"Nay, maaf kalau Ayah bikin kamu tertekan. Ayah gak maksa kamu, kalau seandainya nanti kamu gak cocok dengan anak Bu Maysaroh itu, kamu bisa tolak perjodohan ini. Ayah hanya ingin kamu menemukan kebahagiaan kamu, Nay," kata Ayah setelah kepergian Bu Maysaroh."Iya, Yah. Aku gak papa kok, lagian apa salahnya membuka hati. Jodoh kan gak ada yang tahu, Yah," kataku berusaha tersenyum. Meskipun dalam hati belum bisa menerima perjodohan ini sepenuhnya.Saat ini, aku justru merasa seperti wanita yang kesulitan untuk mendapatkan jodoh. Hingga harus menjalani perjodohan yang mendadak seperti ini. Aku bukannya tak ingin membuka hatiku untuk orang lain, tapi aku memang belum bisa menemukan laki-laki yang cocok untukku.Bukan cocok dalam hal kepribadian dan juga sifat ataupun latar belakang. Tapi, lebih ke keluarga laki-laki itu sendiri. Beberapa kali aku dekat dengan seorang pria, tapi begitulah, orang tua mereka selalu memandang rendah statusku yang seorang janda. Karena hampir semua pria yang
"Tapi ... gue masih gak yakin, Sis. Rasanya berat untuk menikah lagi. Gue takut gagal untuk yang kedua kalinya," kataku."Nay, sesuatu kalau gak dicoba dulu mana tahu? Buktinya gue. Awalnya gue juga ragu mau nikah sama Aska, secara umur Aska dibawah gue. Mana tampangnya masih imut-imut lagi. Pasti tuh ya, banyak cewek yang ngiri sama gue dapetin brondong cakep, tajir pula," ujar Siska antusias."Percaya diri banget sih Lo. Tapi memang sih meskipun umur Lo tua, tapi muka Lo masih keliatan muda tuh, jadi ya gak keliatan lah kalau Lo sama Aska beda umur. Malah kalian kayak seumuran," kataku."Makasih Naya ... Lo tau aja kalau gue awet muda. Lo emang sahabat gue yang paling baik hati. Hari ini kita makan di luar yuk, gue traktir deh, Lo pesen apa aja yang Lo mau entar gue yang bayar," kata Siska tersenyum genit sambil memainkan kedua alisnya."Yaelah, cuma ditraktir doang nih. Katanya udah jadi Nyonya Aska, harusnya Lo ajakin gue shopping lah," kataku."Wah ... ide bagus tuh, yoklah gaske
"Hah!" Mataku membulat saat Zahra menyebut bahwa aku akan menjadi Mamanya. Bu Maysaroh tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Zahra untukku, sedangkan Mas Sony wajahnya tampak datar, terkesan biasa saja."Iya, Za. Itupun kalau Tante Naya nya mau," kata Bu Maysaroh lalu melirik ke arahku."Mau ya Tante ... Zahra mau punya Mama. Papa sibuk kerja, gak pernah ada waktu buat main sama Zahra," ucap Zahra dengan tatapan memohon ke arahku.Pertanyaan Zahra membuatku salah tingkah. Aku bingung harus bagaimana cara menjawab pertanyaan dari bocah kecil seperti Zahra ini."Zahra ..." Mas Sony memanggil Zahra pelan, seolah menyuruh anaknya untuk diam."Maaf, Pa," lirih Zahra."Tidak apa-apa, Nak. Namanya juga anak kecil," tukas Ayah terkekeh kecil melihat tingkah polos Zahra yang lucu."Khmm ... bagaimana Pak Danu, apa Bapak menerima perjodohan Sony dan Naya?" tanya Bu Maysaroh. Pak Danu adalah nama Ayahku."Hmm ... untuk masalah itu saya serahkan semua pada Naya. Oh ya, bagaimana dengan Nak Sony
"Bu, Yah, maaf sebelumnya, tapi ... aku mau mengenal Mas Sony lebih dalam dulu. Aku menerima perjodohan ini, tapi bukan berarti kami langsung akan menikah bukan? Aku harap Bu Maysaroh dan Ayah mengerti," kataku pelan.Jujur saja, mendengar kata menikah aku jadi merasa cemas. Bayang-bayang kegagalan selalu menghantui hatiku."Nak Naya tenang saja, Ibu kan hanya mendoakan yang terbaik buat kalian. Gak ada salahnya 'kan? Ibu mengerti, jika kamu ingin mengenal Sony lebih dalam, ya monggo ... ibu manut saja. Yang penting gak akan ada penyesalan seandainya kalian menikah nanti," ujar Bu Maysaroh lembut."Bu Maysaroh benar, Nay. Ayah pun setuju kalau kalian mau saling mengenal dulu, itu lebih baik," kata Ayah ikut menimpali."Terima kasih, Bu, Yah.""Iya, Nay. Sebagai orang tua kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan anak-anaknya," kata Bu Maysaroh bijak."Saya senang mengenal Bu Maysaroh dan juga keluarga. Kalian sangat terbuka, tidak memaksa dengan keinginan kalian," kata
Siang ini, aku masih bingung memilah-milih baju untuk aku pakai saat pergi bersama Mas Sony nanti. Aku bukannya ingin terlihat cantik, hanya saja, aku memang sedikit tidak percaya diri. Dan akhirnya, aku memilih menggunakan kemeja motif bunga-bunga berwarna pink yang aku padukan dengan celana kulot hitam panjang. Tak lupa, aku menggunakan blezer hitam agar serasi dengan dengan celana kulot panjang yang aku pakai.Aku ingin menjaga penampilanku di depan Mas Sony nanti agar terlihat lebih sopan dan elegan. Karena ini adalah kali pertama kami jalan keluar bersama. Tepat pukul 13.00 suara mobil berhenti tepat di depan halaman rumahku. Aku yakin, itu pasti mobil Mas Sony.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuatku semakin gugup. Aku membuang nafas panjang, untuk menetralkan degup jantungku. Setelah sedikit tenang, barulah aku melangkah menuju ke depan untuk membuka pintu."Tante Naya ..." Aku yang baru membuka pintu langsung di kejutkan dengan kedatangan Zahra yang tiba-tiba saja memeluk
Setelah hampir setengah hari mengelilingi pusat perbelanjaan bersama Mas Sony dan juga Zahra, kami memutuskan untuk pulang. Kami juga menyempatkan waktu untuk makan siang bersama Siska dan juga Aska.Selama perjalanan menuju pulang ke rumah, aku dan Mas Sony sama-sama diam. Zahra sendiri saat ini sudah tertidur lelap di pangkuanku. Setelah mengetahui bahwa Mas Sony adalah seorang CEO di PT. Wijaya Kusuma, aku jadi rendah diri dan merasa segan. Rasanya, aku masih tak menyangka bahwa Mas Sony adalah seorang CEO di perusahaan besar.Jujur saja, seketika nyali ini menciut dengan rencana perjodohan ini. Aku yang hanya seorang janda dan dari kalangan keluarga biasa, rasanya tak sepadan apabila bersanding dengan Mas Sony."Nay, kamu kenapa, kok dari tadi diem aja?" tanya Mas Sony membuyarkan lamunanku. Mas Sony berbicara sambil tangannya tetap fokus memegang setir mobil."Eh, aku gak papa kok, Mas," jawabku salah tingkah."Oh ya, Nay. Kita mampir sebentar ya ke rumahku. Aku mau antar Zahra d
"Nay," panggil Mas Sony membuyarkan lamunanku.Karena sibuk memandang kagum rumah ini, aku sampai tak sadar jika Mas Sony kini sudah di luar mobil dan membukakan pintu mobil untukku."Eh, iya, Mas.""Ayo turun, aku gendong Zahra dulu," kata Mas Sony sambil memindahkan Zahra dari pangkuanku ke dalam gendongannya.Aku berjalan mengikuti langkah Mas Sony di belakang. Perasaan gugup tiba-tiba saja mulai mendera hatiku."Loh, kalian udah pulang?" tanya Ibu setelah kami sampai di ruang tamu. Lagi-lagi, mata ini kembali takjub melihat isi rumah Mas Sony yang tak kalah mewahnya dari luar."Iya, Bu, aku mau antar Zahra ke kamarnya dulu. Kayaknya dia kecapean," kata Mas Sony lalu pergi meninggalkan aku dan ibunya."Ya ampun ... saking senengnya itu Zahra sampai ketiduran. Pasti kalian abis bersenang-senang ya? Ayo sini duduk, Nay," ujar Ibu sambil menyuruhku duduk disampingnya."Mbok, buatkan minum untuk kami ya?" kata Ibu menyuruh seorang wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri diantara kam
"Nay, Ibu harap kamu tetap mau meneruskan perjodohan ini. Ada banyak harapan besar yang ibu gantungkan padamu, Nak. Terutama Zahra, Ibu yakin, Zahra sangat menginginkan kamu menjadi ibunya," kata Bu Maysaroh membuyarkan lamunanku."Tapi ... aku benar-benar merasa gak pantas untuk bersanding dengan Mas Sony, Bu. Apalagi aku punya banyak kekurangan. Ibu tahu, dulu keluarga mantan suamiku diam-diam menyembunyikan pernikahan mantan suamiku dengan wanita lain, hanya karena aku belum bisa memberikan keturunan," kataku lesu."Ibu sudah tahu. Itu bukan kesalahan kamu sepenuhnya, Nak. Itu takdir Tuhan. Kamu jangan berkecil hati, kamu harus percaya Tuhan itu Maha baik. Jika seandainya kamu dan Sony menikah tapi belum juga dikaruniai keturunan, ibu tak akan menuntut. Jika kalian ingin mengadopsi seorang anak pun, ibu gak masalah. Tapi kamu harus percaya, Nay, gak ada yang gak mungkin kalau kita percaya pada Gusti Allah," kata Bu Maysaroh lembut.Aku langsung menoleh ke arah Bu Maysaroh dengan ta
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k