"Kamu yang bernama Langit?" seseorang bertanya. Dengan nada keras dan tidak bersahabat.
Langit yang baru saja menghirup Teh hangatnya, langsung menoleh ke sumber suara. Tiga orang pemuda seusianya, melihatnya dengan tatapan tajam."Iya, ada yang bisa ku bantu?""Oh, tentu saja ada! Ini, terimalah!"Bukk!Sebuah pukulan tiba-tiba mengenai wajahnya dengan keras!Membuatnya terjatuh dari kursi dan terjengkang ke belakang. Beberapa orang di dekatnya memekik tertahan. Situasi Cafetaria yang awalnya ramai tiba-tiba saja berubah menjadi hening dalam sekejap."Hei, Bung! Apa maksudnya ini? Datang-datang langsung main hajar! Apa kamu sudah gila?" Cahyo, teman Langit berteriak sengit, sambil membantu Langit untuk berdiri."Ini bukan urusanmu mata empat, menyingkirlah!""Tapi kelakuanmu...""Sudahlah Cahyo, aku gak kenapa-kenapa," Langit menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah."Gak kenapa-kenapa gimana? Bibir kamu berdarah! Mereka tidak boleh berbuat sewenang-wenang kayak gini, ini anarkis namanya!"" Dengar! Namaku Dave Anggoro! Aku adalah Ketua Klub Tae Kwon Do di Kampus ini! Siapapun yang mengenalku, dia akan berusaha untuk tidak membuat masalah denganku! Kamu, belajarlah menjadi cerdas. Aku sedang membuat perhitungan dengan dia, teman badutmu itu. Jadi jangan ikut campur!""Hei, tapi...""Sudahlah Cahyo, jangan diperpanjang. Baiklah Dave, mungkin aku pernah menyinggungmu dan aku tidak menyadarinya, aku minta maaf jika aku salah,""Orang yang bernama Langit, dengarkan aku baik-baik! Minta maaf itu mudah, namun semua ada konsekuensinya! Kamu harus menerima setidaknya lima pukulan lagi, baru aku puas!" Dave menyeringai."Apa? Yang benar saja? Orang ini kejam sekali!" bisik seseorang."Ya, tentu saja, siapa yang tidak kenal dia? Salah satu perusuh berat di kampus ini, jangan sampai kalian punya masalah dengannya!""Kau benar... Dia orangnya kejam, anak buahnya banyak! Ayahnya adalah salah satu donatur terbesar di kampus kita! Sebagian besar dosen disini segan dengan dia!""Ya, beruntunglah korbannya bukan kita, tapi Langit!""Ya, dia memang cocok jadi OP!""Setuju, dia memang badut!""Kau benar..hihihi..." beragam komentar mulai bermunculan."Nah, orang yang bernama Langit! Sudah siap dengan lima pukulan lagi? Setelah ini baru kita impas!" Dave tersenyum buruk. Dia merasa diatas angin, karena sebagian mahasiswa di Cafetaria itu mendukungnya."Maaf, kalau boleh aku tahu, apa salahku sebenarnya?""Oh, masih belum sadar apa salahmu? Baik, kuberi tahu sekarang, jauhi Vania! Jangan pernah berani mendekatinya, walau hannya sejengkal! Semua orang tahu hubunganku dengan Vania seperti apa! Jadi apapun yang terjadi antara aku dengan dia, jangan pernah ikut campur! Jelas!?""Oh, mengenai itu..."'Ya, sekarang terima lima pukulan dariku!" Dave yang sudah tidak sabar kembali mengayunkan tinjunya ke wajah Langit!Bukk! Bukk! Bukk!Langit kembali jatuh terjengkang. Tiga pukulan cepat itu mengenai mukanya dengan telak!"Bangun! Baru tiga pukulan! Sisa dua lagi! Kau boleh melawan jika kau mau!" Dave menyeringai."Cukup! Ini keterlaluan namanya! Jika masalahnya adalah Vania, berarti kamu salah faham! Langit tidak pernah mendekati Vania, tapi dialah yang selalu mencoba mendekati Langit! Aku yang jadi saksinya!" Cahyo tidak menyerah. Dave menyeringai buruk."Cahyo, diamlah. Kamu gak perlu membelaku seperti itu. Aku yang salah, aku yang tidak tahu situasi, aku layak menerimanya!" Langit kembali bangkit."Hehe, sungguh Badut yang jujur! Baguslah, kita selesaikan ini segera!"Bukk! Bukk!Langit kembali terjatuh. Dua pukulan keras itu membuat kepalanya terasa sakit dan pusing tujuh keliling. Namun dia berusaha bertahan, dan mencoba untuk bangkit kembali."Kamu keterlaluan! Langit tidak salah, Vania lah yang selalu berusaha mendekati Langit! Dia hampir setiap hari datang ke kelas dan berusaha merayu Langit! Aku yang melihat dengan mata kepalaku sendiri!""Kamu terlalu banyak omong! Sepertinya kamu juga layak untuk ku hajar!" tinju Dave kembali melayang. Siap mengenai wajah Cahyo."Tahan, Dave! Dia tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kita! Jangan libatkan Cahyo, dia tidak bersalah! Kamu boleh memukulku, tapi jangan sampai kamu memukul kawanku!" Langit menahan dengan tangannya."Ouw, mau jadi jagoan rupanya? Mau jadi Pahlawan? Rupanya kamu belum puas ku hajar! Baiklah, aku berikan bonus untuk kamu!"Bukk!Kali ini kaki Dave yang berbicara!Tendangannya tepat mengenai perut Langit, dan kembali membuatnya jatuh terjengkang ke belakang! Menghantam meja kursi Cafetaria, menumpahkan hidangan yang tersaji di meja. Orang-orang kembali berteriak histeris.Langit merasakan perutnya mulas. Pandangannya bekunang-kunang. Namun dia berusaha untuk berdiri kembali. Dia hampir terbiasa dengan hal-hal yang seperti ini.Dia sudah sering mengalami perlakuan semacam ini.Dilecehkan dan dipermalukan di depan umum. Menjadi badut kampus, menjadi tontonan dan cemoohan bagi teman-teman di Kampusnya. Langit sudah kebal dengan hal-hal seperti itu.Dan mereka, para mahasiswa disini sudah menganggap itu sebagai hal yang biasa. Bahkan beberapa menganggap hal ini sebagai sebuah hiburan gratis, seperti melihat pertunjukan drama satu babak atau komedi satir.Karena, semakin Langit dibully dan dibuat menderita, sebagian besar dari mereka semakin menyukainya!"Badut yang bernama Langit, dengarkan aku baik-baik! Jauhi Vania mulai dari sekarang, dan kamu masih bisa selamat!" Dave mencengkram kerah kemeja Langit. Tatapannya tajam menusuk."Hei, apa yang kalian lakukan!?" sebuah suara tenor mengejutkan mereka. Semuanya menoleh ke arah sumber suara."Sssttt... Miss Irene datang...""Dave, apa yang kalian sedang lakukan pada jam istirahat ini!?" Miss Irene, Dosen cantik bertubuh semampai berkaca-mata itu mendatangi Dave dan kawan-kawan. Melihat Langit sekilas, yang nampak babak belur. Keningnya berkerut."Ah, tidak ada apa-apa Miss, saya hanya membantu dia berdiri, dia terjatuh karena tidak hati-hati. Bukan begitu kan Langit?" Dave berkelit dengan senyum dipaksakan. Tangannya sibuk merapikan baju Langit yang kusut. Selain dia, tidak ada satupun dari mereka yang berani berkomentar."Apakah benar itu Langit?""I..iya Miss, saya terjatuh barusan,""Hm, baiklah! Ingat, jangan buat keributan disini, karena itu bisa mengganggu yang lainnya! Faham!?""Tentu saja, Miss! Saya sangat faham sekali!" Dave tertawa kecil. Hatinya senang. Masalah selesai."Dan kamu Langit, jangan ceroboh! Selalu hati-hati untuk kedepannya!""Siap Miss, saya minta maaf,""Sebaiknya kamu segera ke Klinik, obati lukamu!" Miss Irene memberi tahu. Lalu segera berlalu dari sana. Semua kembali bernapas lega. Terutama Dave."Nah, kamu mengerti sekarang, apa yang baru saja dikatakan Miss Irene, Badut? Hati-hati untuk kedepannya, jangan ceroboh! Hahaha!" Dave tertawa. Diikuti oleh kedua temannya."Ingat, jika kamu berbuat bodoh dengan lapor ke Dosen, atau bahkan lapor ke Polisi, percayalah, nasibmu akan lebih buruk dari ini!" bisik Dave penuh ancaman.Langit terdiam. Menghela napasnya. lalu mengangguk pelan. Dave tertawa keras. Lalu belalu dari sana dengan penuh kemenangan.***"Kamu tidak kenapa-kenapa Langit? Ayo kita ke klinik sekarang!" ajak Cahyo."Kita pulang ke kostan saja, biar aku obati sendiri,""Ayolah Langit, wajahmu babak-belur, baiknya kita ke Klinik sekarang juga, disana obatnya lebih lengkap, dan penanganannya lebih baik, jangan fikirkan masalah biaya, aku yang akan tanggung!""Bukan begitu Cahyo, aku tahu kamu...""Hei! Kamu yang bernama Langit? Tetap disana!" panggil seseorang. Langit dan Cahyo menoleh. Lima orang pemuda dan satu orang gadis berpakaian seragam mewah bergegas menghampirinya."Siapa lagi ini?""Bukankah itu Gavin, Ketua Klub Anggar Kampus? Ada keperluan apa dia dengan Langit?""Kau benar, di sebelahnya adalah Audrey, anak Rektor, juga beberapa orang yang punya pengaruh di sini. Hufht, sepertinya Langit akan kena masalah lagi!""Hehe, kita tunggu saja, kita bakal dapat drama gratisan lagi!""Huushh! Jangan ngomong kayak gitu!"Langit mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat hari-hari ke belakang, apakah dia pernah bersinggungan dengan mereka. Orang-orang kaya yang jarang sekali terlihat di Cafetaria umum kampus. Sementara Cahyo langsung bereaksi dengan cepat, menghalangi jalan mereka tepat di depan Langit."Saudara Gavin, ada yang bisa kami bantu?" tanya Cahyo. Berusaha tersenyum manis. Menetralisir suasana."Hmm, kenapa menghalangiku? Minggirlah! Aku tidak ada urusan denganmu!" Gavin menatap tajam. Tenang namun angkuh."Oh, ba..baiklah...""Maaf, ada yang bisa kubantu, Gavin?" Langit maju ke depan. Berusaha tetap tenang. Sambil kepalanya terus berfikir." Ada apa dengan wajahmu? Apakah kamu baru saja jatuh dari lantai 7 kampus kita?" Audrey, si cantik bermata biru, ketua Klub Cheerleaders kampus, sekaligus anak Rektor ini bertanya sinis."Pasti sudah ada orang yang memberinya pelajaran sebelum kita!" Erik berkomentar. Sang wakil ketua Klub Anggar di kampus."Tidak masalah! Sepertinya dia masih kuat untuk menerima sepuluh pukulan lagi!" tambah Lucas, Ketua Klub Tinju sambil menyeringai."Ada apa lagi ini? Apakah Langit menyinggung kalian?" Cahyo menyela. Dia merasa ada gelagat yang tidak beres. Kemungkinan besar, mereka akan berbuat sesuatu yang tidak baik kepada Langit."Kami tidak ada urusan denganmu, pergilah! Aku hanya akan bertanya kepada dia. Jika jawabannya benar, mungkin dia akan bebas dari tanganku, jika jawabannya salah, maka dia tidak akan bisa pergi dengan mudah dari sini!""Kenapa harus seperti itu, saudara Gavin?""Sudahlah, Cahyo, tidak apa-apa. Aku akan menjawab pertanyaanmu, silahkan!""Hm, baiklah. Apakah kamu bersama Fani tadi malam?""Fani? Itu...Aku....aku,.iya...aku mengantarnya pulang semalam, karena dia meminta bantuan ku, kondisinya waktu itu tengah malam, dan dia seorang diri datang ke kost-an aku, saat itu..."Plaak!Sebuah tamparan mendarat di wajah Langit!Membuatnya terjajar. Mukanya nampak tambah bengkak dan llebam membiru. Gavin menamparnya dengan sangat keras!"Hei, saudara Gavin? Kenapa harus memakai kekerasan? Salah temanku dimana? Kemarin malam Fani sendiri yang datang dan mengetuk kamar kami, meminta diantar oleh Langit. Tidak ada sesuatu yang terjadi diantara mereka! Aku juga ikut bersama mengantarkannya!" Cahyo bereaksi keras."Begitu? Jadi kau juga ikut-ikutan mengantarkannya? Bagus! Kawan-kawan, kalian tahu apa yang mesti kalian lakukan!" Gavin memberi isyarat dengan telunjuknya.Tidak menunggu waktu lama, keempat temannya langsung bergerak memberikan bogem mentah kepada mereka berdua!Langit dan Cahyo terkejut! Beberapa pukulan dan tendangan mengenai mereka dengan telak. Dan sekejap kemudian keduanya tersungkur di lantai Cafetaria!"Bagaimana Gavin? Ini masih kurang?""Aku belum mendengar teriakan mereka!" jawab Gavin santai.Teman-temannya mengerti. Mereka langsung kembali menghujamkan kaki dan tangannya dengan keras pada dua orang yang masih tergolek di lantai. Keduanya mengaduh kesakitan. Beberapa kali mereka menghantam telak perut dan dadanya. Langit berusaha melindungi kepalanya yang hampir menjadi korban orang-orang kejam dan tidak bertanggung jawab tersebut! Sementara Cahyo meraung-raung kesakitan meminta ampun sambil merasakan seluruh tubuhnya yang sakit luar biasa."Cukup! Aku sudah mendengarnya barusan!" Gavin memberi instruksi. Lalu mendekati keduanya yang nampak terkapar di lantai."Ini hanya peringatan saja untuk kalian, terutama kamu Langit! Jangan pernah bermimpi untuk jadi pahlawan di sini. Kepedulian mu yang memuakkan itu hanya akan mendatangkan bahaya untukmu sendiri!" Gavin berjongkok sambil mengangkat dagu Langit yang biru lebam."Aku, aku hanya menolong dia, aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya..." Langit menjawab lirih. Merasakan sakit di sekujur tubuhnya."Itulah kebodohanmu! Aku tahu, tidak mungkin Fani menyukai kamu! Dia tidak akan serendah itu seleranya, menyukai pemuda miskin dan tidak punya harapan macam kamu! Justru saat itu aku sedang menghukum dia, supaya dia tidak bersikap seenaknya kepadaku, lalu kamu hadir mengacaukan rencanaku!""Maaf, untuk masalah itu..Aku tidak tahu...""Makanya jangan sok tahu! Sesuatu yang kamu anggap baik, belum tentu baik untuk orang lain. Beruntunglah, aku hanya menghukumu seperti ini. Biasanya, aku akan menelanjangi orang tersebut dan mempermalukannya di pelataran kampus!" Gavin mencengkram wajah Langit dengan geram. Seolah ingin menghancurkannya."Gavin ini lebih sadis dari pada Dave! Hukumannya bisa membuatku kencing di celana!""Kalau urusan hukum-menghukum, memang dia ahlinya! Maklumlah, ayahnya adalah seorang Hakim ternama di Kota ini! Jadi sifat ayahnya menurun kepadanya!""Ya, dan Langit adalah orang yang paling sial hari ini! Kasihan juga melihat Langit seperti itu!""Sudahlah, wajar untuk tipe orang macam Langit! Dia memang sudah seharusnya diperlakukan seperti itu!""Hei, tapi Langit teman kita juga! Setidaknya, tunjukan rasa simpati buat dia!""Ah, tidak perlu! Itu salah dia sendiri! Sok baik kepada hampir seluruh gadis di kampus ini. Memang sih, tampang dia keren, tapi kalau hanya tampang saja tidak akan laku di sini!""Orang miskin macam dia mana tahu hal itu! Sepertinya dia hanya ingin mengincar gadis-gadis kaya di kampus ini, berharap untuk bisa merubah hidupnya yang miskin dan hina itu!""Ya, mungkin juga seperti itu! Dasar Don Juan Kampungan!""Hussh! Jangan menuduh orang sembarangan! Itu tidak baik!""Ini bukan nuduh, ini fakta! Aku mendengarnya sendiri kemarin...""Sssttt..cukup! Tutup mulutmu! Lihat, Gavin memperhatikan kita! Bisa bahaya kalau sampai dia tahu, Sebaiknya kita segera pergi dari sini!""Hmm, dengarkan baik-baik! Untuk kamu, juga kalian semua yang ada di sini! Jangan pernah bermimpi menjadi Pahlawan di Kampus ini, jangan pernah mencampuri apapun yang menjadi urusanku, juga teman-temanku, kalian mengerti?" ultimatum Gavin keras. Semua yang ada disana terdiam."Dengarkan nasihat ku, Langit! Orang miskin, tetaplah bersikap seperti orang miskin. walaupun wajahmu cukup tampan, tapi jangan pernah bermimpi bisa mendapatkan cinta gadis-gadis kaya di Kampus ini. Karena mereka bukanlah gadis-gadis bodoh yang bisa kamu tipu mentah-mentah! Faham!?" ujar Gavin penuh sarkatisme."Baiklah, aku akan ingat semuanya,""Bagus! Dan untukmu mata empat, jika ingin hidupmu tenang dan selamat untuk kedepannya, berhentilah berteman dengan dia, mengerti?" Gavin melirik ke arah Cahyo.Tatapannya penuh intimidasi. Cahyo hanya bisa mengangguk pasrah."Sudah waktunya kita latihan. Ayo Gavin, kita pergi dari sini! Aku sudah merasa sesak dengan udara kumuh di tempat ini!" ujar Erik mengingatkan. Gavin berdiri."Hm, baiklah. Waktunya kita pergi. Ingat pesanku baik-baik, jangan sampai kita bertemu lagi!" Gavin dan kawan-kawannya segera beranjak dari sana. Meninggalkan Langit dan Cahyo yang masih terduduk di lantai Cafetaria."Dia benar Cahyo, mulai sekarang, demi kebaikanmu, sebaiknya kamu jangan berteman denganku," Langit berdiri dengan gontai. Mengambil tas lusuhnya."Langit, apa maksudmu!?""Tidak ada maksud apa-apa, aku pergi dulu. Tolong, jangan ikuti aku!""Langit! Tunggu..."***"Kau terlambat lagi hari ini, dan kenapa mukamu? Apa kau habis dipukul orang lagi?" Tante Lucy mengerutkan keningnya. Menatap wajah Langit yang biru lebam. Langit hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Biasa Tante, saya habis jatuh berkali-kali barusan...""Ya, jatuh karena di pukul orang! Kamu ini, hidupmu selalu aja membuat masalah. Aku jadi khawatir Rumah Makanku akan kena masalah kalau kamu datang dengan kondisi seperti ini terus! Sebaiknya kau cuti dulu beberapa hari, sampai lukamu benar-benar sembuh. Lagi pula apa kata semua pelangganku nanti jika muka pelayannya babak belur kayak kamu? Mereka pasti akan menuduhku yang bukan-bukan!""Tapi Tante, saya butuh pekerjaan ini, tolonglah...""Tidak bisa, hari ini kamu gak perlu masuk. Kamu cuti saja dulu, ini perintah!""Tante, tolonglah saya! Saya akan berjanji, tidak akan datang dalam kondisi seperti ini lagi, dan saya akan bekerja lebih giat lagi!""Sudah kubilang tidak bisa! Apa selama ini aku tidak menolongmu? Coba pertimbangkan juga posisiku!""Tolonglah Tante, kumohon...""Kalau kamu tidak mau ikut aturanku, sebaiknya kamu tidak perlu lagi kerja di sini!" Tante Lucy, wanita separuh baya itu mengancam. Dia adalah pemilik Rumah Makan besar di pinggir Kampus yang selalu ramai oleh para pelanggan. Terkenal karena masakannya yang enak, dan harganya yang cukup terjangkau.Langit menggantungkan hidupnya selama ini dengan bekerja sebagai pelayan part time, dari sore hingga malam hari. Selepas kuliahnya selesai. Dan hal itu sudah dilakoninya selama dua tahun setengah."Oh, ba..baiklah Tante, saya akan cuti dulu sampai besok, jadi besok baru saya...""Tiga hari, tidak kurang! Sekarang sebaiknya kamu pulang, obati lukamu! Lain kali, jangan lagi sampai terlibat masalah lagi!""Baiklah Tante, saya mengerti. Tapi, maaf Tante, bolehkah saya,...anu...itu..." Langit agak gugup. Tante Lucy mengerti."Ambilah, aku tahu kamu lapar. Makan di rumah, dan istirahatlah!""Siap Tante, terima kasih banyak Tante!" Langit tersenyum lega. Tante Lucy hanya bisa mengangguk-angguk.Langit segera beranjak dari Rumah Makan milik Tante Lucy. Dengan sebungkus nasi dan lauk pauk yang didapatnya dari kebaikan hati sang bos.Baru beberapa langkah Langit pergi meninggalkan Rumah makan Tante Lucy, dari arah berlawanan sebuah mobil hitam mewah melaju dengan kecepatan tinggi, dan meluncur ke arahnya!Langit terkejut!Dia tidak sempat menghindar!Beruntunglah, rem mobil tersebut berfungsi dengan baik, hingga tidak menabraknya.Sebuah Mercedes-Benz hitam kelas S berhenti mendadak di depannya, tidak kurang dari satu meter! Dan bukan itu saja, beberapa saat kemudian, pintu belakang mobil tersebut terbuka. Seseorang seperti terjatuh dilemparkan dari mobil!Langit terkejut dua kali!Belum sempat dia menyadarinya, mobil itu dengan cepat melaju pergi. Seolah tidak peduli dengan kehadiran Langit disana!Secara spontan Langit mendekati sosok tubuh yang dilempar tersebut.Seorang gadis!Deg! Jantung Langit berdetak keras!Masalah baru, datang lagi!***"Kamu sudah gila ya? Ngapain kamu bawa gadis itu ke sini? Kamu tahu siapa dia?" Cahyo memaki panjang pendek."Ya aku tahu, dia adalah Angeline, terus kenapa? Masalahnya dimana?""Pertanyaan macam apa itu? Kamu ini bodoh atau gimana? Dia adalah salah satu dari Angel's of Five di kampus kita! Dan kamu bilang masalahnya dimana? Apa kamu tidak kapok dengan wajahmu yang babak belur hampir setiap hari!?""Sabar, Cahyo! Aku hanya menolong dia, gak lebih! Perkara nanti ada orang yang mengklaim pacarnya lalu memukuli ku, itu urusan belakangan! Yang penting aku sudah tolong dia, karena aku gak tega melihat dia pingsan di jalan, dilempar dari mobil!""Ya, kenapa harus kamu yang menolong dia! Kenapa kamu gak pura-pura buta aja, dan biarkan dia disana! Kamu pasti akan selamat dari masalah selanjutnya! Karena aku punya firasat, ini bakal ada buntutnya!""Apa kamu gak punya nurani dengan membiarkan dia terbaring di jalan? Kalau dia dibawa sama orang jahat bagimana? Aku pasti akan menjadi orang yang
"Saranku, sebaiknya kamu jangan kuliah hari ini!" ujar Cahyo sambil memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Langit mengerutkan keningnya. Dia baru saja beres memakai baju, dan bersiap untuk menyisir rambutnya, sambil berkaca di cermin. Seraut wajah gagah rupawan nampak di sana. Wajahnya sendiri.Jujur saja, Langit sedikit bangga dengan wajah dan penampilannya. Wajahnya yang putih bersih, perpaduan antara ras Arya dan Asia. Mata Coklat, alis yang tebal, hidung mancung yang kokoh serta rahang yang kuat. Didukung dengar postur tubuh yang cukup tinggi, berdada bidang dan terlihat proporsional, dengan tinggi badan 178 centimeter! Membuatnya tidak pernah bosan memandang wajah dan penampilannya sendiri di cermin.Apa mungkin karena ini para gadis senang berada di dekatnya, dan sering terlihat mengejarnya, walaupun akhirnya dia harus menerima resiko dipukuli atau di bully oleh para fans dan pacar gadis-gadis cantik tersebut! Ya, mungkin saja begitu. Tunggu, bicara di bully dan dipukuli, bukanka
"Sudah kubilang, jangan masuk kampus hari ini! Kenapa kamu bebal sekali? Lihatlah, lukamu parah sekali hari ini!" "Sudahlah, uhk...Nanti juga sembuh sendiri..." "Kamu percaya diri sekali! Gak akan ada luka yang sembuh tanpa di obati! Lhatlah, sepertinya tulang rusukmu ada yang kena, ini memar sekali Langit! Aku khawatir retak di dalamnya! Ini bahaya! Apa mereka memakai alat untuk menghajarmu?" "Sepertinya iya, ada beberapa menggunakan Keling, tongkat kasti dan sepatu Lars panjang. Ya sudahlah, aku yakin aku akan sembuh besok pagi," "Kita ke Rumah Sakit sekarang! Jangan mengambil resiko dengan eksperimen mu yang konyol itu, memangnya kamu Vampire yang mempunyai regenerasi penyembuhan sel lebih cepat dari manusia biasa? Kita berada di dunia nyata, Langit! Ini bukan film Super Hero ataupun dunia Mutan dan cerita para Dewa! Sadarlah!" "Aku hanya penasaran saja, dan kalau besok aku masih belum sembuh, baru kita ke rumah sakit," "Itu sudah terlambat namanya! Kamu mau lukamu infeksi d
"Aku minta maaf, gara-gara aku, Dave jadi membuat masalah denganmu!" ujar Vania, di balik kemudinya. Wajahnya yang blasteran Indo-Spanyol nampak sangat manis dan menggoda. Dengan mata coklat , serta hidung mancung yang lancip dan bibir merah yang tipis, membuat dirinya memiliki pesona tersendiri. Dia adalah satu dari Angel of Five! "Sudahhlah, gak masalah, lagi pula aku sudah gak kenapa-kenapa," jawab Langit canggung. Cahyo hanya diam sambil pasang muka masam di kursi belakang. Dia tidak mengerti dengan Langit, kenapa masih mau berhubungan dengan gadis-gadia bermasalah dan memiliki beberapa Herder galak di belakangnya! Walau tidak dipungkiri, mereka adalah gadis-gadis sosialita level atas, dengan kecantikan selangit yang menyandang gelar Angel of Five! Tapi tetap saja resikonya besar, dan hampir tidak sebanding! Yang lebih mengherankan, kenapa gadis-gadis ini mau terus-menerus mendekati Langit, padahal pada kenyataannya mereka sudah memiliki pasangan masing-masing! Pasti ada ses
Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan! Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" P
Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
Di antara kebingungannya, Langjt segera menghindar dari serangan cepat sang gadis. Beberapa kali tebasannya hamoir saja melukai titik-titik vital di tubuh Langit. Ternyata Gadis ini sangat mahir menggunakan pedang. Gerakannya yang gemulai namun cepat mau tidak mau membuat Langit berfikir, bagaimana bisa gadis sehebat ini tertangkap oleh Prajurit biasa macam mereka. "Kenapa selalu menghindar? Bukankah tadi kamu bisa menumbangkan mereka dengan mudah?" tanta gadis itu di sela serangannya."Apa kamu tidak tega menyerang wainta? Dasar bodoh! Aku tidak akan bersimpati karena kamu sudah menolongku! Karena sejatitnya, kamu adalah musuh terbesarku!" ujar sang gadis sambil menaikan tensi serangannya. Membuat Langit sedikt kerepotan."Tuan, jangan ragu untuk membunuhnya! Dia bukankah wanita biasa! Dia adalah Iblis yang telah membantai satu Desa! Jangan kasih ampun!" teriak sang Letnan dari kejauhan. "Oh, benarkah itu? Apa kamu memang seperti itu?" tanya Langit sambil terus menghindari hujan s
"Apa-apaan ini? Apa mereka sedang syuting Film Kolosal?" fikir Langit sambil terkejut. Sekitar seratus meter di depannya, Langit melihat puluhan orang tengah menyeret seorang wanita muda dengan menggunakan Kereta yang ditarik oleh dua ekor Kuda. Beberapa orang bertampang garang, dengan out fit lengkap seperti layaknya Pasukan Berkuda Kerajaan abad Pertengahan, lengkap dengan senjatanya, nampak ikut berteriak sambil tertawa penuh kesenangan. Seolah-olah mereka sedang melakukan permainan yang mengasyikan. Menyeret tubuh orang dengan Kuda! Langit masih mengamatinya dengan seksama. Jika ini sebuah frame dalam adegan Film, maka mereka semua jelas melakukannya dengan sangat baik dan profesional. Dia juga sama sekali tidak akan ikut campur. Tapi jika apa yang sedang mereka lakukan adalah asli alias bukan adegan film maka bisa di pastikan mereka adalah Pasukan Bar-bar yang sadis dan keji, karena telah melakukan tindakan yang sewenang-wenang dengan mempermainkan nyawa seorang manusia! L
Tiga bulan semenjak 'meninggalnya' Kadet Langit, di Akademi terjadi beberapa perubahan Kebijakan yang cukup Signifikan. Beberapa Aturan yang dulu sempat di hapus, kini diangkat dan dijadikan sebuah Kebijakan kembali. Salah satunya adalah mewajibkan semua kadet itu mendaftar menjadi seorang Ksatria Hollyman! Sementara Ketua Perwakilan Ras Manusia secara Aklamasi digantikan oleh Hazel, yang mendampingi Casandra Cyrus, sang Putri Pengendali Es. Adalah Lord Macros Gigantika yang berperan di belakang layar untuk membasmi Angels of Eye, berjuang selama hampir dua bulan ini mencari dimana letak keberadaan dan Markas Angels of Eye alias Mata Malaikat. Puluhan orang yang terindikasi langsung di tangkap dan di adili. Simpatisan yang berusaha membela mereka ikut terseret dan dihukum dengan berat. Beberapa pertempuran pecah di berbagai tempat. Namun di karenakan Hollyman dalam kondisi siap tempur, banyak Anggota Angels of Eye yang menjadi korban. Mereka dihancurkan tanpa belas kasih. Bahka
"Itu adakah Pusaka yang berasal dari Dimensi kami. Hanya beberapa Necromenger Murni yang bisa memilikinya. Dan mereka adalah para Necromenger terpilih. Karena Pusaka Batu Bintang merupakan simbol dari Keagungan, Kehebatan, Kekuatan, dan juga Kekuasaan Bangsa kami!""Necromenger, apa kalian adalah salah satu Ras yang ada di Dunia ini, ataukah....""Apa kamu fikir kami adalah bagian dari kalian? Para Manusia, Goblin, Elf dan Troll? Tentu saja bukan! Ya, asal kamu tahu, aku bukanlah bagian dari dimensi kalian. Aku datang jauh dari Dimensi lain di Planet terjauh, yang mengembara dan terdampar di sini. Kami adalah Bangsa yang memiliki Peradaban dan Teknologi lebih hebat dari kalian. Namun, seperti di Dunia kalian, kami memiliki Konflik besar hingga akhirnya harus pergi mennggalkan Tanah Kelahiran kami sendiri. Asal kamu tahu, tidak semua Bangsa Necromenger itu jahat. Kami juga memiliki apa yang kalian sebuat akal, hati, nurani, moral dan aturan yang selalu kami junjung tinggi. Namun kadang
Skip : Tiga Bulan Kemudian.Langit menatap Cakrawala di atas sana dengan perasaan senang sekaligus sedih. Barisan Awan yang nampak berarak, berjalan dengan lambat, dihiasi dengan semburat lidah Mentari yang mengintip malu, menghadirkan Siluet gradasi spektrum warna yang Indah. Pagi ini dia diizinkan keluar dari sebuah Gua besar di antara Teluk Karang besar yang memghadap Langsung ke Samudera Lepas.Dia tidak pernah keluar dari Gua itu sebelumnya, bahkan untuk mendekati mulut Gua saja dia dilarang keras melakukannya. Dia hanya diizinkan berada di Pelataran Gua besar beralaskan pasir putih dan beberapa karang, yang sesekali dimasuki oleh Abrasi Air Laut. Langit sejak awal menyadari dia berada di Gua di pinggir Laut, ketika dia merasakan bau garam yang cukup santar. Dia juga selalu melihat air masuk ke tempatnya berada, serta seringnya suara ombak yang keras menghantam karang. Akhirnya, setelah tiga bulan berlalu, Langkt bisa menikmati udara kebebasan yang ssbenarnya. Bau garam dan he
Beberapa hari sebelumnya, Langit merasakan suasana dan aura berbeda malam ini. Selain hawa dingin yang terasa mencucuk tulang sum-sum, dia merasakan keheningan yang sangat tidak biasa. Ketika di malam-malam kemarin Langit masih bisa mendengar suara binatang-binatang malam yang saling bersahutan satu sama lain, kini dia merasakan hal yang berbeda. Suara-suara koor nyanyian binatang itu tidak terdengar malam ini. Seolah mereka ikut tertidur lelap di pangkuan malam yang menurutnya lebih dingin dibandingkan malam sebelumnya.Dia baru menyadari bahwa tempatnya di sekap, terdiri atas puluhan ruang gelap yang semuanya di peruntukan sebagai sel. Dari keseluruhan sel itu, Langit sudah mengira bahwa dia tidak sendirian berada di sini. Dengan sedikit Kuasa yang dia miliki. Langit bisa merasakan ada beberapa orang disana yang memiliki nasib tidak jauh berbeda dengan dirinya. Namun Langit tidak bisa menebak dan mendeteksi dengan jelas sampai sejauh mana, karena dia merasa Kuasa Kekuatannya sa
Beberapa hari kemudian, Andromeda sang Mentor mengumumkan bahwa salah satu Ketua Perwakilan Kadet telah meninggal Dunia, saat menjalani masa hukumannya.Dan Prosesi pemakaman sengaja sudah dilakukan satu hari sebelumnya. Semua itu dilakukan karena untuk menghindari gejolak dan opini negatif bahwa kadet baru tersebut telah meninggal dengan cara yang mengenaskan.Ya, Langit, salah satu Kadet berbakat telah pergi untuk selamanya. Sebagian besar para Kadet sontak merasa terkejjut dengan berita duka cita dan sangat mendadak tersebut. Sebagian dari mereka merasa tidak percaya mendengarnya dan memganggapnya Hoax. Karena mereka telah rahu siapa Langit. Bagiamana Kehebatan dan Sepak Terjangnya. Sebagian lagi ada yang merasa acuh tak acuh bahkan senang dengan kepergiannya. Sebagaian lagi yang memang tidak mengenal sosok Langit, mereka menanggapinya secara datar dan tidak merasa terbebani sama sekali. "Tuan Langit, aku tidak menyangka sama sekali ... Hiks...Hiks...!" Zulaikha tidak kuasa mena
Andromeda memeriksa dengan teliti isi Penjara bercahaya suram tersebut. Ruang batu berukuran lima kali lima meter. Bak seorang Detektif, dia menyusuri setiap sudut dari ruang batu tersebut, lalu kembali sudut tengah, dimana bekas genangan darah dan seepihan daging serta tulang ynag nampak tercerai berai dan saling berceceran, mengeluarkan bau amis kemana-mana. Dia tidak menduga sama sekali, bahwa Kadet baru itu tiba-tiba saja mati dengan tubuh hancur dan luluh lantak tidak berbentuk, tanpa alasan yang jelas sama sekali. Dan yang paling penting, kenapa dia harus meninggal secara mengenaskan seperti itu? Apakah dia punya musuh di sini? Siapa manusianya yang telah tega melakukan hal tidak beradab dan mengerikan semacam itu? Bukankah kesalahan kadet ini tidaklah fatal? Kesalahan? Ya, Kadet ini memang telah melakukan sebuah kesalahan karena berani menginterupsi seorang paling berpengaruh di Akademi. Namun apakah hukuman ini setimpal untuk dosa yang sudah dia perbuat? Untuk sekedar di hu
"Hei bangunlah! Kamu belum mati kan?" seseorang berteriak sambil menyiramkan air dingin ke kepalanya. Langit mendadak sontak terbangun dan menemukan dirinya basah kuyup. Namun keadaannya saat ini agak lebih baik. Dia tidak telentang di lantai batu, melainkan sudah berada dalam posisi berdiri, walau posisi kedua tangan dan kdkinya masih terbelenggu oleh besi hitam yang sangat kuat!"Makanlah, kamu sudah empat hari pingsan, aku fikir kamu sudah mati!" ujar seorang penjaga muda beekumis tipis sambil mengantarkan makanan seadanya ke hadapan Langit. "Empat hari? Pantas saja tubuhku terasa lemah dan berat untuk di gerakan! Tunggu, bukankah kemarin aku sempat tersadar dan bicara dengan seseorang? Siapa namanya? Oh, aku menyebutnya Tuan Tanpa Wujud? Lalu, apakah aku pingsan lagi setelah itu?" batin Langit. Matanya kembali mengamati sekitar, ruang tahanan dari batu Hitam dan Jeruji besi besar yang berfungsi juga sebagai sebuah pintu, dimana sang Penjaga itu berada."Ketahuilah, jika itu orang