Aku masih bingung, harus melakukan tindakan apa saat ini. Jika aku maju, aku harus menyiapkan mental ku untuk menghadapi Anggun dan juga Mas Kenzie di depan sana. Bukan aku takut, tapi saat ini aku hanya berdua dengan Pak Tyo. Aku tak ingin mereka berpikir macam-macam padaku. Apalagi, aku dan Mas Kenzie belum resmi bercerai secara hukum.Tapi jika aku pergi, pasti mereka akan merasa menang karena melihat kesedihanku, atau mungkin malah mereka akan menertawakan kekalahanku. Susah payah aku berusaha menata hidupku kembali, sia-sia jika aku harus takut menghadapi Mas Kenzie dan juga Anggun bukan? Aku tak ingin mereka melihatku kalah, aku harus tetap tenang dan menunjukkan pada mereka bahwa diriku mampu untuk berdiri sendiri meskipun harus berpisah dari Mas Kenzie.Aku berjingkrak kaget, saat sebuah tangan tiba-tiba menepuk bahuku pelan. "Astagfirullah ..." ucapku terkejut."Lo ngapain disini, Nay? Gak kerja?" Siska bertanya sambil menaikan sebelah alisnya.Aku yang masih memegang dada un
"Pokoknya, gue gak ada urusan sama Lo! Minggir!" Bentak Mas Kenzie sengit."Gak, gue gak bakal minggir sebelum Lo pergi dari sini!" ujar Siska semakin berani."Sayang, ayo pulang," ujar Mas Kenzie lalu menarik tanganku secara tiba-tiba. Refleks, aku melepaskan tarikan tangannya dengan kasar. Jijik rasanya, dipegang oleh orang yang tak tahu malu seperti Mas Kenzie.Bisa-bisanya Mas Kenzie masih membuat ulah di depan umum. Padahal saat ini, ia juga sedang bersama Anggun dan juga anak-anaknya. Untuk berbicara pun, rasanya aku sudah malas."Mas," Suara lembut Anggun memanggil Mas Kenzie."Sudahlah, Mas. Apa lagi sih yang kamu harapkan dari Naya? Kamu sudah punya aku dan anak-anak kita, apa masih belum cukup, Mas?" Anggun berkata dengan lembut, tapi sukses membuat hati ini nyeri.Hati ini terasa nyeri bukan karena aku cemburu melihat kebersamaan Mas Kenzie dengan Anggun. Tapi karena Anggun, menyebut kata 'anak-anak'. Yang seolah-olah sedang menyindirku yang tak bisa memberikan seorang anak
Aku menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan saat baru turun dari mobil dan menginjakkan kaki di depan gedung pengadilan agama. Ada rasa lega dalam hati karena hari ini adalah hari yang sudah sangat aku nanti-nantikan. Karena hari ini adalah hari putusan sidang perceraianku dengan Mas Kenzie.Setelah beberapa bulan menjalani beberapa kali proses sidang yang cukup panjang dan melelahkan, hari yang aku nanti-nantikan akhirnya tiba juga. Aku mengulas senyum, aku berjanji pada diriku sendiri tak akan ada lagi air mata yang keluar dari mataku hanya untuk menangisi perpisahanku dengan Mas Kenzie. "Lo udah siap, Nay?" tanya Siska yang kini sudah berdiri di sampingku."Udah, Sis," jawabku tersenyum."Baguslah, yok kita masuk," ajak Siska.Aku dan Siska mulai berjalan masuk ke dalam gedung untuk menunggu antrian jadwal persidangan perceraianku dengan Mas kenzie. Karena menurut jadwal, sidang akan di gelar sekitar setengah jam lagi. Aku sengaja minta ditemani Siska lagi, karena
Tok! Tok! Tok!Suara palu hakim akhirnya diketuk menandakan bahwa sidang telah berakhir, dan kini aku telah resmi bercerai dari Mas Kenzie secara hukum dan agama. Rasa syukur tak henti-hentinya aku ucapkan dalam hati karena Tuhan telah memudahkan jalanku untuk berpisah dari Mas Kenzie.Mas Kenzie yang datang ditemani Ibunya hanya menunduk selama sidang berlangsung hingga akhirnya selesai. Tak ada senyum yang terukir di wajah Mas Kenzie, justru aku hanya melihat ada kilat kesedihan di wajah Mas Kenzie. Meskipun aku tak tahu ia hanya bersandiwara atau tidak. Biarlah, aku tak peduli.Meskipun aku tahu, perceraian adalah sebuah hal yang dibenci oleh Tuhan, tapi mau bagaimana lagi, aku tak mungkin bisa bertahan bersama Mas Kenzie setelah pengkhianatan yang telah ia dan keluarganya lakukan padaku.Setelah selesai menadatangani surat perceraian resmiku dengan Mas Kenzie, aku bernafas lega. Tak ada lagi air mata, yang ada hanyalah senyum kebahagiaan. Dan kini, aku resmi menyandang status seba
1 tahun kemudian ...Aku berjalan mengitari gedung yang sudah didekorasi cantik dengan hiasan bunga berwarna serba ungu disetiap sudut ruangan. Karena sebentar lagi, akan ada moment sakral akad nikah dan juga resepsi pernikahan yang terjadi di dalam gedung ini. Aku jadi teringat dengan pernikahanku bersama Mas Kenzie beberapa tahun silam, saat aku melepas masa lajangku.Sayangnya, janji suci yang Mas Kenzie ucapkan dulu tak bisa ia tunaikan dengan baik. Karena nyatanya, justru pengkhianatan yang Mas Kenzie berikan untukku. Tapi kini, semua sudah berlalu, aku telah mengikhlaskan segalanya dan mulai menata dan menjalani hidupku sendiri.Setelah resmi bercerai dari Mas Kenzie, aku memutuskan untuk berhenti bekerja dari Toko milik Pak Tyo. Dan saat ini, aku sedang menggeluti usaha wedding organizer kecil-kecilan yang baru aku rintis. Dan ini adalah job pertamaku, menyiapkan dekorasi pernikahan untuk sahabatku Siska. Sebenarnya, aku ingin kembali membuka usaha toko grosir, tapi rasa trauma
"Astaga, Zahra ... kenapa makanannya bisa tumpah begini, lihat tuh baju kamu kotor semua. Papa kan udah bilang, kalau mau ambil makanan bilang!" Sebuah bentakan suara seorang pria mengundang perhatianku. Aku yang sedang duduk menikmati hidangan di acara pernikahan Siska langsung menoleh ke arah sumber suara itu."Maaf papa, tadi Zahra gak sengaja. Zahra udah panggil-panggil papa, tapi papa gak denger," ujar seorang anak kecil cantik dengan berlinang air mata."Terus gimana coba? Papa gak mungkin ngajak kamu pulang, gak enak sama teman-teman Papa yang lain.""Ada apa ya, Mas? Mas jangan bentak-bentak anak kecil, kasihan kan?" tanyaku pada pria yang sedang memarahi anaknya. Karena merasa iba dengan anak itu, aku menghampiri mereka.Pria itu mendengkus kesal, lalu menarik nafas seolah menenangkan amarahnya. " Maaf, Sayang. Papa kebawa emosi," ucap pria itu lalu berjongkok menyeimbangi tubuh putrinya. Ia tersenyum dan menghapus air mata di pipi putrinya."Iya papa, gak papa," kata anak ya
"Nay, kamu lagi ngapain?" tanya Ayah lembut.Aku yang sedang sibuk menulis sambil duduk di teras belakang rumah, langsung menghentikan aktivitasku. Ayah ikut duduk bersama ku sambil membawa dua cangkir teh hangat dengan aroma melati."Aku lagi list data booking jasa WO aku bulan ini, Yah," jawabku tersenyum."Apa usaha WO kamu berjalan lancar, Nay?""Alhamdulillah, Yah. Berkat rekomendasi dari Siska job aku makin banyak. Bulan ini saja sudah full," jawabku."Alhamdulillah, Ayah senang dengarnya. Semoga usaha kamu selalu lancar ya, Nay?""Iya, Yah. Aamiin ...."Setelah acara pernikahan Siska dua bulan yang lalu, kini jasa WO milikku sudah dikenal banyak orang. Semua berkat Siska yang mengaploud foto-foto pernikahannya di media sosial sambil merekomendasikan jasa WO milikku. Aku bersyukur, usaha yang aku rintis ini bisa berkembang cukup baik. Meskipun awalnya, aku sedikit ragu apakah bisa menjalankan usaha ini dengan baik atau tidak. Karena ini adalah pengalaman pertama bagiku menekuni
Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan, karena aku harus mondar-mandir mengurus acara pernikahan dan juga acara ulang tahun yang menggunakan jasaku secara bersamaan. Selain paket pernikahan, aku juga menyediakan paket dekorasi untuk acara ulang tahun.Tepat pukul 19.30 malam, aku baru tiba di rumah. Aku sudah memberi tahu Ayah bahwa aku akan pulang sedikit terlambat. Tepat di depan rumahku, terparkir sebuah mobil Pajero sport berwana putih. Aku bingung, siapa pemilik mobil ini. Setahuku, teman ataupun keluarga tak ada yang memiliki mobil jenis ini. Apakah pemilik mobil ini adalah teman Ayah?Setelah turun dari mobilku, aku berjalan menuju ke dalam rumah. Suara seorang wanita sayup-sayup terdengar dari depan teras rumahku."Assalamualaikum ..." ucapku."Waalaikumsalam," jawab Ayah dan seorang wanita paruh baya yang duduk di ruang tamu bersebrangan dengan Ayah.Wanita paruh baya itu tersenyum. Wajahnya teduh, lalu menyuruhku untuk duduk di sampingnya."Kamu baru pulang, Nay?" tanya
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k