Krieeettt!
Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan sebagai tip. "Terima kasih banyak, Tuan Diego!" Lintang mengambil uang tersebut, sambil mengangguk hormat. Lalu berbalik menuju pintu. Matanya sekali lagi melihat ke arah Langit yang nampak terdiam seperti patung di dekat pintu. Lalu tersenyum simpul. "Jangan lupa tutup pintunya!" teriak Diego. Lintang mengangguk, sambil menghilang di balik pintu. "Ada iklan lewat barusan! Baiklah, kita lanjut lagi filmnya! Pengawal, hajar dia! Seratus pukulan!" Diego memerintah dengan tegas. Di sambut dengan koor semangat para pengawal. Semuanya berlari menerjang Langit dengan beringas, seperti kawanan Srigala lapar yang siap mengoyak-ngoyak mangsanya dalam sekejap! "Tuhanku! Aku mohon pertolonganmu!" Langit menjerit dalam hatinya. Dia bingung harus berbuat apa. Dia merasa sudah terlambat untuk lari dan kabur dari sana! Buk! Buk! Buk! Buk! Buk! Puluhan pukulan itu dengan beruntun mengenai wajah dan badannya! Langit tidak sempat berteriak! Rasa sakit menjalar di seluruh wajah hingga badannya. Tinju-tinju besar mereka menyerang deras bagaikan hujan! Dan langit terpental ke dinding! Hampir terjatuh. Namun tinju-tinju itu tidak berhenti mengenainya! Langit merasakan kesadarannya menipis! Berpuluh-puluh bintang bertaburan di kepalanya. Dan dia sudah tidak bisa merasakan sakit. Hingga akhirnya dunianya perlahan menjadi gelap! Dan langit sudah tidak ingat apa-apa lagi! *** "Hei, bangun! Langit, bangunlah!" suara itu membangunkannya. Langit membuka matanya secara perlahan-lahan. Terlihat putih di sekelilingnya! Langit memicingkan matanya yang terasa silau! Ruangan ini terasa terang benderang, bahkan terlalu terang dann sangat silau untuk ukurannya. Hingga langit harus mengedipkan matanya berkali-kali. "Dimana aku?" tanya Langit lirih. Dia menoleh dengan perlahan ke kanan kirinya, kemudian terbangun. Dia terduduk di sebuah ranjang berwarna putih, satu warna dengan dinding yang juga bercat putih. "Dimana ini? Apakah ini di rumah sakit?" Langit bertanya sekali lagi. Dia merasa tadi ada yang memanggil-manggil namanya. Menyuruhnya untuk bangun. Namun nyatanya tidak ada siapa-siapa di sini. Hanyalah dia seorang diri. "Jangan-jangan...Apakah aku sudah mati?" pertanyaan ketiga Langit. Membuat hatinya bergetar dengan keras! "Ya Tuhan! Apakah aku benar-benar sudah mati?" di pertanyaan keempatnya, Langit merasakan kepedihan di hatinya. Dia menggigit bibirnya. Menahan agar tangisnya tidak tumpah. "Sayangnya kamu belum mati!" sebuah suara mengejutkannya. Kontan Langit menoleh ke samping kanannya! Seorang pria paruh baya, dengan setelan Tuxedo berwana putih, berbalut rompi dalam berwarna hitam, serta sebuah tope Laken Fedora hitam berpita emas menghampirinya. Pria ini lagi yang datang! Entah muncul dari mana! "Si..siapa anda? Dan dimana aku berada sekarang ini?" "Kamu akan segera tahu siapa aku, dan kamu sekarang berada di alam antara hidup dan mati! Namun sepertinya kamu belum bisa mati sekarang, waktumu masih belum datang! Tuhan masih mengizinkan kamu untuk hidup!" "Apa? Alam hidup dan mati? Paman pasti becanda! Yang benar saja, mana ada alam seperti itu?" "Jelas ada! Kamu pikir ini dimana?" "Ini...ini seperti di ruangan khusus rumah sakit?" "Rumah Sakit kepalamu! Kamu tidak akan bisa keluar dari sini sampai kapanpun, kalau Tuhan tidak mengizinkan!" "Apa? Maksudnya...Ya Tuhan, jadi aku benar-benar berada di alam lain? Tapi bagaimana bisa?" Langit terhenyak. Kaget luar biasa. "Kalau Tuhan berkehendak, semua pasti bisa! Karena bagi-Nya, tidak ada yang tidak mungkin!" "Oh ya? Lalu, aku harus bagaimana sekarang? Aku... aku masih bingung dengan keadaanku! Kenapa aku bisa sampai kemari? "Kamu ingat, sudah di hajar habis-habisan? Kalau itu manusia lain, mungkin dia sudah mati! Namun kamu masih diberi izin hidup oleh Sang Pencipta! Karena banyak sekali daftar kesalahan-kesalahan yang harus kamu tebus!" "Iya aku ingat, waktu itu aku di habisi anak buahnya Diego! Lalu, menebus kesalahan? Maksud paman..." "Ya, kesalahan kamu! Tidak ada maksud apa-apa, dan aku bukanlah pamanmu! Panggil aku Wangsa!" "Wa..Wangsa? Baiklah paman Wangsa, terima kasih atas pertolonganmu!" "Tidak perlu pakai paman! Cukup Wangsa saja! Karena kedudukanmu sebenarnya lebih tinggi dari pada aku!" "Tidak paman, aku harus menunjukan rasa hormatku kepada yang lebih tua! Tidak sopan jika aku memanggilmu dengan sebutan nama saja, dimana adab dan Tata Krama ku sebagai seorang manusia?" "Hmm, kamu...kamu benar-benar mirip dia!" "Dia? Siapa dia?" "Nanti kamu juga akan tahu, bahwa kamu sebenarnya adalah dia! Sayang sekali kamu telah banyak menyimpang jauh dari dia! Sepertinya aku akan lama mengajarimu supaya kamu tahu, siapa dirimu yang sebenarnya!" "Paman, aku benar-benar tidak mengerti apa yang paman katakan! Biar aku tidak tambah bingung, bolehkah aku banyak bertanya?" "Baik, tanyalah!" "Pertama siapa paman sebenarnya? Dan kenapa paman mengenaliku? Lalu aku berada di sini sekarang, bisakah aku kembali ke dunia nyata? Lalu apa kesalahanku? Bagaimana caraku untuk menebusnya? Dan yang terakhir, siapakah Dia yang paman maksudkan tadi?" "Pertanyaanmu banyak sekali! Baiklah, aku akan menjawabnya satu per satu! Namaku adalah Wangsa, aku sudah memperhatikanmu sejak lama, namun aku baru bisa berinteraksi langsung denganmu ketika usiamu menginjak dua puluh tahun! Bukankah kamu sudah berada di usia itu sekarang?" "Benar sekali paman! Tiga hari yang lalu, aku genap berusia dua puluh tahun!" "Bagus, kamu masih ingat umurmu sendiri, berarti kamu masih waras dan bisa mengingat dengan baik! Asal kamu tahu, dari usia itulah sebenarnya kamu mulai berkembang! Segala anugerah yang diberikan Tuhan kepadamu, akan nampak dari mulai sekarang dan kedepannya! Kamu bisa menyebutnya sebagai Kuasa Tuhan atas dirimu! Lebih tepatnya disebut sebagai Kuasa Illahi!" "Kuasa Illahi!? Luar biasa sekali kedengarannya? Apakah itu semacam..." "Apakah kamu merasa ada yang aneh dengan dirimu akhir-akhir ini?" "Aneh? Apa yang aneh? Aku tidak merasa ada yang aneh paman? Tapi...tunggu..." "Coba kamu ingat-ingat lagi! Apa kamu tidak menyadarinya?" "Tunggu..Aku.. Aku merasa...Ya, aku sadar! Aku ingat! Aku...Aku di sukai banyak wanita, paman!" Langit menjerit senang. "Bukan itu bodoh! Dasar Sombong! Itu memang bawaan lahir kamu! Karena kamu memang di anugrahi wajah yang tampan!" Wangsa menepuk keningnya. Setengah kesal. "Lantas apa paman? Aku tidak tahu..." "Kamu sering di pukuli orang? Bagaimana rasanya?" "Sakit sekali paman!" "Siapapun tahu, kalau di pukul pasti sakit! Maksudku sesudahnya?" tanya Wangsa mulai jengkel. "Ya biasanya aku babak belur paman!" "Aduh, kamu ini! Sesudah babak belur, kamu terus bagaimana?" Wangsa mulai siap dengan cakarnya. "Ya aku obati paman!" "Sesudah itu?" "Ya, sembuhlah paman! Eh, Tunggu! Tunggu.. I..iya aku ingat! Aku ingat! Maksud paman, aku bisa sembuh dengan cepat? Itu kan maksudnya?" "Iyaaa...! Kenapa kamu lambat sekali cara berpikirnya!" Wangsa menggigit jari-jarinya. Menahan kesal. "Itu adalah salah satu Kuasa Illahi yang diberikan Tuhan untukmu! Kamu boleh menyebutnya sebagai Kuasa Regenerasi Diri! Itu adalah Kuasa Illahi pertama! Kuasa itu akan aktif secara otomatis ketika kamu sudah berusia dua puluh tahun! lainnya nanti akan kita bahas, sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu yang ke dua! Kau pasti akan kembali ke dunia nyata, karena kamu harus menebus banyak kesalahan yang kamu lakukan! Yang tidak jarang membuat malu aku, dan juga leluhurmu!" "Leluhur?" "Nanti kita akan bahas juga tentang itu! Mengenai kesalahanmu, itu juga teramat banyak! Namun kamu masih bisa menebusnya dengan dua cara, yaitu selalu melakukan kebaikan untuk sesama manusia, juga menjalankan segala yang diperintahkan oleh Sang Khaliq! Secara gamblangnya nanti akan kita bahas! Dan yang terakhir, Dia yang kamu maksud adalah leluhurmu sendiri! Kakek buyut dari kakek buyut dari kakek buyut dari kakek buyut, dari kakek buyut dari kakek buyutmu! Lebih tepatnya, kamu adalah generasi ke-111 dari beliau!" "Hah? Generasi ke-111 dari beliau? Banyak sekali? Siapakah beliau yang paman maksudkan?" "Kita akan bahas semuanya nanti! Sekarang, waktumu kembali ke Dunia nyata! Sebelum itu, aku akan coba memberi tahu dan membuka Kuasa selanjutnya yang sudah seharusnya kamu miliki!" "Kuasa selanjutnya? Maksudnya?" "Sudah cukup! Jangan banyak tanya! Aku akan membuka Kuasa selanjutnya yang di berikan Tuhan kepadamu! Ketahuilah, Kuasa Illahi itu amatlah banyak, jika kamu beruntung dan mau serius mempelajarinya, kamu akan bisa mendapatkan semuanya! Tapi itu tidaklah bisa sekaligus! Karena kamu pasti tidak akan mampu menerima semuanya! Apa yang akan ku berikan, haruslah secara bertahap, agar kamu bisa mencerna dan memahaminya dengan baik!" "Baiklah paman, aku menunggu perintahmu selanjutnya!" Langit tiba-tiba menjadi bersemangat. Dia langsung duduk bersila. Seperti seorang murid yang hendak menerima sebuah Ilmu Kanuragan yang siap diturunkan oleh guru nya. "Kamu adalah orang baik, namun kebaikanmu terkadang selalu dimanfaatkan oleh orang lain, dan itu tidak jarang membuatmu selalu terkena masalah! Apakah aku benar?" "Engkau benar sekali paman! Kenapa paman bisa tahu?" "Sifat dan kebaikan hatimu adalah Kuasa yang diberikan Tuhan kepada leluhurmu yang perempuan! Dia adalah seorang Ratu! Dari sanalah sumber aura kebaikan hatimu!" "Oh ya? Luar biasa!" "Dan ketampananmu adalah Berkah dari Tuhan yang diberikan kepada leluhurmu yang laki-laki! Dari sanalah sumber aura ketampananmu berasal!" "Wow! Hampir tidak bisa ku percaya! Jadi maksud paman, leluhurku adalah seorang Raja dan Ratu?" "Hmm, kamu mulai mengerti sekarang! Tapi kamu tidak tampak seperti mereka bukan? Kamu terlahir miskin, selalu terhina, dan selalu di rundung masalah! Itu yang mau kamu katakan!?" "I..iya paman, engkau benar lagi..." "Setiap manusia lahir dengan nasib dan takdir yang berbeda! Semua adalah karena kehendak Sang Pencipta! Namun biasanya, Trah seorang Raja, akan tetap menjadi seorang Raja! Bagaimanapun keadaannya!" "Ma..maksudmu apa aku akan jadi seorang Raja? Tapi mana mungkin, negara ini tidak menganut sistem Kerajaan, dan kalau aku mengikrarkan diri jadi Raja, aku bisa di Penjara!" "Jangan berfikir terlalu jauh! Aku kan sudah bilang biasanya! Bukan berarti itu sebuah keharusan! Semuanya tetap kembali kepada Kehendak Tuhan! Tapi minimalnya, kamu akan lebih dihargai, dihormati, kamu akan punya kuasa serta pengaruh, dan wibawamu akan terlihat di mata sesama manusia! Intinya, kamu akan lebih tinggi dari manusia lainnya! Karena kamu mewarisi Trah seorang Raja!" "Caranya bagaimana paman?" "Pertama, dengan Izin Sang Khaliq, aku akan membuka Kuasa Illahi kedua, yakni Kuasa Kekuatan kepadamu, karena kamu mulai sekarang harus mulai bisa melindungi dirimu sendiri! Dengan satu syarat..." "Apa itu paman?" " Kamu harus menyelamatkan seekor Kucing, dan temukan cincin ini!" Wangsa memperlihatkan sebuah gambar hologram yg tiba-tiba saja muncul di atas tangannya, dan sebuah gambar hologram sebuah cincin dengan mata Berlian putih segi delapan, yang keseluruhan watangnya berwarna emas! Langit menatap dengan perasaan takjub gambar Hologram yang bergerak seperti nyata, berputar-putar di atas tangan Paman Wangsa. "Cincin ini di jadikan sebagai kalung di leher seekor kucing! Selamatkan kucingnya, dan temukan cincinnya! Kalau sudah ditemukan, kamu boleh dan diizinkan memakainya! Maka kamu akan segera mendapatkan Kuasa Kedua, yakni Kuasa Kekuatan!" "Kucing dan kalung? Kuasa Kekuatan? Semudah itu? Ini sungguh Luar biasa!" "Kamu bersedia dan bisa melakukannya?" "Aku akan berusaha Paman!" "Bagus! Kalau begitu, kembalilah!" ***"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Mobil Truk itu melaju dengan kencang, seolah mengejar waktu. Langit dan dua kawannya menumpang di bak belakang Truk, bersatu dengan barang-barang properti kemping. Sekitar lima belas menit yang lalu, Langit menemukan seekor Kucing putih dengan corak warna hiasan hitam di kepala dan perutnya. Kondisinya cukup mengenaskan. Mahluk mungil itu itu entah kenapa bisa terjepit diantara tumpukan terpal besar. Beruntunglah Langit segera menemukannya, dan berhasil menyelamatkan Kucing Putih tersebut. Walaupun kaki belakang sebelah kanannya pincang, terluka dan mengeluarkan darah. Terjepit diantara besi dan terpal besar. Langit memberikan pertolongan pertama seadanya, membalut kaki kucing tersebut dengan perban. Sempat di cakar beberapa kali oleh sang kucing, dengan geraman khasnya karena dianggapnya Langit hendak bermaksud jahat. Namun akhirnya bisa tenang dan duduk diam, bahkan tertidur di pangkuan Langit! Sempat berdebat dengan Hardi, dan temannya yang lain, supaya membuang kucing tersebut
Langit dan Hardi segera berlari ke arah sungai, menuruni undakan-undakan bukit kecil, menyusuri jalan setapak tanah merah. Keduanya berusaha sampai di tepi sungai dengan segara. Mengejar asal sumber suara barusan. Tiba-tiba Hardi mendadak sontak menghentikan langkahnya. Membuat Langit hampir menabraknya dari belakang. "Kenapa? Ada apa berhenti?" tanya Langit. Napasnya nampak naik-turun. "Aku tanya, kamu bisa ngobatin orang kesurupan?" Hardi balik bertanya. Langit meggeleng kuat. "Tidak bisa, kamu?" "Sama! Kalau begitu, ngapain kita ke sini? Memang kita bisa menolongnya? Salah-salah malah kita yang ikut kesurupan!" ujar Hardi khawatir. "Ah, tidak mungkin. Kita sudah tanggung kemari! Kita lanjutkan saja, siapa tahu di sana sudah ada banyak orang, dan mungkin kita bisa bantu apalah gitu! Ayo lanjut!" "Tapi ini beresiko, sebaliknya kita kembali saja!" Hardi mendadak segan. Nyalinya seolah hilang, berceceran di belakang. "Ya, sudah! Kalau begitu, aku yang akan kesana sendiri, k
Rombongan peserta Camp Gathering tiba pada sore hari. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih 4 sampai 5 jam, dikarenakan situasi jalanan yang macet. Rombongan ini agak terlambat sampai di Lokasi Tanah Perkemahan Gunung Mulia. Para Ketua Regu dari tiap rombongan langsung memberikan instruksi dan arahan kepada para peserta untuk segera merapat ke Lapangan Utama, setelah sebelumnya membereskan barang-barang bawaan mereka ke tenda masing-masing yang telah di sediakan oleh para Panitia. Tepatnya tenda yang telah di bangun oleh Langit, para Tukang dan Porter, beberapa jam sebelumnya. Camp Gathering ini adalah acara tahunan yang hampir selalu diadakan oleh Kampus. Khususnya untuk tiga Fakultas. Fakultas Ekonomi, Hukum dan Sastra, dari mulai jenjang tingkat satu, mahasiswa baru sampai tingkat tiga. Dan Langit termasuk di dalamnya. Dia sudah berada di tingkat tiga. Langit sudah berpesan kepada Pak Gunadi sebagai pimpinan para Porter, agar merahasiakan kejadian di sungai tadi siang. Dan me
"Langit! Kamu baik-baik saja!?" seseorang memanggilnya. Saat itu Langit baru saja hendak ke Sungai untuk mandi pagi. Dia lebih memilih untuk mandi di sungai dari pada mengantri di WC umum. Untuk menghindari pertemuan dengan orang-orang yang di kenalnya, yang kemungkinan bisa membawa masalah ke depannya. "Dewi? Ya, beginilah. Memangnya kenapa?" jawab Langit datar. Dia tidak begitu terkejut dengan kehadirannya. Perasaannya datar-datar saja. Langit masih mengingat dua hari yang lalu, ketika Diego, yang ternyata adalah tunangannya Dewi, menyuruh para Pengawalnya untuk menghabisinya di Bronze Shine Cafe. Mengingat hal itu, membuat Langit kembali merasakan sedikit trauma dalam hatinya. Dia masih bisa merasakan bagaimana sakitnya puluhan tinju dan tendangan mereka mendarat di wajah dan seluruh tubuhnya! "Syukurlah kamu tidak kenapa-kenapa! Aku...Aku mau minta maaf!" Dewi berjalan menghampirinya, sambil menundukan wajah cantiknya, menunjukan rasa bersalah. "Ya sudah, tidak apa-apa. Yang
Matahari hampir berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Berbagai rangkaian kegiatan hari ini sudah dijalani setengahnya oleh para peserta Camp Gathering. Dari mulai pendidikan dasar Alam Hutan, teori tentang Survival, Navigasi, SAR dan P3K, serta Analisa Pemecahkan Masalah di Alam sudah disampaikan semuanya. Tinggal beberapa materi untuk nanti malam. Selebihnya adalah waktu istirahat. "Camp Gathering bodoh! Kita bukan Pecinta Alam, kita bukan Menwa! Tapi harus belajar hal-hal macam ini, apa gunanya?" tanya seseorang, wajahnya yang tirus tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. "Sabar, Wan! Ini kan salah satu agenda wajib kampus, masih beruntung kita tidak di kenai wajib militer seperti di negara-negara lain! Ini hanya teori dan pelajaran dasarnya saja, yang penting kita sudah tahu, dan nilai kita aman! Selebihnya, kita having Fun! Refreshing menikmati alam!" "Ya, betul juga sih, tapi aku tidak suka dengan tempat ini, sungguh buruk dan menyeramkan!" "Yang benar
Langit sejujurnya tidak mengerti apapun, tentang apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Niat baik dan sederhana yang ingin dilakukannya ternyata jadi lebih rumit dari pada yang dia bayangkan! Dia harus bertemu lagi dengan Kucing putih misterius bisa berbicara yang ternyata adalah perwujudan dari seorang Paman Wangsa! Dan yang lebih hebat lagi, dia harus berbicara dengan seekor Ular besar yang katanya adalah Penunggu dan Penguasa Pohon Beringin dan area di sekitar Sungai besar tempat mereka berada saat ini! "Bersiaplah, aku sudah memanggilnya, dia akan segera datang dalam beberapa saat lagi di sini!" ujar Kucing tersebut. Menggunakan kekuatan telepatinya untuk berkomunikasi dengan Langit. "Baiklah paman! Aku siap!" "Bagus! Kita segera turun ke bawah sekarang, dia akan datang dari arah Sungai!" Kucing itu memberi instruksi, Langit segera turun dari pohon Beringin tersebut. Dan betapa terkejutnya dia, baru saja beberapa saat menjejakkan kakinya ke tanah. Di hadapannya muncul seso
Gadis blasteran Indo-Spanyol ini tampak cantik dengan balutan baju trainning putih dan fashmina hitam, serta sebuah kupluk berwarna hitam bertuliskan Merk lokal yang cukup terkenal. Sebuah sepatu kets putih ikut membalut kakinya yang cantik. Semua setelan pakaian itu sungguh serasi dengan tubuhnya yang ramping namun sekal dan proporsional. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona dan mengagumi kecantikan Vania. Tidak terkecuali Langit. Vania memang terlihat sempurna di matanya. Namun dia harus bisa menyadari diri dan perasaannya. Dia tidak mau membuat masalah. Bukan karena dia takut, atau khawatir seperti waktu lalu, karena saat ini ketakutannya sudah lama hilang menjauh. Dia hanya tidak ingin membuat masalah yang akhirnya diketahui oleh pihak Kampus atau Dosen dan bisa mempengaruhi performa dan nilainya kelak. Dia harus bisa menjaga itu semua. Demi masa depannya. "Aku hanya sibuk saja, tugas logistik memang cukup banyak!" ujar Langit. Vania meliriknya. Sebuah senyum simpul
Langit sudah tahu siapa orang ini sebenarnya. Bahkan dia adalah sosok yang selama ini diingat dan sedang di cari olehnya. Laporan dari teman-temannya di Sky Kingdom tempo hari, ketika ada penyerangan ke Kampus, terkait Kasus Bintang Pop Jepang Yuni Hanasaki yang menyebabkan Langit kena Skrosing keras. Dan muaranya adalah dia dan Kelompoknnya. Hazel, Golden Table dan Royal Knight! Sejatinya Langit sudah melupakan masalah itu, karena insiden ini sudah memakan waktu cukup lama. Bahkan ketika pertemuannya dengan Royal Knight di Istana William Burgez, dan akhirnya bertemu dengan Hazel, Bullock, Neil dan lainnya, dia menganggap semuanya biasa-biasa saja. Namun karena sikap dari Hazel yang selama ini selalu menyebalkan, dan selalu memancing konfrontasi dengannya, membuat Langit yang semula santai dan enggan menggubris akhirnya mulai tersulut juga. Walau dia masih melihat beberapa tokoh konkrit dan sangat penting di Royal Knight, dari mulai Master Shin Wu, Bullock, Neil bahkan Roman Arc
'Kenapa aku tidak boleh memukulnya Tuan?" Bullock berusaha menahan diri. Langit menggelengkan kepalanya."Kamu tidak boleh melakukannya Bullock....""Tapi mereka sudah menghina dan menuduh Tuan Langit!""Betul Tuan! Mereka sudah berani merendahkan Tuan! Mereka memang wajib di hajar!" David Huang ikut merasa geram."Setuju! Kita tidak boleh diam saja, nanti mereka bisa ngelunjak dan menghina kita terus Tuan!" timpal yang lain."Tuan, tolong untuk kali ini izinkan aku untuk memberi mereka pelajaran!" Bullock setengah memaksa."Ya, aku juga akan menghajarnya! Aku tidak peduli walau harus dapat hukuman atau di diskualifikasi sekalipun!""Sudahlah, kalian jangan terbawa emosi,""Tidak bisa Tuan, baiknya, kita sikat saja sekalian biar mereka tidak kurang ajar lagi kedepannya!""Sudah kubilang, tidak boleh!""Ta..Tapi kenapa Tuan?""Kalian tidak perlu banyak bertanya!""Tapi kami ingin kejelasan Tuan!""Kalian ini! Sudah kubilang, jangan lakukan itu...! Karena....Aku sendiri yang akan mengha
Beberapa saat sebelumnya. Zaghold dan Gurrick tidak menduga sama sekali ada serangan cepat dan mendadak, disertai dengan kekuatan yang tidak main-main siap menghantam keduanya! "Sialan! Aku tidak sempat..." Zaghold panik. "Kekuatan ini...Matilah kita!" teriak Gurick ikut ketakutan. Dia merasa kekuatan tinju yang datang ini jauh lebih kuat dari yang tadi. Sebelum kedua tinju Langit sampai dan mengenai mereka... "Berhenti anak muda!" sebuah suara keras entah datang dari mana mengejutkan semuanya. Bersamaan dengan itu sebuah bayangan Luning keemasan bergerak sangat cepat menghadang kedua tinju Langit! Dess! Dess! Duaarrr! Dua kekuatan besar beradu secara berturut-turut, menimbulkan. suara ledakan yang dahsyat seperti bom, hempasan angin yang ditimbulkannya mampu menerbangkan jutaan material pasir dan batuan, bahkan sanggup menerbangkan Zaghold dan Gurock secara bersamaan. Namun justru itu yang menyelamatkan mereka, karena kedua Tinju Langit ada yang meng-counter, hingga tid
"Kenapa kalian lama sekali heh? Kami sudah boson menunggu!" seru seseorang di muka gerbang. Mereka adalah beberapa orang yang sudah berada di Pintu Gerbang Akademu yang nampak berdiri dengan megah dan menjulang. "Nel!? ....l Neil!" Bullock berteriak gembira. Di Pintu Gerbang berdiri beberapa orang yang sudah menunggu mereka. Para sisa Kandidat yang sepertinya sudah lolos dari Ujian Masuk Akademi. Jumlah mereka tidak lebih dari Dua Puluh Orang saja! Neil Langsung menyambut Bullock, keduanya saling berpelukan seperti layaknya sahabat karib. yang sudah lama tidak bertemu. "Kalian hanya bertiga? Mana Jones dan yang lainnya?" tanya Bullock. "Jones...Dia...Dia..." "Tidak perlu kamu tanyakan itu! Dia adalah bibit gagal yang memang sudah seharusnya disingkirkan sejak lama!" jawab Hazel dingin. Bullock terdiam. Neil dan Chen nampak saling pandang, namun tidak berani berkomentar. "Selamat Kak Bullock, kamu berhasil. Dan sepertinya... Kalian semua masih dengan Kelompok yang Utuh seja
Langit bukannya tidak mengetahui kekuatan para Mahluk menyeramkan di depannya. Jika dibandingkan dengan kelompoknya, mereka jelas berada di atas kelompok Langit. Bahkan masih berada di atas Bullock yang menguasai Ranah Cakra Langit Level dua! Setidaknya diantara mereka berada satu dua tingkat di atasnya. Dan itu tidak termasuk Zaghold! Langit melihat Salah satu Kepala Suku Ras Terkuat Bangsawan Troll itu berada di ranah Alam Master tingkat Enam, satu tingkat di atas Gurrick, sang Jenderal Goblin! "Mungkin ini adalah satu-satunya cara terbaik aku menguji kekuatan ku, sebelum kedepannya aku harus menyimpan rapat-rapat ketika aku masuk Akademi! Mungkin akan kelihatan aneh dan timpang nantinya.Tetapi tidak masalah. Aku sudah berada di sini. Aku jelas harus membela diri. Dan aku akan berjuang untuk melakukan yang terbaik! Biarlah aku memberi sedikit kejutan pada mereka. Pada Kumpulan Badut ini, juga kepada orang-orang yang sejak tadi terus mengawasi kami. Ya, semoga aku tidak salah b
Sialan! Kenapa mereka bisa ada di sini? Bukankah mereka harusnya berada di... " Sharock bergumam kesal dalam hatinya. "Kakak, kenapa para Bajingan Troll ini bisa berada di wilayah kita?" "Ya, mereka seharusnya berada di Padang Monster bersama dengan Mahluk sialan lainnya. Bahkan mereka dengan seenaknya menerobos Gua Kabut. Apa tidak ada yang menjaga di sana?" "Kakak, bukankah idemu yang menyuruh kita mengerahkan hampir setengah Pasukan untuk menyambut mereka di sini? Karena kamu khawatr Gua Kabut akan hancur?' "Ya, kamu benar Rydock. Coba kamu lihat sekarang. bahkan para pasukan kita masih belum bisa siuman. Dia berhasil menghajar telak Pasukan Inti kita! Hei, ini adalah Visiku! Penerawanganku! Aku akhirnya berhasil menghindarkan malapetaka yang seharusnya terjadi!" Sharok teringat sesuatu. "Maksudmu?" "Dasar bodoh! Belajarlah menjadi Goblin yang cerdas! Kamu lihat apa yang sudah dia lakukan dengan area ini? Dia berhasil membuatnya hancur berantakan! Bukan cuma pasukan, daerah
"Ada apa sebenarnya dengan para Penguji di sana? Apa mereka hendak membunuh para Kandidat?" Andromeda memukul meja dengan geram. "Itu adalah bagian dari prosedur yang aku ceritakan kepadamu. Setiap Kandidat disesuaikan dengan para Pengujinya. Aku fikir ini masih dalam tahapan yang wajar dan bisa di benarkan," "Wajar apanya? Ratusan Goblin dan Tiga Jenderal nya ikut turun tangan. Ini jelas tidak bisa di benarkan sama sekali, Tuan Muda Veganza!" "Kakak, sabarlah, tidak perlu panik dan protes seperti itu. Ini adalah kurikulum yang sudah disetujui oleh para Petinggi Akademi, dan juga... " "Diam kau Aurora! Apa kamu tidak pernah berfikir, sehebat-hebatnya para pemuda ini, mereka tetaplah Kandidat yang belum memiliki Pengalaman luas dan Mental yang kuat! Walau terlihat berbakat..." "Mereka, terutama pemuda ini terlihat spesial Kak. Dan aku yakin, dia masih sanggup mengatasinya, justru ujian ini sangat penting untuk menentukan sampai dimana batas kekuatannya, Kak!" "Tapi ini sudah san
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer