Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan!
Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" Pak Jarwis berteriak. Langit segera menghentikan langkahnya. Menoleh dengan perasaan takut dan khawatir. "Kemari cepat! Aku ada tugas buat kamu! Kamu Mahasiswa ku kan?" "Eh iya betul pa, maaf, tugas apa ya pak?" "Bersihkan ruangan ku! Sekarang juga! Pokoknya bekas kotoran kucing itu harus bersih tidak bersisa! Faham!?" "Ta..tapi pa, saya harus membersihkan ruangan Miss Irene dulu!" "Ruangan ku dulu! Atau kamu mau aku kasih nila E?" "Oh, baik pa! Siap, segera saya laksanakan!" Langit memberi hormat. Untuk urusan nilai, dia memang harus siap dengan konsekwensi berdarah-darah. Seperti sekarang ini, harus siap untuk di perbudak. Rela untuk di suruh-suruh. Ini semua gara-gara kucing itu, aku jadi ketiban masalah! Awas kucing, aku akan cari kamu! *** Sungguh hari yang melelahkan! Langit merasa tenaganya habis terkuras. Satu hari ini dia lewati dengan membersihkan dua ruangan Dosen, ditambah dengan membereskan beberapa properti dan peralatan kamping besar, yang jumlahnya lebih dari sepuluh unit! Dia merasakan penat sekujur tubuhnya. Beruntunglah para tukang itu orang-orang baik dan beradab. Mereka yang merasa terbantu dan simpati dengan Langit, memperlakukannya seperti kawannya sendiri. Langit diberi jatah ransum nasi bungkus. Dan sebuah rangkulan persahabatan. Dan dia merasa sangat senang. Walau dengan lauk seadanya. Makan setelah lelah bekerja, dan makan bersama dengan mereka yang menganggapnya manusia setara, terasa sangat nikmat dan mengenyangkan. Terkadang, orang-orang kecil lebih memiliki rasa empati dan kesetia kawanan yang tinggi. Mereka lebih peka dengan sesamanya. Bisa merasakan setiap penderitaan dan kesusahan orang lain. Selalu sigap dan siap dalam membantu orang lain, walaupun kondisi mereka sendiri sangat terbatas. Langit membaringkan tubuhnya di lapangan rumput luas, di bawah pohon besar yang rindang. Di salah satu Taman Kampus. Berusaha memulihkan staminanya yang barusan ngedrop. Memejamkan matanya, berharap bisa beristirahat walau sejenak. Sambil menikmati udara sore yang segar, sejuk dan menenangkan. "Langit, bangunlah! Kamu di sini rupanya!" seseorang mengejutkannya. Langit membuka matanya, dan terpana sesaat dengan sosok pengganggu yang ada di depannya, yang mengganggu acara tidur siangnya.Sosok seorang Bidadari! "Hmm, ini sudah lewat siang hari, tidur menjelang sore itu tidak baik buat kesehatan!" ujar suara merdu tersebut. Langit langsung memperbaiki posisinya, dia terbangun sambil mengucek matanya. Sosok itu masih ada di depannya. Langit segera mengenalinya sebagai seorang bidadari tercantik di kampusnya! Seorang gadis dengan paras cantik jelita! Bahkan kalau mau jujur, dialah yang bisa memenuhi kriteria sebagai seorang bidadari itu sendiri! Dewi! The Leader dari Angel of Five! "Aku harus bicara denganmu!" "Eh... ada angin apa yang membawamu kemari?" "Angin dari Gunung, yang turun menuju lembah, dan sampai di hati kamu!" kelakar Dewi terdengar merdu. Membuat Langit terlena sekejap. "Ma.. Maksudmu..? * "Langit, aku menginginkanmu hari ini untuk menjadi pasanganku! Minimal sampai tiga hari ke depan! Apakah kamu bersedia?" Dewi tersenyum manis. Agak tersipu. Langit terperangah. Ada apa lagi ini? Sesosok Bidadari tiba-tiba datang, dan menyatakan ingin menjadi pasanganku? Apakah ini mimpi? Dan kenapa harus bersamaan dengan yang tadi? Setelah Vania, lalu sekarang Dewi? Ada apa dengan mereka sebenarnya? "Eh, ma..maksudnya apa? Memangnya kita ada pesta dansa? Jujur saja, aku tidak bisa dansa, dan itu akan memalukan kalau.." "Kamu mau kan jadi pasanganku? Pasangan cintaku? Please!" Dewi menegaskan. Mata sayu nya menatap lembut. Menghujam tepat di hati Langit! "Pa,..pasangan cinta? Maksud kamu...Aku...Aku tidak mengerti..." "Aku yakin kamu tidak sebodoh itu! Aku, kamu...kita jadian!" "Aapaa!? Jadian!?!" "Ya, Jadian! Tidak lama kok. Hanya tiga hari, kalau kita cocok...boleh lanjut!" Dewi tersenyum manis. Langit kali ini terbatuk dengan keras. Ada apa sebenarnya dengan mereka?Apa mereka tertarik denganku, atau malah sedang berusaha mempermainkan aku? Lagi pula apa maksudnya ini, pacaran dibatasi hanya tiga hari? "Aku..Aku tidak bisa! Maaf, aku bukan tipe kamu! Dan kamu, pasti akan kecewa kalau jalan dengan aku! Maaf, sekali lagi maaf!" "Apa kamu menolakku?" "Eh, itu...bukan begitu maksudnya, maksudnya, aku..." "Terus maksudnya apa?" Dewi mendekatkan wajah cantiknya. Membuat Langit tergagap. Wajah mereka saling berhadapan kurang dari sepuluh centimeter. Langit bisa merasakan harum wangi farfum mahal yang eksklusif dan menenangkan dari tubuh Dewi. Membuat fikirannya melayang kemana-mana. "Apa kamu tidak salah? Apa yang kamu harapkan dari aku? Tidak ada kan? Aku mahasiswa miskin, tidak punya apa-apa! Masa depanku belum jelas, jadi harap kamu fikirkan baik-baik pernyataanmu barusan!" "Kamu terlalu berlebihan, ini hanya sebuah perasaan, aku suka sama kamu! Aku belum pernah memikirkan sampai ke arah yang lebih jauh, masih terlalu dini untuk bicara masa depan! Tapi itu bisa saja terjadi, kalau kita coba menjalaninya!" "Hanya sebuah perasaan? Aku tidak mengerti!" "Cinta memang tidak butuh dimengerti, Langit!" "Cinta?" "Ya, cinta! Aku mungkin suka, atau cinta sama kamu, aku tidak tahu! Yang aku tahu, aku suka melihatmu, aku ingin menjalaninya denganmu, dan aku ingin kamu jadi pacar aku! Apa aku salah?" Dewi menembak langsung. Langit tersedak Terbatuk beberapa kali. Gadis cantik ini terlalu terus terang! Ada apa sebenarnya dengan gadis-gadis zaman sekarang? Kenapa mereka bisa dengan mudah mengungkapkan isi hatinya dengan spontan tanpa rasa malu dan canggung sedikitpun? Apa dunia sudah terbalik? "Yang aku tahu, kamu adalah pacar Diego. Dan aku tidak mau merusak hubungan kalian! Dia lebih segalanya dari pada aku! Jadi tolong fikirkan baik-baik, aku tidak layak bersanding denganmu!" ujar Langit menirukan lirik sebuah lagu, lalu segera bangkit berdiri. Dia merasa ada yang aneh dan berbau konyol di sini. Mereka, para gadis seperti menganggap hal ini adalah sebuah permainan belaka. Cinta? Menjadi pasangan? Seolah itu adalah mainan anak esde yang bisa di bongkar pasang dengan seenaknya! Mereka tidak tahu, bahwa dengan kelakuan mereka yang seperti ini, dia yang harus menanggung setiap konsekwensi dan akibat nya! Dia kerap menjadi korban bully-an dan kemarahan para pemuda yang menjadi pasangan atau fans mereka! "Kenapa harus memikirkan orang lain? Kata siapa aku memiliki hubungan dengan Diego? Kenapa orang selalu menyalah artikan kedekatanku dengan dia? Diego adalah sepupuku, tidak mungkin aku pacaran dengan dia!" "Sepupu? Kalian sepupu?" "Ya, sepupu! Kamu tidak percaya?" Dewi menatapnya dengan sayu. Hati Langit hampir luluh dibuatnya. "Aku..Aku tidak tahu!" "Yang menjalani hidup adalah aku, kenapa kamu harus fikirkan orang lain? Kalau aku senangnya jalan sama kamu, apa aku harus memperhatikan orang lain yang justru membuatku tidak nyaman? Ayolah Langit, kita sudah dewasa! Kita yang menentukan jalan kita sendiri, apa yang kita senangi, apa yang membuat kita nyaman! Dan kamu, adalah orang yang kuharapkan bisa membuatku seperti itu!" "Kamu belum tahu siapa aku, kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Kita tidaklah sedekat itu...Percayalah, kamu pasti akan kecewa ke depannya!" "Kenapa harus memikirkan hal yang belum terjadi? Jalani saja, mungkin kita akan menemukan kecocokan disana, aku yakin itu!" Dewi bersikeras. Langit menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mengerti dengan sosok cantik di depannya. Aku tidak faham dengan pemikiran kalian para gadis! Apa yang kalian lihat dari aku sebenarnya? Pikir langit. "Bagaimana? Mau kan jadi pacar aku?" "Hmm, aku..." "Mau kan, Langit?" Dewi memegang tangannya. Langit merasa gugup tidak karuan. Dia bingung harus menjawab apa. "Aku...Apa yang kamu inginkan dari aku sebenarnya? Apa yang kamu lihat dari aku?" "Haruskan kujawab? Kamu tampan! Tidak ada gadis yang tidak suka berada di dekatmu! Kamu juga baik, Itu sudah cukup!" "Sesederhana itu?" "Itu tidak sederhana, Langit! Itu namanya modal dasar! Dan modal dasarmu lebih dari cukup!" Dewi meliriknya manja. Tersipu. Pertahanan Langit hampir runtuh seketika. "Tapi, aku miskin!" "Itu bisa di atur! Kamu tinggal bekerja keras dari sekarang! Tentukan visi hidupmu dengan tepat, terarah dan jelas tujuannya, lalu berjuang dengan sekuat tenaga! Kamu mungkin bisa kaya!" Dewi memberi saran. Langit terdiam. Ada benarnya juga ucapannya barusan. Tentukan Visi! "Jadi bagaimana, Langitku sayang? Mau kan jadi pacarku?" Dewi mengeluarkan jurus maut andalannya. Menembak tepat di jantung Langit. Pertahanannya goyah. "Baiklah! Tapi, hanya tiga hari kan?" "Ya, hanya tiga hari! Sesudah itu, kita akan pikirkan lagi ke depannya! Jadi kita resmi pacaran kan?" tanya Dewi. Meminta kepastian. Langit mengangguk. "Yeee...oke, terima kasih Langit! Ini, terimalah hadiah dariku!" tanpa di duga, Dewi mengecup pipi Langit! Bibir merahnya terasa lembut dan hangat sampai ke hati! Langit terkejut! Jiwanya dibuat melayang seketika! Jantungnya berdebar keras. Wajahnya nampak memerah. "Baiklah Langit, mulai besok, kamu adalah pacarku! Tolong temani aku di Camp Gathering besok, jaga aku kemanapun aku pergi!" Dewi tersenyum manis. Kembali membius hatinya. Membuat jantungnya hampir jatuh dari tempatnya. Sepeninggalnya, Langit hanya bisa termenung. Dia merasakan sesuatu yang lain. Inikah Cinta? Sekuat itukah tembakan cinta Dewi di hatinya? Senyumnya mengembang. Hatinya berbunga-bunga, sambil tetap tidak percaya, dengan yang terjadi barusan. Dewi sang Bidadari ini menjadi pacarnya, dan mencium pipinya! "Kamu sudah memulai masalah baru lagi, Langit! Kamu memang benar-benar penyuka olah raga yang selalu memicu Adrenalin! Aku sepertinya menyerah menjadi temanmu!" ***Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Mobil Truk itu melaju dengan kencang, seolah mengejar waktu. Langit dan dua kawannya menumpang di bak belakang Truk, bersatu dengan barang-barang properti kemping. Sekitar lima belas menit yang lalu, Langit menemukan seekor Kucing putih dengan corak warna hiasan hitam di kepala dan perutnya. Kondisinya cukup mengenaskan. Mahluk mungil itu itu entah kenapa bisa terjepit diantara tumpukan terpal besar. Beruntunglah Langit segera menemukannya, dan berhasil menyelamatkan Kucing Putih tersebut. Walaupun kaki belakang sebelah kanannya pincang, terluka dan mengeluarkan darah. Terjepit diantara besi dan terpal besar. Langit memberikan pertolongan pertama seadanya, membalut kaki kucing tersebut dengan perban. Sempat di cakar beberapa kali oleh sang kucing, dengan geraman khasnya karena dianggapnya Langit hendak bermaksud jahat. Namun akhirnya bisa tenang dan duduk diam, bahkan tertidur di pangkuan Langit! Sempat berdebat dengan Hardi, dan temannya yang lain, supaya membuang kucing tersebut
Langit dan Hardi segera berlari ke arah sungai, menuruni undakan-undakan bukit kecil, menyusuri jalan setapak tanah merah. Keduanya berusaha sampai di tepi sungai dengan segara. Mengejar asal sumber suara barusan. Tiba-tiba Hardi mendadak sontak menghentikan langkahnya. Membuat Langit hampir menabraknya dari belakang. "Kenapa? Ada apa berhenti?" tanya Langit. Napasnya nampak naik-turun. "Aku tanya, kamu bisa ngobatin orang kesurupan?" Hardi balik bertanya. Langit meggeleng kuat. "Tidak bisa, kamu?" "Sama! Kalau begitu, ngapain kita ke sini? Memang kita bisa menolongnya? Salah-salah malah kita yang ikut kesurupan!" ujar Hardi khawatir. "Ah, tidak mungkin. Kita sudah tanggung kemari! Kita lanjutkan saja, siapa tahu di sana sudah ada banyak orang, dan mungkin kita bisa bantu apalah gitu! Ayo lanjut!" "Tapi ini beresiko, sebaliknya kita kembali saja!" Hardi mendadak segan. Nyalinya seolah hilang, berceceran di belakang. "Ya, sudah! Kalau begitu, aku yang akan kesana sendiri, k
Rombongan peserta Camp Gathering tiba pada sore hari. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih 4 sampai 5 jam, dikarenakan situasi jalanan yang macet. Rombongan ini agak terlambat sampai di Lokasi Tanah Perkemahan Gunung Mulia. Para Ketua Regu dari tiap rombongan langsung memberikan instruksi dan arahan kepada para peserta untuk segera merapat ke Lapangan Utama, setelah sebelumnya membereskan barang-barang bawaan mereka ke tenda masing-masing yang telah di sediakan oleh para Panitia. Tepatnya tenda yang telah di bangun oleh Langit, para Tukang dan Porter, beberapa jam sebelumnya. Camp Gathering ini adalah acara tahunan yang hampir selalu diadakan oleh Kampus. Khususnya untuk tiga Fakultas. Fakultas Ekonomi, Hukum dan Sastra, dari mulai jenjang tingkat satu, mahasiswa baru sampai tingkat tiga. Dan Langit termasuk di dalamnya. Dia sudah berada di tingkat tiga. Langit sudah berpesan kepada Pak Gunadi sebagai pimpinan para Porter, agar merahasiakan kejadian di sungai tadi siang. Dan me
"Langit! Kamu baik-baik saja!?" seseorang memanggilnya. Saat itu Langit baru saja hendak ke Sungai untuk mandi pagi. Dia lebih memilih untuk mandi di sungai dari pada mengantri di WC umum. Untuk menghindari pertemuan dengan orang-orang yang di kenalnya, yang kemungkinan bisa membawa masalah ke depannya. "Dewi? Ya, beginilah. Memangnya kenapa?" jawab Langit datar. Dia tidak begitu terkejut dengan kehadirannya. Perasaannya datar-datar saja. Langit masih mengingat dua hari yang lalu, ketika Diego, yang ternyata adalah tunangannya Dewi, menyuruh para Pengawalnya untuk menghabisinya di Bronze Shine Cafe. Mengingat hal itu, membuat Langit kembali merasakan sedikit trauma dalam hatinya. Dia masih bisa merasakan bagaimana sakitnya puluhan tinju dan tendangan mereka mendarat di wajah dan seluruh tubuhnya! "Syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa! Aku...Aku mau minta maaf!" Dewi berjalan menghampirinya, sambil menundukan wajah cantiknya, menunjukan rasa bersalah. "Ya sudah, tidak apa-apa. Yang
"Aku tidak punya niatan seperti itu, pakailah ini!" Langit dengan cepat melwpas baju panjangnya dan melemparkannya ke arah sang gadis. "Ka..Kamu..." Mata gadis itu terbelalak, bukan karena dia kaget diberi pakaian oleh Langit, melainkan dia terpesona dengan postur tubuh Langit yang bidang, kekar dan berotot. "Pakailah cepat! Dan kamu Prajurit...Cepat alihkan pandanganmu darinya, atau kamu tidak akan bisa melihat lagi untuk selamanya! " Langit mengancam sang Letnan ynag sejak tadi asik memperhatikan sang gadis. "Si..Siap Tuan...!" sang Letnan langaing mwnutup mulutnya denvan kedua tangannya. Namun sesekali merenggangkan jarinya diantara matanya. "Sepertinya aku harus mengambil kedua matamu..." "Siap. Maaf...Tuan!" sang Letnan secara spontan berbalik. Takut dengan ancaman Langit. "Pakailah cepat, sebelum para Prajurit ini bangun!" perintah Langit pada sang Gadis. Mau tidak mau dia mengambil baju Langit yang tergeletak di tanah, lalu mengambilnya perlahan. "Aku tidak akan
Di antara kebingungannya, Langjt segera menghindar dari serangan cepat sang gadis. Beberapa kali tebasannya hamoir saja melukai titik-titik vital di tubuh Langit. Ternyata Gadis ini sangat mahir menggunakan pedang. Gerakannya yang gemulai namun cepat mau tidak mau membuat Langit berfikir, bagaimana bisa gadis sehebat ini tertangkap oleh Prajurit biasa macam mereka. "Kenapa selalu menghindar? Bukankah tadi kamu bisa menumbangkan mereka dengan mudah?" tanta gadis itu di sela serangannya."Apa kamu tidak tega menyerang wainta? Dasar bodoh! Aku tidak akan bersimpati karena kamu sudah menolongku! Karena sejatitnya, kamu adalah musuh terbesarku!" ujar sang gadis sambil menaikan tensi serangannya. Membuat Langit sedikt kerepotan."Tuan, jangan ragu untuk membunuhnya! Dia bukankah wanita biasa! Dia adalah Iblis yang telah membantai satu Desa! Jangan kasih ampun!" teriak sang Letnan dari kejauhan. "Oh, benarkah itu? Apa kamu memang seperti itu?" tanya Langit sambil terus menghindari hujan s
"Apa-apaan ini? Apa mereka sedang syuting Film Kolosal?" fikir Langit sambil terkejut. Sekitar seratus meter di depannya, Langit melihat puluhan orang tengah menyeret seorang wanita muda dengan menggunakan Kereta yang ditarik oleh dua ekor Kuda. Beberapa orang bertampang garang, dengan out fit lengkap seperti layaknya Pasukan Berkuda Kerajaan abad Pertengahan, lengkap dengan senjatanya, nampak ikut berteriak sambil tertawa penuh kesenangan. Seolah-olah mereka sedang melakukan permainan yang mengasyikan. Menyeret tubuh orang dengan Kuda! Langit masih mengamatinya dengan seksama. Jika ini sebuah frame dalam adegan Film, maka mereka semua jelas melakukannya dengan sangat baik dan profesional. Dia juga sama sekali tidak akan ikut campur. Tapi jika apa yang sedang mereka lakukan adalah asli alias bukan adegan film maka bisa di pastikan mereka adalah Pasukan Bar-bar yang sadis dan keji, karena telah melakukan tindakan yang sewenang-wenang dengan mempermainkan nyawa seorang manusia! L
Tiga bulan semenjak 'meninggalnya' Kadet Langit, di Akademi terjadi beberapa perubahan Kebijakan yang cukup Signifikan. Beberapa Aturan yang dulu sempat di hapus, kini diangkat dan dijadikan sebuah Kebijakan kembali. Salah satunya adalah mewajibkan semua kadet itu mendaftar menjadi seorang Ksatria Hollyman! Sementara Ketua Perwakilan Ras Manusia secara Aklamasi digantikan oleh Hazel, yang mendampingi Casandra Cyrus, sang Putri Pengendali Es. Adalah Lord Macros Gigantika yang berperan di belakang layar untuk membasmi Angels of Eye, berjuang selama hampir dua bulan ini mencari dimana letak keberadaan dan Markas Angels of Eye alias Mata Malaikat. Puluhan orang yang terindikasi langsung di tangkap dan di adili. Simpatisan yang berusaha membela mereka ikut terseret dan dihukum dengan berat. Beberapa pertempuran pecah di berbagai tempat. Namun di karenakan Hollyman dalam kondisi siap tempur, banyak Anggota Angels of Eye yang menjadi korban. Mereka dihancurkan tanpa belas kasih. Bahka
"Itu adakah Pusaka yang berasal dari Dimensi kami. Hanya beberapa Necromenger Murni yang bisa memilikinya. Dan mereka adalah para Necromenger terpilih. Karena Pusaka Batu Bintang merupakan simbol dari Keagungan, Kehebatan, Kekuatan, dan juga Kekuasaan Bangsa kami!""Necromenger, apa kalian adalah salah satu Ras yang ada di Dunia ini, ataukah....""Apa kamu fikir kami adalah bagian dari kalian? Para Manusia, Goblin, Elf dan Troll? Tentu saja bukan! Ya, asal kamu tahu, aku bukanlah bagian dari dimensi kalian. Aku datang jauh dari Dimensi lain di Planet terjauh, yang mengembara dan terdampar di sini. Kami adalah Bangsa yang memiliki Peradaban dan Teknologi lebih hebat dari kalian. Namun, seperti di Dunia kalian, kami memiliki Konflik besar hingga akhirnya harus pergi mennggalkan Tanah Kelahiran kami sendiri. Asal kamu tahu, tidak semua Bangsa Necromenger itu jahat. Kami juga memiliki apa yang kalian sebuat akal, hati, nurani, moral dan aturan yang selalu kami junjung tinggi. Namun kadang
Skip : Tiga Bulan Kemudian.Langit menatap Cakrawala di atas sana dengan perasaan senang sekaligus sedih. Barisan Awan yang nampak berarak, berjalan dengan lambat, dihiasi dengan semburat lidah Mentari yang mengintip malu, menghadirkan Siluet gradasi spektrum warna yang Indah. Pagi ini dia diizinkan keluar dari sebuah Gua besar di antara Teluk Karang besar yang memghadap Langsung ke Samudera Lepas.Dia tidak pernah keluar dari Gua itu sebelumnya, bahkan untuk mendekati mulut Gua saja dia dilarang keras melakukannya. Dia hanya diizinkan berada di Pelataran Gua besar beralaskan pasir putih dan beberapa karang, yang sesekali dimasuki oleh Abrasi Air Laut. Langit sejak awal menyadari dia berada di Gua di pinggir Laut, ketika dia merasakan bau garam yang cukup santar. Dia juga selalu melihat air masuk ke tempatnya berada, serta seringnya suara ombak yang keras menghantam karang. Akhirnya, setelah tiga bulan berlalu, Langkt bisa menikmati udara kebebasan yang ssbenarnya. Bau garam dan he
Beberapa hari sebelumnya, Langit merasakan suasana dan aura berbeda malam ini. Selain hawa dingin yang terasa mencucuk tulang sum-sum, dia merasakan keheningan yang sangat tidak biasa. Ketika di malam-malam kemarin Langit masih bisa mendengar suara binatang-binatang malam yang saling bersahutan satu sama lain, kini dia merasakan hal yang berbeda. Suara-suara koor nyanyian binatang itu tidak terdengar malam ini. Seolah mereka ikut tertidur lelap di pangkuan malam yang menurutnya lebih dingin dibandingkan malam sebelumnya.Dia baru menyadari bahwa tempatnya di sekap, terdiri atas puluhan ruang gelap yang semuanya di peruntukan sebagai sel. Dari keseluruhan sel itu, Langit sudah mengira bahwa dia tidak sendirian berada di sini. Dengan sedikit Kuasa yang dia miliki. Langit bisa merasakan ada beberapa orang disana yang memiliki nasib tidak jauh berbeda dengan dirinya. Namun Langit tidak bisa menebak dan mendeteksi dengan jelas sampai sejauh mana, karena dia merasa Kuasa Kekuatannya sa
Beberapa hari kemudian, Andromeda sang Mentor mengumumkan bahwa salah satu Ketua Perwakilan Kadet telah meninggal Dunia, saat menjalani masa hukumannya.Dan Prosesi pemakaman sengaja sudah dilakukan satu hari sebelumnya. Semua itu dilakukan karena untuk menghindari gejolak dan opini negatif bahwa kadet baru tersebut telah meninggal dengan cara yang mengenaskan.Ya, Langit, salah satu Kadet berbakat telah pergi untuk selamanya. Sebagian besar para Kadet sontak merasa terkejjut dengan berita duka cita dan sangat mendadak tersebut. Sebagian dari mereka merasa tidak percaya mendengarnya dan memganggapnya Hoax. Karena mereka telah rahu siapa Langit. Bagiamana Kehebatan dan Sepak Terjangnya. Sebagian lagi ada yang merasa acuh tak acuh bahkan senang dengan kepergiannya. Sebagaian lagi yang memang tidak mengenal sosok Langit, mereka menanggapinya secara datar dan tidak merasa terbebani sama sekali. "Tuan Langit, aku tidak menyangka sama sekali ... Hiks...Hiks...!" Zulaikha tidak kuasa mena
Andromeda memeriksa dengan teliti isi Penjara bercahaya suram tersebut. Ruang batu berukuran lima kali lima meter. Bak seorang Detektif, dia menyusuri setiap sudut dari ruang batu tersebut, lalu kembali sudut tengah, dimana bekas genangan darah dan seepihan daging serta tulang ynag nampak tercerai berai dan saling berceceran, mengeluarkan bau amis kemana-mana. Dia tidak menduga sama sekali, bahwa Kadet baru itu tiba-tiba saja mati dengan tubuh hancur dan luluh lantak tidak berbentuk, tanpa alasan yang jelas sama sekali. Dan yang paling penting, kenapa dia harus meninggal secara mengenaskan seperti itu? Apakah dia punya musuh di sini? Siapa manusianya yang telah tega melakukan hal tidak beradab dan mengerikan semacam itu? Bukankah kesalahan kadet ini tidaklah fatal? Kesalahan? Ya, Kadet ini memang telah melakukan sebuah kesalahan karena berani menginterupsi seorang paling berpengaruh di Akademi. Namun apakah hukuman ini setimpal untuk dosa yang sudah dia perbuat? Untuk sekedar di hu