POV KenzieTok! Tok! Tok!Sayup-sayup, terdengar suara ketukan pintu dari arah depan. Aku yang sedang meracik bumbu untuk memasak di dapur, langsung menghentikan aktivitasku. Jam di dinding masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, pagi-pagi begini, siapa yang datang bertamu? Aku bergegas mencuci tangan sebelum membuka pintu depan, malu jika harus bertemu tamu dengan tangan bau bawang dan juga bumbu masakan."Siapa sih, Mas, pagi-pagi ketuk-ketuk pintu. Ganggu orang tidur aja," gerutu Anggun yang tiba-tiba datang ke dapur."Aku juga gak tahu," jawabku."Ya udah kamu bukain sana, aku mau mandi dulu!" ucap Anggun ketus lalu meminum segelas air putih. Setelahnya, ia pergi kembali ke kamar lagi.Aku membuang nafas kasar, semenjak resmi bercerai dari Naya, hidupku berubah 360 derajat. Begitu juga dengan sikap Anggun, yang berubah drastis setelah Toko grosir milikku bangkrut. Anggun yang dulu selalu bersikap manis dan lembut kini berubah dan semakin bersikap semena-mena padaku, bahkan ia tak pern
"Memang begitu kan? Kalian kan sudah menikah, jadi harta yang kamu punya juga jadi milik Kenzie," kata Ibu."Dengar ya, Bu. Sepertinya, Ibu gak pernah belajar ilmu agama. Rumah ini, rumah pemberian orang tua aku, jadi, Mas Kenzie gak punya hak apa-apa di rumah ini. Dan ingat, Ibu gak usah bermimpi untuk bisa tinggal bersama kami disini. Karena aku gak akan ijinkan Ibu sama Dini tinggal disini!" kata Anggun dengan penuh penekanan.Ibu dan Dini terperangah seolah terkejut dengan kata-kata yang disampaikan oleh Anggun. Sedangkan aku sendiri tak mampu bicara apapun, karena yang dikatakan Anggun memang benar adanya."Lancang kamu! Aku ini Ibu mertuamu, tega sekali kamu membiarkan Ibu sama Dini kesusahan!" kata Ibu tak terima."Itu bukan urusan aku. Kalau seandainya Mas Kenzie bisa memberi nafkah untuk aku, aku gak masalah kalian mau tinggal disini. Tapi sayangnya, Mas Kenzie saja hidup bergantung dari aku. Terus kalau kalian tinggal disini, siapa yang akan menanggung biaya hidup kalian? Mo
"Mas, Clara buang air besar tuh. Kamu bersihin dulu gih," ujar Anggun. Aku yang sedang sibuk menggoreng nasi untuk sarapan pagi langsung menoleh ke arah Anggun."Kamu bersihin dulu lah. Kamu gak lihat aku lagi masak," kataku sedikit kesal."Kamu kan tahu, Mas, aku orangnya jijik an. Kamu aja lah," kata Anggun santai sambil memainkan ponselnya sambil duduk di depan meja makan."Ya udah kamu terusin masaknya nih. Entar gosong!"Anggun meletakkan ponselnya, dan dengan wajah malas menggantikan posisiku memasak. Aku segera mencuci tangan dan bergegas menghampiri anak bungsuku Clara yang kini sudah menginjak usia hampir 2 tahun itu.Dengan telaten, aku membersihkan kotoran anakku. Pekerjaan seperti ini saja, Anggun selalu mengandalkan diriku. Kesal rasanya, memiliki seorang istri pemalas seperti Anggun. Aku memang paling suka memanjakan wanita, tapi, bukan berarti wanita itu bisa sesuka hati menginjak harga diriku. Lama-lama, rasanya aku bosan diperlakukan seperti pembantu oleh Anggun."Yan
Dari sekian banyak wanita yang pernah aku tiduri, hanya Mayang lah yang paling bisa memuaskanku dengan maksimal. Mayang ini sama denganku, kami sama-sama hiperseks. Tak pernah yang namanya bosan atau lelah untuk melakukan hubungan badan. Mayang sendiri pernah mengungkapkan, bahwa ia menyukaiku karena aku tampan dan permainanku yang tak membosankan.Bahkan, dulu, kami sering membuat video panas bersama. Biasanya, aku akan mengambil video wanita-wanita panggilan yang main denganku secara sembunyi-sembunyi untuk aku pamerkan pada teman-temanku. Tapi tidak dengan Mayang, justru dia sendiri lah yang minta untuk divideokan.Semenjak aku tak memiliki uang, aku tak pernah lagi menggunakan jasa wanita penghibur untuk memuaskan harsatku. Hanya Anggun lah tempatku memuaskan hasratku yang selalu menggebu-gebu."Aku sekarang udah gak punya apa-apa lagi, Beb. Aku udah bangkrut," jawabku. 'Beb' adalah panggilan sayangku untuk Mayang."Kok bisa? Aku pernah sih cari kamu, katanya kamu udah cerai ya sa
"Gimana, Mas, mau kerja disini gak? Kok malah bengong?" tanya Pak security membuyarkan lamunanku."Eh iya, Pak, maaf ..." Belum selesai aku menjawab, tiba-tiba ponsel yang berada dalam saku celanaku bergetar. Ternyata panggilan telepon dari ibuku."Maaf, Pak, saya angkat telepon dulu," kataku pada Pak security dan hanya dijawab dengan anggukan kepala."Ada apa, Bu?" tanyaku setelah telepon ku angkat.["Adikmu, Ken, huhuhu ..."] jawab Ibu terisak, membuatku semakin penasaran."Maksud Ibu, Dini? Ada apa dengan Dini, Bu?"["Di ... Dini ditusuk teman sekolahnya, Ken, sekarang lagi kritis di rumah sakit,"] jawab Ibu terbata dengan suara serak.Degh!Aku sangat terkejut mendengar pengakuan dari Ibu. Baru saja kemarin Ibu dan Dini diusir dari rumah oleh Bapak. Sekarang datang lagi musibah yang menimpa Ibu dan adikku itu."Ya udah, Ibu tenang dulu ya. Nanti aku kesana, Ibu kirim saja alamat rumah sakitnya," kataku menenangkan ibu.["Iya, Ken. Kamu cepat kesini, Ibu tunggu."]Setelah mematikan
"Apa, Mas, Cleaning servis? Gak salah kamu mau kerja jadi cleaning servis?" tanya Anggun seolah tak percaya.Setelah sampai di rumah, aku menceritakan pada Anggun tentang pekerjaan yang baru aku dapatkan tadi siang. Badan ini rasanya sangat lelah, setelah seharian di rumah sakit menemani Ibu. Belum lagi, tenagaku juga terkuras habis karena melayani permainan Mayang yang begitu liar tadi siang."Iya, Yank. Mau gimana lagi, aku udah nyari kerja sana-sini tapi gak dapet-dapet. Ya udah, cleaning servis pun jadi. Dari pada aku nganggur," jawabku."Aku gak setuju kamu jadi cleaning servis, Mas. Apa kata orang nanti, kalau Anggun seorang pemilik butik cukup terkenal dikota ini, suaminya cuma cleaning servis, mending kamu dirumah aja!" ujar Anggun kesal."Harusnya kamu itu bersyukur, aku masih mau kerja. Aku juga sebenarnya gak mau jadi cleaning servis, tapi mau gimana lagi, dari pada aku nganggur kan?""Tapi gak harus jadi cleaning servis juga kali, Mas?""Udah, pokoknya kamu gak usah banyak
POV NayaSubuh ini, aku terbangun dengan perasaan bahagia. Rasanya, aku seperti baru terbangun dari mimpi yang sangat indah. Masih membekas sangat jelas diingatanku, bagaimana manisnya kejutan lamaran dari Mas Sony semalam yang telah sukses membuat hatiku berbunga-bunga hingga saat ini. Aku segera bergegas untuk bangun dan membersihkan diri, sebelum aku melaksanakan kewajiban 2 raka'atku. Aku ingin menyampaikan rasa syukurku pada Rabb ku yang telah memberi kebahagiaan yang begitu luar biasa bagiku.Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, aku bergegas pergi ke dapur untuk memasak. Selama aku tinggal bersama Ayah, aku selalu menyempatkan diri untuk memasak makanan sehat untuk Ayahku. Karena saat ini, Ayah memiliki penyakit asam urat dan tidak bisa memakan makanan sembarangan."Selamat ya, Nay. Akhirnya, kamu akan segera menikah. Setelah menikah nanti, barulah Ayah akan tenang jika seandainya Ayah dipanggil Tuhan nantinya," kata Ayah saat sarapan bersama denganku.Aku yang sedang men
"Wah, keren! Tuh kan, bener kata eyke, dia ini selain cantik bodynya juga bagus. Pas banget sama kebaya yang eyke pajang," puji Kak Rus yang membuat pipi ini bersemu merah karena malu."Nek, Tante Naya cantik banget. Kayak putri Cinderella," kata Zahra dengan gaya polosnya."Tuh kan, anak kecil aja bilang kalau dia cantik. Anak kecil itu jujur loh," Kata Kak Rus."Iya, Rus. Kamu benar, memang dasarnya calon menantu aku udah cantik, pakai apapun tetap kelihatan cantik. Makanya, kamu rancangkan kebaya akad nikah sama gaun pengantin untuk resepsi yang bagus. Aku mau yang terbaik," kata Bu Maysaroh."Yey tenang aja, May. Serahkan semua sama eyke. Nih, kamu pilih aja, contoh kebaya yang kamu suka," kata Kak Rus lalu memberikan sebuah buku berisi foto-foto kebaya modern pada Bu Maysaroh."Nay, sini, Nak. Kita pilih kebaya yang sesuai untuk kamu," kata Bu maysaroh menyuruhku untuk duduk disampingnya.Mataku melebar, saat membuka satu persatu foto kebaya rancangan Kak Rus. Semua kebaya itu sem