adikny

    Last Updated : 2023-01-04
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 5

    Aku memeluk tubuh Mas Kenzie erat setelah aku sampai di toko grosir milik kami. Aku tak peduli dengan tatapan para pengunjung di toko kami dengan aksiku memeluk tubuh Mas Kenzie. Perasaan senang bercampur haru sedang menggebu-gebu untuk diungkapkan. Ini adalah moment salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Sekian lama menanti, akhirnya kini aku telah mengandung benih cintaku bersama Mas Kenzie."Hey, kamu kenapa, Sayang?" tanya Mas Kenzie sambil membalas pelukan dariku.Saking bahagianya, rasanya sangat sulit untukku berkata-kata. Justru kini, air mata mulai keluar dari kelopak mataku. Bukan tangisan sedih, melainkan tangisan haru nan bahagia."A ... aku ... aku hamil, Mas," ucapku dengan suara serak."Hamil? Kamu hamil, Sayang?" tanya Mas Kenzie lalu melerai pelukan dariku. Kini Mas Kenzie menatap mataku dalam, ada sorot binar bahagia di mata Mas Kenzie.Aku tak bisa menjawab, tenggorokan rasanya tercekat karena sulit untuk mengeluarkan suaraku. Aku hanya bisa mengangguk dan t

    Last Updated : 2023-01-19
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 6

    "Mas!" panggilku pada Mas Kenzie."Eh, iya ada apa, Sayang?" tanya Mas Kenzie seolah terbangun dari lamunan. Mas Kenzie yang sedari tadi melihat kepergian Anggun, kini langsung menoleh ke arahku dengan tersenyum kikuk."Kamu ngapain, Mas, liatin si Anggun sampai gak kedip gitu? Kamu suka sama Anggun?!" tanyaku penuh penekanan.Jujur saja, ini kali pertama aku melihat Mas Kenzie melihat wanita dengan tatapan seperti itu. Aku merasa, Mas Kenzie seperti terpukau dengan pesona Anggun. Wajar saja, karena aku yang seorang wanita saja begitu kagum melihat wajah ayu Anggun yang begitu manis itu. Wajahnya khas wanita Jawa yang terkesan manis dan juga kalem. Cara berbicara Anggun juga begitu lembut dan juga kalem. Tapi melihat suamiku yang seolah terpesona dengan Anggun, jelas saja aku cemburu."Kamu ini ngomong apa sih, Sayang? Anggun kan sepupu aku, masa' aku suka sama sepupu sendiri. Lagian, istri aku aja cantik begini," jawab Mas Kenzie sambil membelai kepalaku lembut. Ku akui, aku memang j

    Last Updated : 2023-01-19
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 7

    "Hei, kamu kenapa, Sayang, kok nangis?" tanya Mas Kenzie saat ia baru keluar dari kamar. Mas Kenzie langsung ikut duduk di sampingku."Mas, aku ... aku ..." Tenggorokan rasanya tercekat, aku tak mampu mengatakan ini pada Mas Kenzie.Melihat wajah Mas Kenzie, ada rasa bersalah dalam hati. Mas Kenzie begitu bahagia dan antusias menyambut hadirnya calon bayi kami. Seandainya benar janin bayi dalam rahimku tak ada, bagaimana perasaan Mas Kenzie? Pasti sama hancurnya denganku, atau mungkin ia akan marah padaku."Kamu kenapa? Apa ada masalah, cerita sama aku?" ujar Mas Kenzie sambil memeluk dan membelai punggungku lembut. Pelukan dan belaian dari Mas Kenzie perlahan membuat hatiku sedikit tenang."Ada apa? Ayo cerita, kalau ada masalah jangan di pendam sendiri," ujar Mas Kenzie lembut. Aku melerai pelukan dari Mas Kenzie dan menatap wajah Mas Kenzie dengan tatapan nanar."Mas, aku takut ....""Takut? Takut kenapa, Sayang?"Pelan-pelan, aku menceritakan pada Mas Kenzie tentang hilangnya Emak

    Last Updated : 2023-01-19
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 8 a

    Tepat pukul 16.00 sore, Mas Kenzie akhirnya sampai di rumah. Raut wajah lelah terukir jelas di wajah pria yang sudah lebih dari tujuh tahun itu menemaniku."Kok kamu baru pulang, Mas?" tanyaku setelah aku mencium punggung tangan Mas Kenzie."Iya nih, Sayang. Maaf ya, tadi toko kita ramai. Aku kewalahan ngelayani pembeli sendirian. Aku juga belum dapat karyawan buat bantu kita di toko," ujar Mas Kenzie sambil melepaskan sepatunya."Kamu kenapa, Sayang? Kok matanya bengkak gitu, kamu nangis lagi?" ujar Mas Kenzie sambil membelai rambut panjangku."Mas, tadi siang Dewi nelpon aku," kataku lesu.Aku pun menceritakan pada Mas Kenzie tentang kandungan Dewi yang kosong setelah melakukan USG di dokter kandungan."Kamu yang sabar ya, Sayang. Ikhlaskan, jika seandainya memang tidak ada janin bayi dalam perut kamu. Yang penting kamu sudah berusaha, kamu harus tetap semangat. Banyak jalan menuju Roma, kamu gak perlu khawatir dan sedih. Jika memang sudah waktunya, kamu pasti akan hamil," kata Mas

    Last Updated : 2023-01-19
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 9 b

    Hari ini, aku janjian dengan Dewi untuk urut perut kami yang mulai rata dan terlihat normal. Meskipun perut kami sudah terlihat normal, tapi ini adalah urut untuk yang terakhir kalinya agar perutku dan Dewi bisa normal seutuhnya."Mbak Naya, ternyata benar suami Mbak Naya itu, memang teman Mas Harun suami aku," ujar Dewi saat kami sedang berada dalam mobil menuju ke rumah tukang urut yang kami tuju."Aku malah gak tahu, Dew. Selama ini, Mas Kenzie jarang banget kenalin aku ke temen-temennya. Lagian, selama ini kami selalu sibuk di toko, jadi jarang main keluar. Paling sesekali aja, itupun kami cuma jalan berdua," kataku sambil tetap fokus menyetir mobil."Iya, Mbak. Kata Mas Harun juga dia jarang ketemu sama Mas Kenzie. Mereka cuma sering chat an lewat WA aja. Dan setelah aku ingat-ingat, ternyata memang benar, aku pernah lihat foto Mas Kenzie di daftar chat WA Mas Harun. Makanya waktu nelpon Mbak Naya waktu itu, aku ngerasa gak asing lihat foto profil Mak Naya ada foto Mas Kenzie," j

    Last Updated : 2023-01-19
  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 10 a

    Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang setelah mengantar Dewi pulang ke rumahnya. Entah kenapa, hati ini jadi sedikit bimbang setelah mendengarkan saran dari Dewi tadi. Meskipun aku percaya dengan Mas Kenzie sepenuhnya, tapi tiba-tiba ada sedikit keraguan dalam hati.Jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kiriku kini sudah menunjukkan angka pukul 16.00 sore. Sebenarnya aku ingin segera pulang ke rumah, tapi entah mengapa tiba-tiba aku ingin ke toko grosir milikku dan Mas Kenzie. Akhirnya, aku memutuskan untuk memutar arah mobilku menuju toko.Setelah sampai di toko, aku sedikit terkejut karena ternyata toko grosir kami tutup. Padahal, masih ada sisa satu jam lagi biasanya toko kami akan tutup. Apakah Mas Kenzie sudah pulang? Dengan perasaan gelisah, aku kembali melajukan mobilku untuk pulang ke rumah.Lima belas menit kemudian, aku tiba di rumah. Namun tak ada tanda-tanda Mas Kenzie ada di rumah. Pagar rumah masih terkunci, itu artinya tak ada orang di rumah kami. Jik

    Last Updated : 2023-01-19

Latest chapter

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 197 b season 2 Ending

    ☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 196 a season 2

    ☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 195 b season 2

    ☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 194 a season 2

    ☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 193 b season 2

    ☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 192 a season 2

    ☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 191 b season 2

    "Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 190 a season 2

    ☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 189 b season 2

    ☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k

DMCA.com Protection Status