"Kenzie ya, Nay?" tanya Siska."Iya, Sis. Males gue.""Heran gue, gak tau malu banget itu si Kenzie dengan beraninya masih menghubungi Lo. Bukannya sekarang dia udah punya Anggun sama anak-anaknya ya?""Entahlah, Sis. Gue juga gak ngerti," jawabku kesal._______Malam ini, aku tak bisa tidur karena masih bimbang dengan saran dari Siska tadi siang yang menyuruhku untuk membuat status balasan, untuk status Dini. Disatu sisi, hati mengatakan ingin, tapi di sisi lain hati mengatakan jangan.Aku membuka ponselku, lalu aku mencoba untuk membuka media sosial Facebook milikku. Lagi-lagi, mata ini membulat seketika melihat status terbaru dari Dini.["Lihat kan, orang yang terlihat baik itu tak selamanya bisa menutupi kebusukannya."]["Orang juga bisa menilai sendiri, seperti apa wajah asli yang terlihat cantik di luar tapi busuk di dalam."]["Siap-siap ya, karma akan segera datang menjemputmu dari keserakahan dan kemunafikanmu itu!"]["Dan ingat, harta yang kau bawa lari itu tak akan berkah u
Pagi ini, aku terbangun dari tidur dengan perasaan tenang. Setelah mengunggah status Facebook yang aku bagikan semalam, aku ketiduran. Mungkin karena terlalu lelah hati dan juga jiwa hingga membuatku bisa tidur nyenyak malam ini. Untungnya, aku sedang datang bulan hingga tak bisa melaksanakan sholat subuh. Kalau tidak, aku pasti kesiangan karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.Aku kembali membuka ponselku, dan segera membuka aplikasi biru untuk melihat statusku semalam. Ternyata, sudah ratusan komentar memenuhi status yang aku bagikan. Aku membaca komentar satu persatu dari orang-orang yang mengenal diriku, ada juga beberapa orang yang tak aku kenal ikut mengomentari statusku.Rata-rata, mereka semua memberikan semangat, dukungan dan juga doa yang baik untukku. Aku memberikan emot love di setiap komentar, tak mungkin bagiku untuk membalas komentar mereka satu persatu karena begitu banyaknya komentar. Jariku terhenti, saat membaca komentar dari mereka semua. Ada sala
"Jadi kamu Naya, adik iparnya Bayu ya?" tanya pemilik toko ramah.Siang ini, aku pergi ke toko bahan kue sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Mas Bayu. Ternyata, pemilik toko bahan kue yang baru kutahu bernama Pak Tyo ini masih muda, mungkin masih seumuran dengan Mas Bayu."Iya, Pak, saya Naya," jawabku."Sebelumnya, apa kamu punya pengalaman kerja di toko?""Ada, Pak. Kebetulan saya punya ... punya pengalaman kerja di toko, Pak," jawabku sedikit gugup."Baiklah, kamu saya terima kerja disini. Kamu nanti bisa bantu-bantu karyawan yang lainnya. Kamu bisa tanyakan langsung dengan mereka, apa saja kerjaan kamu disini," jelas Pak Tyo."Baik, Pak. Terima kasih," ucapku tersenyum.Aku sangat bersyukur, akhirnya aku bisa diterima bekerja. Meskipun hanya bekerja di toko, setidaknya, aku memiliki kesibukan agar aku bisa melupakan sejenak tentang masalah rumah tanggaku bersama Mas Kenzie.Toko milik Pak Tyo lumayan besar, hampir sama dengan toko grosir yang aku miliki dulu. Pak Tyo juga mem
Hembusan angin laut menerpa wajahku lembut, dan menimbulkan sensasi dingin di wajahku yang tadinya sempat memanas setelah pertemuanku dengan Mas Kenzie Dan Ibunya tadi. Cuaca hari ini cukup redup, seredup hatiku yang masih belum bisa melupakan Mas Kenzie sepenuhnya. Setelah pertemuanku dengan Ibu dan juga Mas Kenzie di persidangan tadi, hati ini kembali sakit. Dengan susah payah aku melupakan semuanya, tapi jika bertemu kembali dengan mereka, rasa sesak di dada masih saja selalu hadir.Setelah sidang pertama perceraianku dengan Mas Kenzie berakhir, aku mengajak Siska untuk singgah sejenak di tepi pantai yang memang letaknya tak jauh dari Pengadilan Agama. Kata-kata Ibu saat beliau memintaku untuk kembali bersama Mas Kenzie, masih teringat jelas di benakku."Nduk, selama ini, Ibu dan Kenzie selalu menyayangi kamu sepenuh hati. Hanya saja, keadaan yang memaksa hingga menjadi seperti ini. Ini memang salah Ibu, Nduk, yang begitu mengharapkan kehadiran cucu di tengah-tengah keluarga kami.
"Sepertinya, aku gak perlu dengar jawaban dari kamu, Mas. Aku yakin, kamu gak akan sanggup untuk menjalani hukuman seperti yang aku bilang tadi 'kan?""Sayang, maafkan aku ... " lirih Mas Kenzie."Kata maaf itu mudah, Mas. Kamu gak ingat seberapa besar luka yang kamu torehkan di hati aku? Selama ini, kamu dan keluargamu bersekongkol untuk membohongi aku. Yang lebih sakitnya, hasil kerja kerasku selama ini menemaani kamu dari nol, justru kamu gunakan untuk menafkahi gundikmu itu! Dan yang lebih parahnya, kamu juga menggunakan uangku untuk berzina dengan perempuan-perempuan murahan di luar sana! Seumur hidup, aku gak akan pernah ikhlas, Mas!" kataku menggebu-gebu. Akhirnya, tumpah sudah emosi yang sedari tadi berusaha aku tahan."Aku memang salah, Sayang. Aku meyesal ... ampuni aku," lirih Mas Kenzie."Kamu gak perlu minta ampun sama aku, Mas. Mintalah pengampunan pada Tuhan, aku cuma manusia biasa. Gak mudah buatku memaafkan kesalahan kamu," kataku."Sayang, aku yakin pasti masih ada
"Nay, bagaimana dengan pekerjaanmu di toko?" tanya Ayah.Sore ini, aku dan Ayah sedang duduk menikmati secangkir teh hangat di teras belakang rumah Kak Keyla. Kami hanya berdua, karena Kak Keyla sedang sibuk memandikan Zaidan, sedangkan Mas Bayu belum pulang dari bekerja."Alhamdulillah, lancar, Yah. Kebetulan bosnya baik, karyawannya juga baik-baik, Yah. Aku betah kerja disana, meskipun gajinya gak besar," jawabku tersenyum."Baguslah, Ayah senang dengarnya. Gaji kecil gak masalah, Nay, yang penting kamu nyaman kerja disana.""Iya, Yah.""Oh, ya, gimana sidang perceraian kamu sama Kenzie tadi? Apa berjalan dengan lancar?""Lancar sih, Yah. Cuma ya gitu, Mas Kenzie masih kekeh gak mau cerai dari aku. Jadi ya, sidangnya harus ditunda lagi," jawabku.Aku menceritakan pada Ayah tentang kejadian saat Mas Kenzie dan Ibunya memintaku untuk kembali pada Mas Kenzie di pengadilan agama tadi. Juga menceritakan tentang Ibu yang dengan mudahnya memintaku untuk menerima Anggun sebagai maduku.Ayah
"Nay, hari ini, bisa ikut saya sebentar?" tanya Pak Tyo saat aku sedang membersihkan lantai toko."Kemana ya, Pak?" tanyaku."Gimana, ya? Hmm ... saya mau beli kado buat mama saya, kebetulan hari ini beliau ulang tahun. Saya bingung mau milihnya. Kamu kan perempuan, mungkin kamu tahu selera ibu-ibu. Saya minta tolong bantuan kamu buat memilih kado yang bagus buat mama saya. Kalau kamu keberatan juga gak papa kok," jelas Pak Tyo seolah tak enak padaku."Boleh, Pak. Tapi, gimana dengan toko ini?""Kan ada Eka sama Yuni, biar mereka aja yang jaga. Cuma sebentar saja kok, Nay, nanti aku antar lagi kesini," kata Pak Tyo."Iya, Nay. Biar kami aja yang jaga toko, lagian tokonya udah sepi ini. Iya kan, Ka?" kata Mbak Yuni. Mbak Yuni melirik Eka dan langsung dijawab anggukan cepat dari Eka."Baik, Pak, kalau gitu. Saya ambil tas dulu," kataku.Setelah siap, aku dan Pak Tyo masuk ke dalam mobil kijang Inova milik Pak Tyo. Ada sedikit rasa canggung, karena selama ini, kami jarang berkomunikasi.
Aku masih bingung, harus melakukan tindakan apa saat ini. Jika aku maju, aku harus menyiapkan mental ku untuk menghadapi Anggun dan juga Mas Kenzie di depan sana. Bukan aku takut, tapi saat ini aku hanya berdua dengan Pak Tyo. Aku tak ingin mereka berpikir macam-macam padaku. Apalagi, aku dan Mas Kenzie belum resmi bercerai secara hukum.Tapi jika aku pergi, pasti mereka akan merasa menang karena melihat kesedihanku, atau mungkin malah mereka akan menertawakan kekalahanku. Susah payah aku berusaha menata hidupku kembali, sia-sia jika aku harus takut menghadapi Mas Kenzie dan juga Anggun bukan? Aku tak ingin mereka melihatku kalah, aku harus tetap tenang dan menunjukkan pada mereka bahwa diriku mampu untuk berdiri sendiri meskipun harus berpisah dari Mas Kenzie.Aku berjingkrak kaget, saat sebuah tangan tiba-tiba menepuk bahuku pelan. "Astagfirullah ..." ucapku terkejut."Lo ngapain disini, Nay? Gak kerja?" Siska bertanya sambil menaikan sebelah alisnya.Aku yang masih memegang dada un