Aku menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan saat baru turun dari mobil dan menginjakkan kaki di depan gedung pengadilan agama. Ada rasa lega dalam hati karena hari ini adalah hari yang sudah sangat aku nanti-nantikan. Karena hari ini adalah hari putusan sidang perceraianku dengan Mas Kenzie.Setelah beberapa bulan menjalani beberapa kali proses sidang yang cukup panjang dan melelahkan, hari yang aku nanti-nantikan akhirnya tiba juga. Aku mengulas senyum, aku berjanji pada diriku sendiri tak akan ada lagi air mata yang keluar dari mataku hanya untuk menangisi perpisahanku dengan Mas Kenzie. "Lo udah siap, Nay?" tanya Siska yang kini sudah berdiri di sampingku."Udah, Sis," jawabku tersenyum."Baguslah, yok kita masuk," ajak Siska.Aku dan Siska mulai berjalan masuk ke dalam gedung untuk menunggu antrian jadwal persidangan perceraianku dengan Mas kenzie. Karena menurut jadwal, sidang akan di gelar sekitar setengah jam lagi. Aku sengaja minta ditemani Siska lagi, karena
Tok! Tok! Tok!Suara palu hakim akhirnya diketuk menandakan bahwa sidang telah berakhir, dan kini aku telah resmi bercerai dari Mas Kenzie secara hukum dan agama. Rasa syukur tak henti-hentinya aku ucapkan dalam hati karena Tuhan telah memudahkan jalanku untuk berpisah dari Mas Kenzie.Mas Kenzie yang datang ditemani Ibunya hanya menunduk selama sidang berlangsung hingga akhirnya selesai. Tak ada senyum yang terukir di wajah Mas Kenzie, justru aku hanya melihat ada kilat kesedihan di wajah Mas Kenzie. Meskipun aku tak tahu ia hanya bersandiwara atau tidak. Biarlah, aku tak peduli.Meskipun aku tahu, perceraian adalah sebuah hal yang dibenci oleh Tuhan, tapi mau bagaimana lagi, aku tak mungkin bisa bertahan bersama Mas Kenzie setelah pengkhianatan yang telah ia dan keluarganya lakukan padaku.Setelah selesai menadatangani surat perceraian resmiku dengan Mas Kenzie, aku bernafas lega. Tak ada lagi air mata, yang ada hanyalah senyum kebahagiaan. Dan kini, aku resmi menyandang status seba
1 tahun kemudian ...Aku berjalan mengitari gedung yang sudah didekorasi cantik dengan hiasan bunga berwarna serba ungu disetiap sudut ruangan. Karena sebentar lagi, akan ada moment sakral akad nikah dan juga resepsi pernikahan yang terjadi di dalam gedung ini. Aku jadi teringat dengan pernikahanku bersama Mas Kenzie beberapa tahun silam, saat aku melepas masa lajangku.Sayangnya, janji suci yang Mas Kenzie ucapkan dulu tak bisa ia tunaikan dengan baik. Karena nyatanya, justru pengkhianatan yang Mas Kenzie berikan untukku. Tapi kini, semua sudah berlalu, aku telah mengikhlaskan segalanya dan mulai menata dan menjalani hidupku sendiri.Setelah resmi bercerai dari Mas Kenzie, aku memutuskan untuk berhenti bekerja dari Toko milik Pak Tyo. Dan saat ini, aku sedang menggeluti usaha wedding organizer kecil-kecilan yang baru aku rintis. Dan ini adalah job pertamaku, menyiapkan dekorasi pernikahan untuk sahabatku Siska. Sebenarnya, aku ingin kembali membuka usaha toko grosir, tapi rasa trauma
"Astaga, Zahra ... kenapa makanannya bisa tumpah begini, lihat tuh baju kamu kotor semua. Papa kan udah bilang, kalau mau ambil makanan bilang!" Sebuah bentakan suara seorang pria mengundang perhatianku. Aku yang sedang duduk menikmati hidangan di acara pernikahan Siska langsung menoleh ke arah sumber suara itu."Maaf papa, tadi Zahra gak sengaja. Zahra udah panggil-panggil papa, tapi papa gak denger," ujar seorang anak kecil cantik dengan berlinang air mata."Terus gimana coba? Papa gak mungkin ngajak kamu pulang, gak enak sama teman-teman Papa yang lain.""Ada apa ya, Mas? Mas jangan bentak-bentak anak kecil, kasihan kan?" tanyaku pada pria yang sedang memarahi anaknya. Karena merasa iba dengan anak itu, aku menghampiri mereka.Pria itu mendengkus kesal, lalu menarik nafas seolah menenangkan amarahnya. " Maaf, Sayang. Papa kebawa emosi," ucap pria itu lalu berjongkok menyeimbangi tubuh putrinya. Ia tersenyum dan menghapus air mata di pipi putrinya."Iya papa, gak papa," kata anak ya
"Nay, kamu lagi ngapain?" tanya Ayah lembut.Aku yang sedang sibuk menulis sambil duduk di teras belakang rumah, langsung menghentikan aktivitasku. Ayah ikut duduk bersama ku sambil membawa dua cangkir teh hangat dengan aroma melati."Aku lagi list data booking jasa WO aku bulan ini, Yah," jawabku tersenyum."Apa usaha WO kamu berjalan lancar, Nay?""Alhamdulillah, Yah. Berkat rekomendasi dari Siska job aku makin banyak. Bulan ini saja sudah full," jawabku."Alhamdulillah, Ayah senang dengarnya. Semoga usaha kamu selalu lancar ya, Nay?""Iya, Yah. Aamiin ...."Setelah acara pernikahan Siska dua bulan yang lalu, kini jasa WO milikku sudah dikenal banyak orang. Semua berkat Siska yang mengaploud foto-foto pernikahannya di media sosial sambil merekomendasikan jasa WO milikku. Aku bersyukur, usaha yang aku rintis ini bisa berkembang cukup baik. Meskipun awalnya, aku sedikit ragu apakah bisa menjalankan usaha ini dengan baik atau tidak. Karena ini adalah pengalaman pertama bagiku menekuni
Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan, karena aku harus mondar-mandir mengurus acara pernikahan dan juga acara ulang tahun yang menggunakan jasaku secara bersamaan. Selain paket pernikahan, aku juga menyediakan paket dekorasi untuk acara ulang tahun.Tepat pukul 19.30 malam, aku baru tiba di rumah. Aku sudah memberi tahu Ayah bahwa aku akan pulang sedikit terlambat. Tepat di depan rumahku, terparkir sebuah mobil Pajero sport berwana putih. Aku bingung, siapa pemilik mobil ini. Setahuku, teman ataupun keluarga tak ada yang memiliki mobil jenis ini. Apakah pemilik mobil ini adalah teman Ayah?Setelah turun dari mobilku, aku berjalan menuju ke dalam rumah. Suara seorang wanita sayup-sayup terdengar dari depan teras rumahku."Assalamualaikum ..." ucapku."Waalaikumsalam," jawab Ayah dan seorang wanita paruh baya yang duduk di ruang tamu bersebrangan dengan Ayah.Wanita paruh baya itu tersenyum. Wajahnya teduh, lalu menyuruhku untuk duduk di sampingnya."Kamu baru pulang, Nay?" tanya
"Maaf Bu, apa aku boleh bertanya?" kataku pada Bu Maysaroh."Boleh, Nak Nay. Bertanya banyak pun boleh, dengan senang hati, Ibu akan menjawab. Ibu tahu kamu masih ragu kan? Ibu mengerti, gak akan mudah bagi kamu untuk menerima perjodohan ini begitu saja," jawab Bu Maysaroh lembut.Yang dikatakan Bu Maysaroh memang benar. Beliau seperti bisa membaca isi hatiku saat ini. Tak mungkin bagiku untuk menerima perjodohan ini begitu saja tanpa tahu seluk beluk calon pria yang akan dijodohkan denganku."Bu, anak Ibu seorang duda. Apa saya boleh tahu alasannya, kenapa dia bisa menduda?"Bu Maysaroh menghela nafas dalam. "Mantan istri Sony kabur dengan selingkuhannya. Bahkan dengan tega meninggalkan anaknya Zahra, yang waktu itu baru berumur dua tahun," jawab Bu Maysaroh sendu. Matanya menerawang seolah mengingat peristiwa itu.Aku sedikit terkejut dengan pengakuan Bu Maysaroh. Aku pikir, hanya pria saja yang begitu mudahnya selingkuh dan menyakiti hati seorang wanita. Tapi ternyata tidak, ada ju
"Nay, maaf kalau Ayah bikin kamu tertekan. Ayah gak maksa kamu, kalau seandainya nanti kamu gak cocok dengan anak Bu Maysaroh itu, kamu bisa tolak perjodohan ini. Ayah hanya ingin kamu menemukan kebahagiaan kamu, Nay," kata Ayah setelah kepergian Bu Maysaroh."Iya, Yah. Aku gak papa kok, lagian apa salahnya membuka hati. Jodoh kan gak ada yang tahu, Yah," kataku berusaha tersenyum. Meskipun dalam hati belum bisa menerima perjodohan ini sepenuhnya.Saat ini, aku justru merasa seperti wanita yang kesulitan untuk mendapatkan jodoh. Hingga harus menjalani perjodohan yang mendadak seperti ini. Aku bukannya tak ingin membuka hatiku untuk orang lain, tapi aku memang belum bisa menemukan laki-laki yang cocok untukku.Bukan cocok dalam hal kepribadian dan juga sifat ataupun latar belakang. Tapi, lebih ke keluarga laki-laki itu sendiri. Beberapa kali aku dekat dengan seorang pria, tapi begitulah, orang tua mereka selalu memandang rendah statusku yang seorang janda. Karena hampir semua pria yang