"Lo kenapa, Nay?" tanya Siska membuyarkan lamunanku.Aku mendengus kesal, lalu memberikan ponselku pada Siska. Baru saja, aku mencurahkan isi hatiku tentang keluarga Mas Kenzie, kini sudah datang lagi satu masalah baru. Biarlah, Siska melihat sendiri status Facebook yang di unggah Dini pagi tadi. Malas rasanya, membahas tentang keluarga Mas Kenzie lagi."Astaga ... siapa ini, Nay, yang bikin status?" tanya Siska seolah terkejut."Itu adiknya Mas Kenzie, Sis.""Memang keluarga gak tahu diri ya mereka itu. Enggak emak bapaknya, enggak anaknya, sama aja! Pinter banget mutar balikin fakta," ujar Siska geram."Sis, apa menurut Lo gue salah ya, mempertahankan hak gue?""Ya gak lah, dasar mereka aja yang gak waras. Lo jangan dengerin apa kata mereka, Nay. Biarkan aja mereka koar-koar, toh Lo gak salah kan?Hmm ... tapi menurut gue, gak ada salahnya deh Lo bales dikit perbuatan mereka. Secara gak langsung, mereka itu mau mempermalukan Lo di depan umum. Nah, gantian lah Lo juga harus mempermal
"Kenzie ya, Nay?" tanya Siska."Iya, Sis. Males gue.""Heran gue, gak tau malu banget itu si Kenzie dengan beraninya masih menghubungi Lo. Bukannya sekarang dia udah punya Anggun sama anak-anaknya ya?""Entahlah, Sis. Gue juga gak ngerti," jawabku kesal._______Malam ini, aku tak bisa tidur karena masih bimbang dengan saran dari Siska tadi siang yang menyuruhku untuk membuat status balasan, untuk status Dini. Disatu sisi, hati mengatakan ingin, tapi di sisi lain hati mengatakan jangan.Aku membuka ponselku, lalu aku mencoba untuk membuka media sosial Facebook milikku. Lagi-lagi, mata ini membulat seketika melihat status terbaru dari Dini.["Lihat kan, orang yang terlihat baik itu tak selamanya bisa menutupi kebusukannya."]["Orang juga bisa menilai sendiri, seperti apa wajah asli yang terlihat cantik di luar tapi busuk di dalam."]["Siap-siap ya, karma akan segera datang menjemputmu dari keserakahan dan kemunafikanmu itu!"]["Dan ingat, harta yang kau bawa lari itu tak akan berkah u
Pagi ini, aku terbangun dari tidur dengan perasaan tenang. Setelah mengunggah status Facebook yang aku bagikan semalam, aku ketiduran. Mungkin karena terlalu lelah hati dan juga jiwa hingga membuatku bisa tidur nyenyak malam ini. Untungnya, aku sedang datang bulan hingga tak bisa melaksanakan sholat subuh. Kalau tidak, aku pasti kesiangan karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.Aku kembali membuka ponselku, dan segera membuka aplikasi biru untuk melihat statusku semalam. Ternyata, sudah ratusan komentar memenuhi status yang aku bagikan. Aku membaca komentar satu persatu dari orang-orang yang mengenal diriku, ada juga beberapa orang yang tak aku kenal ikut mengomentari statusku.Rata-rata, mereka semua memberikan semangat, dukungan dan juga doa yang baik untukku. Aku memberikan emot love di setiap komentar, tak mungkin bagiku untuk membalas komentar mereka satu persatu karena begitu banyaknya komentar. Jariku terhenti, saat membaca komentar dari mereka semua. Ada sala
"Jadi kamu Naya, adik iparnya Bayu ya?" tanya pemilik toko ramah.Siang ini, aku pergi ke toko bahan kue sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Mas Bayu. Ternyata, pemilik toko bahan kue yang baru kutahu bernama Pak Tyo ini masih muda, mungkin masih seumuran dengan Mas Bayu."Iya, Pak, saya Naya," jawabku."Sebelumnya, apa kamu punya pengalaman kerja di toko?""Ada, Pak. Kebetulan saya punya ... punya pengalaman kerja di toko, Pak," jawabku sedikit gugup."Baiklah, kamu saya terima kerja disini. Kamu nanti bisa bantu-bantu karyawan yang lainnya. Kamu bisa tanyakan langsung dengan mereka, apa saja kerjaan kamu disini," jelas Pak Tyo."Baik, Pak. Terima kasih," ucapku tersenyum.Aku sangat bersyukur, akhirnya aku bisa diterima bekerja. Meskipun hanya bekerja di toko, setidaknya, aku memiliki kesibukan agar aku bisa melupakan sejenak tentang masalah rumah tanggaku bersama Mas Kenzie.Toko milik Pak Tyo lumayan besar, hampir sama dengan toko grosir yang aku miliki dulu. Pak Tyo juga mem
Hembusan angin laut menerpa wajahku lembut, dan menimbulkan sensasi dingin di wajahku yang tadinya sempat memanas setelah pertemuanku dengan Mas Kenzie Dan Ibunya tadi. Cuaca hari ini cukup redup, seredup hatiku yang masih belum bisa melupakan Mas Kenzie sepenuhnya. Setelah pertemuanku dengan Ibu dan juga Mas Kenzie di persidangan tadi, hati ini kembali sakit. Dengan susah payah aku melupakan semuanya, tapi jika bertemu kembali dengan mereka, rasa sesak di dada masih saja selalu hadir.Setelah sidang pertama perceraianku dengan Mas Kenzie berakhir, aku mengajak Siska untuk singgah sejenak di tepi pantai yang memang letaknya tak jauh dari Pengadilan Agama. Kata-kata Ibu saat beliau memintaku untuk kembali bersama Mas Kenzie, masih teringat jelas di benakku."Nduk, selama ini, Ibu dan Kenzie selalu menyayangi kamu sepenuh hati. Hanya saja, keadaan yang memaksa hingga menjadi seperti ini. Ini memang salah Ibu, Nduk, yang begitu mengharapkan kehadiran cucu di tengah-tengah keluarga kami.
"Sepertinya, aku gak perlu dengar jawaban dari kamu, Mas. Aku yakin, kamu gak akan sanggup untuk menjalani hukuman seperti yang aku bilang tadi 'kan?""Sayang, maafkan aku ... " lirih Mas Kenzie."Kata maaf itu mudah, Mas. Kamu gak ingat seberapa besar luka yang kamu torehkan di hati aku? Selama ini, kamu dan keluargamu bersekongkol untuk membohongi aku. Yang lebih sakitnya, hasil kerja kerasku selama ini menemaani kamu dari nol, justru kamu gunakan untuk menafkahi gundikmu itu! Dan yang lebih parahnya, kamu juga menggunakan uangku untuk berzina dengan perempuan-perempuan murahan di luar sana! Seumur hidup, aku gak akan pernah ikhlas, Mas!" kataku menggebu-gebu. Akhirnya, tumpah sudah emosi yang sedari tadi berusaha aku tahan."Aku memang salah, Sayang. Aku meyesal ... ampuni aku," lirih Mas Kenzie."Kamu gak perlu minta ampun sama aku, Mas. Mintalah pengampunan pada Tuhan, aku cuma manusia biasa. Gak mudah buatku memaafkan kesalahan kamu," kataku."Sayang, aku yakin pasti masih ada
"Nay, bagaimana dengan pekerjaanmu di toko?" tanya Ayah.Sore ini, aku dan Ayah sedang duduk menikmati secangkir teh hangat di teras belakang rumah Kak Keyla. Kami hanya berdua, karena Kak Keyla sedang sibuk memandikan Zaidan, sedangkan Mas Bayu belum pulang dari bekerja."Alhamdulillah, lancar, Yah. Kebetulan bosnya baik, karyawannya juga baik-baik, Yah. Aku betah kerja disana, meskipun gajinya gak besar," jawabku tersenyum."Baguslah, Ayah senang dengarnya. Gaji kecil gak masalah, Nay, yang penting kamu nyaman kerja disana.""Iya, Yah.""Oh, ya, gimana sidang perceraian kamu sama Kenzie tadi? Apa berjalan dengan lancar?""Lancar sih, Yah. Cuma ya gitu, Mas Kenzie masih kekeh gak mau cerai dari aku. Jadi ya, sidangnya harus ditunda lagi," jawabku.Aku menceritakan pada Ayah tentang kejadian saat Mas Kenzie dan Ibunya memintaku untuk kembali pada Mas Kenzie di pengadilan agama tadi. Juga menceritakan tentang Ibu yang dengan mudahnya memintaku untuk menerima Anggun sebagai maduku.Ayah
"Nay, hari ini, bisa ikut saya sebentar?" tanya Pak Tyo saat aku sedang membersihkan lantai toko."Kemana ya, Pak?" tanyaku."Gimana, ya? Hmm ... saya mau beli kado buat mama saya, kebetulan hari ini beliau ulang tahun. Saya bingung mau milihnya. Kamu kan perempuan, mungkin kamu tahu selera ibu-ibu. Saya minta tolong bantuan kamu buat memilih kado yang bagus buat mama saya. Kalau kamu keberatan juga gak papa kok," jelas Pak Tyo seolah tak enak padaku."Boleh, Pak. Tapi, gimana dengan toko ini?""Kan ada Eka sama Yuni, biar mereka aja yang jaga. Cuma sebentar saja kok, Nay, nanti aku antar lagi kesini," kata Pak Tyo."Iya, Nay. Biar kami aja yang jaga toko, lagian tokonya udah sepi ini. Iya kan, Ka?" kata Mbak Yuni. Mbak Yuni melirik Eka dan langsung dijawab anggukan cepat dari Eka."Baik, Pak, kalau gitu. Saya ambil tas dulu," kataku.Setelah siap, aku dan Pak Tyo masuk ke dalam mobil kijang Inova milik Pak Tyo. Ada sedikit rasa canggung, karena selama ini, kami jarang berkomunikasi.
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k