"Saranku, sebaiknya kamu jangan kuliah hari ini!" ujar Cahyo sambil memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Langit mengerutkan keningnya. Dia baru saja beres memakai baju, dan bersiap untuk menyisir rambutnya, sambil berkaca di cermin. Seraut wajah gagah rupawan nampak di sana. Wajahnya sendiri.
Jujur saja, Langit sedikit bangga dengan wajah dan penampilannya. Wajahnya yang putih bersih, perpaduan antara ras Arya dan Asia. Mata Coklat, alis yang tebal, hidung mancung yang kokoh serta rahang yang kuat. Didukung dengar postur tubuh yang cukup tinggi, berdada bidang dan terlihat proporsional, dengan tinggi badan 178 centimeter! Membuatnya tidak pernah bosan memandang wajah dan penampilannya sendiri di cermin.Apa mungkin karena ini para gadis senang berada di dekatnya, dan sering terlihat mengejarnya, walaupun akhirnya dia harus menerima resiko dipukuli atau di bully oleh para fans dan pacar gadis-gadis cantik tersebut! Ya, mungkin saja begitu.Tunggu, bicara di bully dan dipukuli, bukankah baru saja kemarin Langit dibuat babak belur oleh dua kelompok orang yang merasa ketakutan karena gadisnya akan direbut olehnya?Bukankah kemarin tampangnya terlihat babak belur dan biru lebam, hampir di seluruh wajah, ditambah dengan badan yang terasa sakit dan ngilu karena dihajar habis-habisan oleh orang-orang kurang beradab tersebut?Namun yang dilihatnya sekarang adalah, seraut wajah putih bersih yang gagah dan tampan!Tanpa noda setitik pun!Seolah kejadian kemarin ketika wajahnya dibuat biru-biru itu adalah mimpi! Dan Langit baru saja terbangun dengan kondisi muka dan badan yang pulih dan sehat, segar bugar tanpa kurang suatu apapun!Dia sudah sembuh seperti sedia kala!"Hei, giliranku! Kamu ngaca hampir satu jam! Tidak akan ada yang berubah dengan wajahmu! Dasar narsis! Mentang-mentang punya wajah ganteng!" Cahyo menegur dengan perasaan iri."Bukan begitu Cahyo, tidakkah kau melihat ada yang aneh dengan wajahku?""Aneh? Apanya yang aneh? Apa kamu mau bilang bahwa wajahmu berubah seperti Orlando Bloom?""Bukan itu, lihatlah! Tidakkah kamu menyadari sesuatu?""Apaan? Jerawat kamu nambah lagi?""Duh, bukan! Kamu tidak sadar bahwa kemarin aku babak-belur dipukuli? Wajahku juga memar dan biru-biru gitu! Tapi lihatlah sekarang? Wajahku tidak kenapa-kenapa! Tidak ada bekas biru-biru sama sekali? Tidakkah kamu merasa itu aneh?""Aneh? Aneh apanya? Perasaan sih, gak ada yang aneh?Tunggu, tunggu ...kamu...Ya Tuhan! Kamu benar! Kamu ... Bukankah kemarin wajah kamu babak-belur? Sekarang kamu sudah pulih dan kinclong kembali? Kamu pakai apa? Jangan-jangan kamu pakai obat muka mahal pemberian si Cantik Angeline ya?""Ngawur! Tidak seperti itu! Dia gak ngasih apapun! Justru itu yang membuatku merasa aneh, padahal aku hanya pakai perban dan obat merah, sama denganmu! Lihatlah mukamu, masih banyak biru nya!""Kamu benar juga! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku? Apa kamu mendatangi Dokter Bedah Plastik tadi malam?""Kamu tambah ngawur! Dokter Plastik bapakmu! Ya sudahlah, kita berangkat sekarang! Takut keburu telat ke Kampus!""Tunggu dulu, jangan kabur! Pembahasan ini belum selesai! Lagi pula bukankah aku sudah bilang, kamu gak boleh masuk Kuliah hari ini! Nanti kamu bisa babak-belur lagi!""Justru itu, aku jadi terfikir sebuah ide cemerlang! Aku harus masuk kuliah hari ini!""Maksud kamu? ""Aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku ini! Dan aku harus cari tahu kenapa sebabnya! Aku akan mencoba bereksperimen dengan wajahku, kalau seandainya hari ini aku babak belur lagi, aku ingin tahu esok harinya, apakah wajahku bisa sembuh seperti ini lagi atau tidak!""Kamu gila ya! Ide cemerlang dari Hongkong!?Harusnya kamu bersyukur, kamu masih bisa selamat! Mulai dari sekarang belajar untuk menghindari masalah! Bukannya malah nekad mendatangi masalah!""Aku ingin menjawab rasa penasaranku saja, apa mungkin aku ada kelainan atau kelebihan yang aku sendiri tidak tahu!""Kamu yang mulai ngaco sekarang! Sebaiknya kamu gak perlu masuk Kuliah hari ini, karena aku yakin tidak akan ada kesempatan kedua! Jadi, tolong dengarkan saranku, karena aku peduli padamu!""Terima kasih atas kepedulian mu, tapi aku butuh jawaban nyata atas apa yang aku alami! Aku tunggu di bawah!" Langit mengambil tasnya, dan setengah berlari menuruni anak tangga di Asrama Kostnya."Kamu adalah anak teraneh yang pernah ku kenal! Terserah kamu! Pokoknya aku gak akan tanggung jawab kalau kamu kenapa-kenapa lagi!" teriak Cahyo dari atas.Hei, tapi apa benar Langit bisa sembuh secepat itu? Tapi kalau memang benar seperti itu, bukankah ini sebuah keajaiban? Dan bukankah ini akan menjadi sebuah berita besar!?Ah, masa bodoh! Memangnya dia siapa? Keturunan Dewa? Vampire?Mutan? Wolferin? Yang pasti aku sudah bilang padanya! Aku tidak akan tanggung jawab!"***Jam kuliah pelajaran kedua telah selesai. Semua orang langsung berhamburan keluar. Sebagian besar pergi menuju Cafetaria.Begitu pula dengan Langit, dia tidak sempat breakfast tadi pagi. Dia harus segera mengganti energi nya yang sudah drop. Mengobati perutnya yang terasa perih karena lapar. Dengan tujuan yang sama, Cafetaria. Tempat berkumpulnya sebagian besar mahasiswa di Kampusnya.Untuk kalangan mahasiswa menengah ke bawah, Cafetaria merupakan alternatif pilihan yang utama. Dikarenakan tempatnya cukup luas, mampu menampung setidaknya dua ratusan orang, kondisi tempat yang bersih dan higienis, karena sang Office Boy yang selalu rajin membersihkannya lebih dari tiga kali sehari. Di tambah suasana yang nyaman, karena masih berada di dalam Kampus. Dan yang terakhir yang tentu saja menjadi favorit utama, karena harganya yang sangat terjangkau di dompet mereka. Para mahasiswa strata bawah dan hemat, serta kaum menengah yang pura-pura kaya, yang selalu bergantung dan mengandalkan kirirman orang tua."Langit, tunggu!" sebuah suara merdu memanggilnya. Langit dan Cahyo segera menghentikan langkahnya. Lalu dengan kompak menoleh ke belakang.Sesosok tubuh ramping dengan balutan kemeja putih berenda dan rok hitam pekat sebatas lutut. Wajah Oriental yang penuh pesona khas Asia Timur nampak terpancar di parasnya yang cantik. Dengan hiasan bando putih di rambut panjangnya yang hitam pekat. Menambah nilai lebih kecantikannya. Salah satu dari anggota Angel's of Five!Tifani!"Sebaiknya kamu hindari dia!" bisik Cahyo setengah khawatir. Langit menggaruk kepalanya. Ya, seharusnya memang begitu. Dia sudah mendapat ancaman serius dari Gavin, dan kalau dia cerdas, sudah seharusnya dia menghindari gadis ini."Aku minta maaf atas kejadian kemarin, aku tidak tahu kalau Gavin mendatangimu dan...Membuatmu harus menanggung akibatnya!" ujar Fani lirih. Raut wajah cantiknya menunjukan ekspresi menyesal."Sudahlah, gak apa-apa. Lihat, aku sudah sehat, mukaku sudah sembuh, badanku juga sudah baikan, semuanya baik-baik saja, kamu gak perlu khawatir,""Benarkah? Coba kulihat! Oh iya, ahh wajahmu ... memang sudah baikan! Kata temanku, kamu..." Tiffani tanpa ragu mengelus kedua pipi Langit. Membuatnya terkejut. Cahyo tersenyum masam."Ha..hanya sedikit, dan gak parah. Sudah kupakaikan obat! Alhamdulillah, aku baik-baik saja," Langit setengah risih menepis halus lengan Tiffani."Syukurlah, aku senang kamu sudah pulih. Karena sejak kemarin aku selalu dihantui rasa bersalah atas apa yang menimpamu...""Sudahlah, aku sudah tidak apa-apa. Yang jelas, mulai sekarang, kamu jangan terlalu banyak menentang Gavin, sepanjang itu baik dan tidak merugikanmu, ikuti saja apa maunya, ok? Ya sudah, aku ke Cafetaria dulu!" Langit mengambil jalan terbaik. Menyudahi percakapan mereka."Langit, tunggu dulu...""Ada apa lagi?""Aku, aku ingin mengajakmu ke Perpustakaan tadinya, tapi sepertinya kamu sibuk...""Ya, aku sibuk hari ini, maaf ya," Langit tidak mau berlama-lama di sana. Bukan karena dia membenci Fani. Siapa yang bisa membenci gadis secantik dia? Namun ini lebih ke arah pengamanan dini. Dia tidak mau bersinggungan kembali dengan Gavin!"Good step, brother! Pertahankan terus, maka kamu akan selamat melewati kerasnya hari ini!" bisik Cahyo sambil tersenyum lega."Memangnya kita sedang berada di Medan Perang?""Anggap saja begitu!"Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sana. Cafetaria yang sudah dipenuhi banyak orang, dengan menu yang sudah tersaji, dan sistem pembayaran langsung, mereka antri seperti layaknya di Pesta Kenduri Prasmanan.Setelah membayar makanan yang sesuai dengan selera dan isi dompetnya, mereka langsung mencari tempat duduk yang masih kosong. Meja sudut!"Sebaiknya kita makan dengan cepat!" ujar Cahyo."Maksudmu? Kamu ingin segera menghindar dari tempat ini? Bukannya kamu biasa cuci mata di sini?""Itu kemarin-kemarin! Sekarang aku sudah tidak berminat lagi, setelah beberapa kali kamu selalu dipukuli di sini, hasratku untuk menikmati keindahan Dunia ciptaan Tuhan sudah hilang!""Bukan kamu yang di pukuli, kenapa malah kamu yang khawatir?""Ya, aku kasihan saja melihatmu, sebagai teman, aku tidak tega melihatnya, dan kadang-kadang aku juga biasanya suka ikut kena imbasnya! Seperti kemarin!""Maaf, gara-gara aku, kamu jadi sering kena masalah! Untuk kebaikanmu, mungkin sebaiknya mulai sekarang kamu harus menjaga jarak denganku!""Gak perlu seperti itu, kita adalah saudara satu atap, senasib seperjuangan. Kita sama - sama perantau, satu kamar kost, dan kamu adalah sahabatku! Gak mungkin aku ninggalin kamu!""So sweet, terima kasih. Tapi jangan menyesal kalau kamu nantinya ikut kena masalah lagi!""Hehe, kali ini aku memilih diam, bukankah sudah kubilang kamu tidak perlu masuk kampus hari ini? Jadi apapun yang terjadi denganmu sekarang, aku tidak akan ikut campur!""Ok, itu tidak masalah! Aku bisa mengatasinya!" Langit menyuap makanan ke mulutnya. Cafe makin terlihat ramai."Hei, kamu yang bernama Langit?" seseorang tiba-tiba menepuk bahunya di belakang. Langit terkejut. Begitu pula dengan Cahyo.Sang Masalah kembali datang!"Iya, itu aku," Langit melirik ke belakang. Seorang pemuda seusianya. Berambut panjang sebahu, bertampang keras dan tidak bersahabat. Mengenakan jaket kulit hitam bergambar pedang dan tengkorak! Seperti layaknya seorang gangster!"Ikut aku, sekarang juga!""Maaf, ikut kemana? Kamu siapa?""Demi kesehatanmu, sebaiknya turuti saja perintahku! ""Bisa aku habiskan makananku dulu?""Aku tidak bisa sabar menunggu, cepatlah! Apa aku harus menghajarmu di sini?""Ba...Baiklah..." Langit berdiri. Lalu dengan enggan mengikuti pemuda itu dari belakang. Diikuti beberapa puluh pasang mata yang melihat dengan penuh tanda tanya dan rasa penasaran.Langit dibawa ke parkiran kampus disamping Utara Cafetaria, disana sudah menunggu beberapa pemuda dengan jaket yang sama. Dengan motor-motor besar yang tampak berjajar di sisinya."Halo! Namaku Andre! Aku adalah Ketua dari Black Samurai! Gang paling besar di kampus, dan juga di Kota ini! Kamu tahu kenapa anak buahku sampai membawamu kemari?" seorang pemuda dengan rambut mohawk dan kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Sebuah Jaket kulit hitam yang dipenuhi duri, menambah seram dan garang penampilannya. Langit meneguk ludahnya."I..itu, apa aku berbuat salah?" tebak Langit. Agak takut. Dia sudah berasumsi bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk menimpanya saat ini."Baguslah kalau kamu sudah tahu, oke guys.... Let's Go to the Party!" komando Andre sang Pimpinan Black Samurai. Sekejap kemudian, sekitar lima pemuda berjaket kulit hitam tersebut langsung bergerak kedepan, mengepung Langit, dan langsung menghajarnya tanpa ampun!Beberapa saat kemudian, Langit langsung terkapar di aspal parkiran. Wajahnya biru lebam, berdarah-darah. Badannya terasa sakit disana-sini. Bahkan beberapa tulang rusuknya patah!"Aku orangnya santai, tidak mau mencari masalah dan selalu berpikir logis! Tapi, jangan usik apa yang jadi kesenanganku! Kamu tahu apa kesalahanmu?""A...apa.." Langit bertanya. Berusaha untuk duduk, sambil memegang rusuknya yang terasa sakit."Dengar! Jangan gunakan tampang sialanmu untuk menggoda para gadis! Jauhi Angeline, atau kamu tidak akan ada lagi di dunia ini! Mengerti!?" Andre mencengkram wajah Langit yang biru lebam dan berdarah-darah."Me..mengerti...""Bagus, aku senang mendengarnya. Berarti kita sepakat! Kamu jauhi Angeline, dan kamu akan selamat! Anggap saja ini sebagai pelajaran kecil dariku!" Andre dan anak buahnya beranjak dari sana. Suara motor besar terdengar bising meninggalkan area parkir. Menyisakan Langit yang duduk termanggu di aspal parkiran. Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Namun, seulas senyum simpul tersungging di bibirnya yang berdarah. Senyuman Langit yang misterius. Yang hanya bisa di mengerti olehnya.***"Sudah kubilang, jangan masuk kampus hari ini! Kenapa kamu bebal sekali? Lihatlah, lukamu parah sekali hari ini!" "Sudahlah, uhk...Nanti juga sembuh sendiri..." "Kamu percaya diri sekali! Gak akan ada luka yang sembuh tanpa di obati! Lhatlah, sepertinya tulang rusukmu ada yang kena, ini memar sekali Langit! Aku khawatir retak di dalamnya! Ini bahaya! Apa mereka memakai alat untuk menghajarmu?" "Sepertinya iya, ada beberapa menggunakan Keling, tongkat kasti dan sepatu Lars panjang. Ya sudahlah, aku yakin aku akan sembuh besok pagi," "Kita ke Rumah Sakit sekarang! Jangan mengambil resiko dengan eksperimen mu yang konyol itu, memangnya kamu Vampire yang mempunyai regenerasi penyembuhan sel lebih cepat dari manusia biasa? Kita berada di dunia nyata, Langit! Ini bukan film Super Hero ataupun dunia Mutan dan cerita para Dewa! Sadarlah!" "Aku hanya penasaran saja, dan kalau besok aku masih belum sembuh, baru kita ke rumah sakit," "Itu sudah terlambat namanya! Kamu mau lukamu infeksi d
"Aku minta maaf, gara-gara aku, Dave jadi membuat masalah denganmu!" ujar Vania, di balik kemudinya. Wajahnya yang blasteran Indo-Spanyol nampak sangat manis dan menggoda. Dengan mata coklat , serta hidung mancung yang lancip dan bibir merah yang tipis, membuat dirinya memiliki pesona tersendiri. Dia adalah satu dari Angel of Five! "Sudahhlah, gak masalah, lagi pula aku sudah gak kenapa-kenapa," jawab Langit canggung. Cahyo hanya diam sambil pasang muka masam di kursi belakang. Dia tidak mengerti dengan Langit, kenapa masih mau berhubungan dengan gadis-gadia bermasalah dan memiliki beberapa Herder galak di belakangnya! Walau tidak dipungkiri, mereka adalah gadis-gadis sosialita level atas, dengan kecantikan selangit yang menyandang gelar Angel of Five! Tapi tetap saja resikonya besar, dan hampir tidak sebanding! Yang lebih mengherankan, kenapa gadis-gadis ini mau terus-menerus mendekati Langit, padahal pada kenyataannya mereka sudah memiliki pasangan masing-masing! Pasti ada ses
Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan! Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" P
Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Mobil Truk itu melaju dengan kencang, seolah mengejar waktu. Langit dan dua kawannya menumpang di bak belakang Truk, bersatu dengan barang-barang properti kemping. Sekitar lima belas menit yang lalu, Langit menemukan seekor Kucing putih dengan corak warna hiasan hitam di kepala dan perutnya. Kondisinya cukup mengenaskan. Mahluk mungil itu itu entah kenapa bisa terjepit diantara tumpukan terpal besar. Beruntunglah Langit segera menemukannya, dan berhasil menyelamatkan Kucing Putih tersebut. Walaupun kaki belakang sebelah kanannya pincang, terluka dan mengeluarkan darah. Terjepit diantara besi dan terpal besar. Langit memberikan pertolongan pertama seadanya, membalut kaki kucing tersebut dengan perban. Sempat di cakar beberapa kali oleh sang kucing, dengan geraman khasnya karena dianggapnya Langit hendak bermaksud jahat. Namun akhirnya bisa tenang dan duduk diam, bahkan tertidur di pangkuan Langit! Sempat berdebat dengan Hardi, dan temannya yang lain, supaya membuang kucing tersebut
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi