Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan!
Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" Pak Jarwis berteriak. Langit segera menghentikan langkahnya. Menoleh dengan perasaan takut dan khawatir. "Kemari cepat! Aku ada tugas buat kamu! Kamu Mahasiswa ku kan?" "Eh iya betul pa, maaf, tugas apa ya pak?" "Bersihkan ruangan ku! Sekarang juga! Pokoknya bekas kotoran kucing itu harus bersih tidak bersisa! Faham!?" "Ta..tapi pa, saya harus membersihkan ruangan Miss Irene dulu!" "Ruangan ku dulu! Atau kamu mau aku kasih nila E?" "Oh, baik pa! Siap, segera saya laksanakan!" Langit memberi hormat. Untuk urusan nilai, dia memang harus siap dengan konsekwensi berdarah-darah. Seperti sekarang ini, harus siap untuk di perbudak. Rela untuk di suruh-suruh. Ini semua gara-gara kucing itu, aku jadi ketiban masalah! Awas kucing, aku akan cari kamu! *** Sungguh hari yang melelahkan! Langit merasa tenaganya habis terkuras. Satu hari ini dia lewati dengan membersihkan dua ruangan Dosen, ditambah dengan membereskan beberapa properti dan peralatan kamping besar, yang jumlahnya lebih dari sepuluh unit! Dia merasakan penat sekujur tubuhnya. Beruntunglah para tukang itu orang-orang baik dan beradab. Mereka yang merasa terbantu dan simpati dengan Langit, memperlakukannya seperti kawannya sendiri. Langit diberi jatah ransum nasi bungkus. Dan sebuah rangkulan persahabatan. Dan dia merasa sangat senang. Walau dengan lauk seadanya. Makan setelah lelah bekerja, dan makan bersama dengan mereka yang menganggapnya manusia setara, terasa sangat nikmat dan mengenyangkan. Terkadang, orang-orang kecil lebih memiliki rasa empati dan kesetia kawanan yang tinggi. Mereka lebih peka dengan sesamanya. Bisa merasakan setiap penderitaan dan kesusahan orang lain. Selalu sigap dan siap dalam membantu orang lain, walaupun kondisi mereka sendiri sangat terbatas. Langit membaringkan tubuhnya di lapangan rumput luas, di bawah pohon besar yang rindang. Di salah satu Taman Kampus. Berusaha memulihkan staminanya yang barusan ngedrop. Memejamkan matanya, berharap bisa beristirahat walau sejenak. Sambil menikmati udara sore yang segar, sejuk dan menenangkan. "Langit, bangunlah! Kamu di sini rupanya!" seseorang mengejutkannya. Langit membuka matanya, dan terpana sesaat dengan sosok pengganggu yang ada di depannya, yang mengganggu acara tidur siangnya.Sosok seorang Bidadari! "Hmm, ini sudah lewat siang hari, tidur menjelang sore itu tidak baik buat kesehatan!" ujar suara merdu tersebut. Langit langsung memperbaiki posisinya, dia terbangun sambil mengucek matanya. Sosok itu masih ada di depannya. Langit segera mengenalinya sebagai seorang bidadari tercantik di kampusnya! Seorang gadis dengan paras cantik jelita! Bahkan kalau mau jujur, dialah yang bisa memenuhi kriteria sebagai seorang bidadari itu sendiri! Dewi! The Leader dari Angel of Five! "Aku harus bicara denganmu!" "Eh... ada angin apa yang membawamu kemari?" "Angin dari Gunung, yang turun menuju lembah, dan sampai di hati kamu!" kelakar Dewi terdengar merdu. Membuat Langit terlena sekejap. "Ma.. Maksudmu..? * "Langit, aku menginginkanmu hari ini untuk menjadi pasanganku! Minimal sampai tiga hari ke depan! Apakah kamu bersedia?" Dewi tersenyum manis. Agak tersipu. Langit terperangah. Ada apa lagi ini? Sesosok Bidadari tiba-tiba datang, dan menyatakan ingin menjadi pasanganku? Apakah ini mimpi? Dan kenapa harus bersamaan dengan yang tadi? Setelah Vania, lalu sekarang Dewi? Ada apa dengan mereka sebenarnya? "Eh, ma..maksudnya apa? Memangnya kita ada pesta dansa? Jujur saja, aku tidak bisa dansa, dan itu akan memalukan kalau.." "Kamu mau kan jadi pasanganku? Pasangan cintaku? Please!" Dewi menegaskan. Mata sayu nya menatap lembut. Menghujam tepat di hati Langit! "Pa,..pasangan cinta? Maksud kamu...Aku...Aku tidak mengerti..." "Aku yakin kamu tidak sebodoh itu! Aku, kamu...kita jadian!" "Aapaa!? Jadian!?!" "Ya, Jadian! Tidak lama kok. Hanya tiga hari, kalau kita cocok...boleh lanjut!" Dewi tersenyum manis. Langit kali ini terbatuk dengan keras. Ada apa sebenarnya dengan mereka?Apa mereka tertarik denganku, atau malah sedang berusaha mempermainkan aku? Lagi pula apa maksudnya ini, pacaran dibatasi hanya tiga hari? "Aku..Aku tidak bisa! Maaf, aku bukan tipe kamu! Dan kamu, pasti akan kecewa kalau jalan dengan aku! Maaf, sekali lagi maaf!" "Apa kamu menolakku?" "Eh, itu...bukan begitu maksudnya, maksudnya, aku..." "Terus maksudnya apa?" Dewi mendekatkan wajah cantiknya. Membuat Langit tergagap. Wajah mereka saling berhadapan kurang dari sepuluh centimeter. Langit bisa merasakan harum wangi farfum mahal yang eksklusif dan menenangkan dari tubuh Dewi. Membuat fikirannya melayang kemana-mana. "Apa kamu tidak salah? Apa yang kamu harapkan dari aku? Tidak ada kan? Aku mahasiswa miskin, tidak punya apa-apa! Masa depanku belum jelas, jadi harap kamu fikirkan baik-baik pernyataanmu barusan!" "Kamu terlalu berlebihan, ini hanya sebuah perasaan, aku suka sama kamu! Aku belum pernah memikirkan sampai ke arah yang lebih jauh, masih terlalu dini untuk bicara masa depan! Tapi itu bisa saja terjadi, kalau kita coba menjalaninya!" "Hanya sebuah perasaan? Aku tidak mengerti!" "Cinta memang tidak butuh dimengerti, Langit!" "Cinta?" "Ya, cinta! Aku mungkin suka, atau cinta sama kamu, aku tidak tahu! Yang aku tahu, aku suka melihatmu, aku ingin menjalaninya denganmu, dan aku ingin kamu jadi pacar aku! Apa aku salah?" Dewi menembak langsung. Langit tersedak Terbatuk beberapa kali. Gadis cantik ini terlalu terus terang! Ada apa sebenarnya dengan gadis-gadis zaman sekarang? Kenapa mereka bisa dengan mudah mengungkapkan isi hatinya dengan spontan tanpa rasa malu dan canggung sedikitpun? Apa dunia sudah terbalik? "Yang aku tahu, kamu adalah pacar Diego. Dan aku tidak mau merusak hubungan kalian! Dia lebih segalanya dari pada aku! Jadi tolong fikirkan baik-baik, aku tidak layak bersanding denganmu!" ujar Langit menirukan lirik sebuah lagu, lalu segera bangkit berdiri. Dia merasa ada yang aneh dan berbau konyol di sini. Mereka, para gadis seperti menganggap hal ini adalah sebuah permainan belaka. Cinta? Menjadi pasangan? Seolah itu adalah mainan anak esde yang bisa di bongkar pasang dengan seenaknya! Mereka tidak tahu, bahwa dengan kelakuan mereka yang seperti ini, dia yang harus menanggung setiap konsekwensi dan akibat nya! Dia kerap menjadi korban bully-an dan kemarahan para pemuda yang menjadi pasangan atau fans mereka! "Kenapa harus memikirkan orang lain? Kata siapa aku memiliki hubungan dengan Diego? Kenapa orang selalu menyalah artikan kedekatanku dengan dia? Diego adalah sepupuku, tidak mungkin aku pacaran dengan dia!" "Sepupu? Kalian sepupu?" "Ya, sepupu! Kamu tidak percaya?" Dewi menatapnya dengan sayu. Hati Langit hampir luluh dibuatnya. "Aku..Aku tidak tahu!" "Yang menjalani hidup adalah aku, kenapa kamu harus fikirkan orang lain? Kalau aku senangnya jalan sama kamu, apa aku harus memperhatikan orang lain yang justru membuatku tidak nyaman? Ayolah Langit, kita sudah dewasa! Kita yang menentukan jalan kita sendiri, apa yang kita senangi, apa yang membuat kita nyaman! Dan kamu, adalah orang yang kuharapkan bisa membuatku seperti itu!" "Kamu belum tahu siapa aku, kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Kita tidaklah sedekat itu...Percayalah, kamu pasti akan kecewa ke depannya!" "Kenapa harus memikirkan hal yang belum terjadi? Jalani saja, mungkin kita akan menemukan kecocokan disana, aku yakin itu!" Dewi bersikeras. Langit menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mengerti dengan sosok cantik di depannya. Aku tidak faham dengan pemikiran kalian para gadis! Apa yang kalian lihat dari aku sebenarnya? Pikir langit. "Bagaimana? Mau kan jadi pacar aku?" "Hmm, aku..." "Mau kan, Langit?" Dewi memegang tangannya. Langit merasa gugup tidak karuan. Dia bingung harus menjawab apa. "Aku...Apa yang kamu inginkan dari aku sebenarnya? Apa yang kamu lihat dari aku?" "Haruskan kujawab? Kamu tampan! Tidak ada gadis yang tidak suka berada di dekatmu! Kamu juga baik, Itu sudah cukup!" "Sesederhana itu?" "Itu tidak sederhana, Langit! Itu namanya modal dasar! Dan modal dasarmu lebih dari cukup!" Dewi meliriknya manja. Tersipu. Pertahanan Langit hampir runtuh seketika. "Tapi, aku miskin!" "Itu bisa di atur! Kamu tinggal bekerja keras dari sekarang! Tentukan visi hidupmu dengan tepat, terarah dan jelas tujuannya, lalu berjuang dengan sekuat tenaga! Kamu mungkin bisa kaya!" Dewi memberi saran. Langit terdiam. Ada benarnya juga ucapannya barusan. Tentukan Visi! "Jadi bagaimana, Langitku sayang? Mau kan jadi pacarku?" Dewi mengeluarkan jurus maut andalannya. Menembak tepat di jantung Langit. Pertahanannya goyah. "Baiklah! Tapi, hanya tiga hari kan?" "Ya, hanya tiga hari! Sesudah itu, kita akan pikirkan lagi ke depannya! Jadi kita resmi pacaran kan?" tanya Dewi. Meminta kepastian. Langit mengangguk. "Yeee...oke, terima kasih Langit! Ini, terimalah hadiah dariku!" tanpa di duga, Dewi mengecup pipi Langit! Bibir merahnya terasa lembut dan hangat sampai ke hati! Langit terkejut! Jiwanya dibuat melayang seketika! Jantungnya berdebar keras. Wajahnya nampak memerah. "Baiklah Langit, mulai besok, kamu adalah pacarku! Tolong temani aku di Camp Gathering besok, jaga aku kemanapun aku pergi!" Dewi tersenyum manis. Kembali membius hatinya. Membuat jantungnya hampir jatuh dari tempatnya. Sepeninggalnya, Langit hanya bisa termenung. Dia merasakan sesuatu yang lain. Inikah Cinta? Sekuat itukah tembakan cinta Dewi di hatinya? Senyumnya mengembang. Hatinya berbunga-bunga, sambil tetap tidak percaya, dengan yang terjadi barusan. Dewi sang Bidadari ini menjadi pacarnya, dan mencium pipinya! "Kamu sudah memulai masalah baru lagi, Langit! Kamu memang benar-benar penyuka olah raga yang selalu memicu Adrenalin! Aku sepertinya menyerah menjadi temanmu!" ***Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Mobil Truk itu melaju dengan kencang, seolah mengejar waktu. Langit dan dua kawannya menumpang di bak belakang Truk, bersatu dengan barang-barang properti kemping. Sekitar lima belas menit yang lalu, Langit menemukan seekor Kucing putih dengan corak warna hiasan hitam di kepala dan perutnya. Kondisinya cukup mengenaskan. Mahluk mungil itu itu entah kenapa bisa terjepit diantara tumpukan terpal besar. Beruntunglah Langit segera menemukannya, dan berhasil menyelamatkan Kucing Putih tersebut. Walaupun kaki belakang sebelah kanannya pincang, terluka dan mengeluarkan darah. Terjepit diantara besi dan terpal besar. Langit memberikan pertolongan pertama seadanya, membalut kaki kucing tersebut dengan perban. Sempat di cakar beberapa kali oleh sang kucing, dengan geraman khasnya karena dianggapnya Langit hendak bermaksud jahat. Namun akhirnya bisa tenang dan duduk diam, bahkan tertidur di pangkuan Langit! Sempat berdebat dengan Hardi, dan temannya yang lain, supaya membuang kucing tersebut
Langit dan Hardi segera berlari ke arah sungai, menuruni undakan-undakan bukit kecil, menyusuri jalan setapak tanah merah. Keduanya berusaha sampai di tepi sungai dengan segara. Mengejar asal sumber suara barusan. Tiba-tiba Hardi mendadak sontak menghentikan langkahnya. Membuat Langit hampir menabraknya dari belakang. "Kenapa? Ada apa berhenti?" tanya Langit. Napasnya nampak naik-turun. "Aku tanya, kamu bisa ngobatin orang kesurupan?" Hardi balik bertanya. Langit meggeleng kuat. "Tidak bisa, kamu?" "Sama! Kalau begitu, ngapain kita ke sini? Memang kita bisa menolongnya? Salah-salah malah kita yang ikut kesurupan!" ujar Hardi khawatir. "Ah, tidak mungkin. Kita sudah tanggung kemari! Kita lanjutkan saja, siapa tahu di sana sudah ada banyak orang, dan mungkin kita bisa bantu apalah gitu! Ayo lanjut!" "Tapi ini beresiko, sebaliknya kita kembali saja!" Hardi mendadak segan. Nyalinya seolah hilang, berceceran di belakang. "Ya, sudah! Kalau begitu, aku yang akan kesana sendiri, k
Rombongan peserta Camp Gathering tiba pada sore hari. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih 4 sampai 5 jam, dikarenakan situasi jalanan yang macet. Rombongan ini agak terlambat sampai di Lokasi Tanah Perkemahan Gunung Mulia. Para Ketua Regu dari tiap rombongan langsung memberikan instruksi dan arahan kepada para peserta untuk segera merapat ke Lapangan Utama, setelah sebelumnya membereskan barang-barang bawaan mereka ke tenda masing-masing yang telah di sediakan oleh para Panitia. Tepatnya tenda yang telah di bangun oleh Langit, para Tukang dan Porter, beberapa jam sebelumnya. Camp Gathering ini adalah acara tahunan yang hampir selalu diadakan oleh Kampus. Khususnya untuk tiga Fakultas. Fakultas Ekonomi, Hukum dan Sastra, dari mulai jenjang tingkat satu, mahasiswa baru sampai tingkat tiga. Dan Langit termasuk di dalamnya. Dia sudah berada di tingkat tiga. Langit sudah berpesan kepada Pak Gunadi sebagai pimpinan para Porter, agar merahasiakan kejadian di sungai tadi siang. Dan me
"Langit! Kamu baik-baik saja!?" seseorang memanggilnya. Saat itu Langit baru saja hendak ke Sungai untuk mandi pagi. Dia lebih memilih untuk mandi di sungai dari pada mengantri di WC umum. Untuk menghindari pertemuan dengan orang-orang yang di kenalnya, yang kemungkinan bisa membawa masalah ke depannya. "Dewi? Ya, beginilah. Memangnya kenapa?" jawab Langit datar. Dia tidak begitu terkejut dengan kehadirannya. Perasaannya datar-datar saja. Langit masih mengingat dua hari yang lalu, ketika Diego, yang ternyata adalah tunangannya Dewi, menyuruh para Pengawalnya untuk menghabisinya di Bronze Shine Cafe. Mengingat hal itu, membuat Langit kembali merasakan sedikit trauma dalam hatinya. Dia masih bisa merasakan bagaimana sakitnya puluhan tinju dan tendangan mereka mendarat di wajah dan seluruh tubuhnya! "Syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa! Aku...Aku mau minta maaf!" Dewi berjalan menghampirinya, sambil menundukan wajah cantiknya, menunjukan rasa bersalah. "Ya sudah, tidak apa-apa. Yang
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi