POV NayaAku langsung berdiri dan menarik kasar tanganku dari genggaman tangan Mas Sony. Setelah aku mendengar jawaban dari Mas Sony yang tak masuk diakal itu. Aku benar-benar syok dan juga sangat terkejut. Bagaimana mungkin, wanita yang telah merusak keutuhan rumah tanggaku bersama Mas Kenzie dulu itu, adalah mantan istri Mas Sony.Kenyataan ini benar-benar sulit untuk aku percayai. Meskipun perpisahan ku dulu dengan Mas Kenzie bukan sepenuhnya kesalahan Anggun, tapi sulit rasanya untuk menerima kenyataan ini. Jika dipikir pun, terlalu sulit dan juga rumit. Kenapa harus Anggun? Susah payah aku melupakan wanita itu, dan hingga kini pun aku selalu menutup telinga dan mata untuk tidak mendengar kabar dari wanita itu lagi. Apakah ia masih bersama Mas Kenzie atau tidak, aku sudah tak peduli.Tapi kini, justru bayang-bayang wanita itu hadir lagi dalam rumah tanggaku bersama dengan Mas Sony. Jika Anggun adalah mantan istri Mas Sony, itu artinya, Anggun adalah Ibu kandung dari Zahra, anak y
Hari demi hari aku lewati dengan penuh kebahagiaan bersama Mas Sony dan juga Zahra. Hingga akhirnya, aku bisa sedikit demi sedikit melupakan tentang masalah takdir yang begitu sulit untuk aku terima. Tak terasa, usia pernikahan ku dengan Mas Sony sudah berjalan tiga bulan lamanya.Pagi ini, aku beraktifitas seperti biasa. Aku hanya menyiapkan keperluan Mas Sony sebelum berangkat berkerja. Mulai dari pakaian, sepatu dan juga barang-barang yang Mas Sony bawa saat berangkat ke kantor nanti. Setelah selesai, barulah aku menyiapkan keperluan Zahra sebelum berangkat ke sekolah.Aku juga membantu Zahra untuk memakai baju dan merapikan rambut Zahra. Setelah semua siap, barulah kami semua berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi bersama. Selama aku tinggal di rumah ini, aku sama sekali tak di perbolehkan untuk melakukan aktivitas di dapur. Karena di rumah ini, semua makanan sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga.Tak tanggung-tanggung, untuk art yang bertugas untuk memasak dan menyiapkan
POV KenzieLangkahku semakin mendekat ke arah Pak Sony dan juga Naya. Tiba-tiba saja tubuh ini langsung menegang dan juga merasa gugup. Hingga akhirnya, giliranku untuk memberi selamat pada Pak Sony pun tiba. Aku menjabat tangan hangat milik Pak Sony, sekuat tenaga aku berusaha untuk tak terlihat gugup ataupun gemetar di depan Pak Sony, tapi tetap saja rasa tegang di tubuh ini masih terlihat begitu jelas. Tangan ini pun terasa sangat dingin. Untung saja, Pak Sony tak memperhatikan kegugupan ku.Dan kini, aku telah berada di depan wanita yang dulu pernah aku sakiti hatinya. Hingga sampai detik ini pun, rasa cintaku pada Naya masih tersimpan di dalam lubuk hatiku yang paling dalam. Andai saja, aku bisa mengulang waktu, pastilah aku akan memperbaiki kesalahku dulu. Dan tentunya Naya tak akan bersanding dengan pria lain saat ini."Ken, buruan. Lama banget," gerutu Rio yang ada di belakangku. Suara Rio seketika membuyarkan lamunanku."Eh, i ... iya. Selamat ya, Nay. Eh, maksud saya Bu Naya
Mobil yang dikemudikan oleh Pak Ahmad melesat keluar dari hotel tempat pernikahan Pak Sony dan Naya dengan kecepatan sedang. Suasana di dalam mobil sangat riuh, karena Pak Ahmad dan para rekan-rekan seprofesi ku saling bersenda gurau. Sedangkan aku sedikitpun tak berminat untuk ikut bersenda gurau bersama mereka. Mataku memandang kosong ke arah luar jendela mobil.Hati ini seolah masih tak percaya dengan takdir yang ditetapkan oleh Tuhan. Setelah perceraian ku dengan Naya, rumah tanggaku bersama Anggun bagai neraka. Tak ada lagi kata bahagia, bahkan, aku dijadikan pembantu oleh Anggun. Dulu aku bertahan dengan Anggun karena aku begitu menyayangi kedua anakku. Setelah mengetahui kenyataan bahwa kedua anakku bukankah darah dagingku, apalagi yang harus aku pertahankan?Aku jadi teringat lagi dengan Naya. Selama ini, aku selalu berpikir bahwa Naya lah yang tidak sehat karena tak kunjung hamil. Apalagi setelah mengetahui bahwa Anggun bisa mengandung anakku, semakin bertambah saja keyakinan
"Bu, aku sama Anggun kan hanya nikah siri. Biarlah, kami tak perlu mengurus perceraian. Lagi pula, aku sudah malas menemui dia," kataku."Tapi, bagaimana dengan kedua anak kalian? Mereka kan butuh akte dan lainnya untuk masa depan mereka. Lagi pula, memang kamu gak kangen sama Chaca dan juga Clara?" tanya Ibu lirih.Aku menghela nafas panjang. Aku bingung harus mulai dari mana untuk menceritakan pada Ibu tentang masalah ini. Aku yakin, pastilah Ibu akan terkejut setelah mendengar pengakuan dariku. Aku bukan tak ingin bercerita, aku hanya takut membuat Ibu jadi sedih.Apalagi melihat wajah Ibu yang seolah menahan rindu pada Chaca dan juga Clara, membuat aku semakin tak tega. Meskipun Chaca dan Clara bukan darah dagingku, tapi, masih ada rasa sayang di dalam lubuk hatiku untuk mereka. Bagaimana tidak, dari mereka lahir, aku selalu mencurahkan semua kasih sayangku pada mereka.Aku jadi rindu sekali dengan mereka. Tak mudah untuk melupakan mereka begitu saja dari hatiku. Berbeda dengan An
"Ken, nanti kamu ke lantai sepuluh ya!" perintah Pak Ahmad saat aku baru selesai membersihkan salah satu ruangan di lantai dua ini.Hari ini, aku bekerja seperti biasanya. Aku terdiam terpaku mendengarkan perintah dari Pak Ahmad. Jika aku di suruh ke lantai sepuluh, itu artinya, aku harus kembali bertemu dengan Pak Sony. Mau menolak pun, itu tak mungkin. Yang ada, Pak Ahmad akan marah padaku. Tetapi, untuk kembali bertemu dengan Pak Soni rasanya begitu berat."Ken," panggil Pak Ahmad membuyarkan lamunanku. Membuat aku seketika menoleh ke arah beliau."Eh, i ... iya, Pak. Kenapa saya harus ke lantai sepuluh, Pak?" tanyaku sedikit tergagap."Kebetulan ada salah satu karyawan cleaning servis di lantai sepuluh yang mengundurkan diri. Jadi untuk sementara, kamu yang gantikan. Kamu kan paling rajin disini, makanya saya pilih kamu," jelas Pak Ahmad."Baik, Pak," kataku terpaksa dengan lesu."Tapi, nanti saya konfirmasi dulu sama Pak Sony. Takutnya beliau menolak," ujar Pak Ahmad."Baik, Pak.
POV NayaSetelah beberapa menit menunggu, mataku membulat sempurna, saat garis dalam alat test kehamilan yang aku pakai ini menunjukkan garis dua merah. Tangan ini tiba-tiba gemetar hebat. Aku menutup mulutku dengan sebelah tanganku. Apakah ini hanya sebuah mimpi?Aku masih berdiri terpaku menatap alat test kehamilan yang masih berada di tanganku. Garis dua merah di alat test kehamilan ini pun terlihat sangat jelas. Sulit rasanya untuk mempercayai keajaiban ini. Apakah aku benar-benar hamil saat ini? Dengan tangan masih gemetar, aku mencoba mencubit lenganku sendiri."Aw!" Aku menjerit lirih, tak kala rasa sakit akibat cubitanku sendiri. Ternyata benar, aku sedang tidak bermimpi saat ini. Dulu, saat aku masih bersama dengan Mas Kenzie, aku selalu dikecewakan dengan hasil negatif dari alat test kehamilan. Bukan hanya sekali dua kali, mungkin sudah ratusan kali aku selalu merasa kecewa. Bertahun-tahun aku menunggu, tapi Tuhan tak kunjung memberikan keturunan untukku.Tapi ini, baru beb
Sebuah sentuhan lembut seolah sedang membelai rambutku. Aku yang sedang tidur, seketika membuka mata perlahan. Ternyata, Zahra saat ini sedang tersenyum melihat wajahku. Tangan mungil Zahra masih membelai rambutku dengan lembut."Mama udah bangun?" tanya Zahra."Iya, Sayang. Zahra udah pulang sekolah?" tanyaku."Udah dari tadi, Ma. Mama tidurnya lama banget," kata Zahra sambil sedikit memanyunkan bibirnya yang terlihat menggemaskan itu.Ternyata benar yang dikatakan Zahra, karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 13.00 siang. Itu artinya, aku sudah tertidur cukup lama."Kok Zahra tahu Mama tidurnya lama?" tanyaku."Dari tadi kan Zahra duduk disini nungguin Mama bangun," jawab Zahra polos."Kenapa Zahra gak bangunin Mama?""Kata Nenek, Mama kan lagi sakit karena mau punya Dedek bayi. Apa benar, Ma?" tanya Zahra antusias."Memangnya, Zahra mau punya Dedek bayi?"Zahra mengangguk cepat. "Mau, Ma. Zahra pengen punya Dedek bayi kayak Naura temen Zahra. Naura baru punya adek bayi loh,
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k