"Sudah kubilang, jangan masuk kampus hari ini! Kenapa kamu bebal sekali? Lihatlah, lukamu parah sekali hari ini!"
"Sudahlah, uhk...Nanti juga sembuh sendiri..." "Kamu percaya diri sekali! Gak akan ada luka yang sembuh tanpa di obati! Lhatlah, sepertinya tulang rusukmu ada yang kena, ini memar sekali Langit! Aku khawatir retak di dalamnya! Ini bahaya! Apa mereka memakai alat untuk menghajarmu?" "Sepertinya iya, ada beberapa menggunakan Keling, tongkat kasti dan sepatu Lars panjang. Ya sudahlah, aku yakin aku akan sembuh besok pagi," "Kita ke Rumah Sakit sekarang! Jangan mengambil resiko dengan eksperimen mu yang konyol itu, memangnya kamu Vampire yang mempunyai regenerasi penyembuhan sel lebih cepat dari manusia biasa? Kita berada di dunia nyata, Langit! Ini bukan film Super Hero ataupun dunia Mutan dan cerita para Dewa! Sadarlah!" "Aku hanya penasaran saja, dan kalau besok aku masih belum sembuh, baru kita ke rumah sakit," "Itu sudah terlambat namanya! Kamu mau lukamu infeksi dan patah tulang mu bertambah parah? Berfikir lah dengan logis ok? Ini bukan luka biasa!" "Baiklah, aku janji, besok aku ke rumah sakit! Sekarang aku harus istirahat dulu, aku mau tidur, terima kasih atas perhatianmu," Langit menarik selimutnya. Cahyo hanya bisa menghela napasnya. Dasar keras kepala! Dan malam itu, Langit nyaris tidak bisa tidur. Sudah beberapa kali tubuhnya berguling, ke kanan dan ke kiri. Telentang, lalu telungkup, kemudian menyamping. Sambil merasakan sakit di wajah dan seluruh badannya. Mungkin benar kata Cahyo, aku tidak boleh nekad dan membiarkan lukaku begitu saja. Bisa fatal akibatnya. Ini memang harus di obati! Apa lagi nyeri di rusuknya, membuat Langit merasakan napasnya terasa sesak dan ngilu di sekujur tubuhnya. Ah, kenapa dia tidak menuruti Cahyo tadi? Kalau dia ke Rumah Sakit, mungkin dia akan mendapat perawatan yang intensif, rasa sakit di rusuk dan dadanya tidak akan berlarut-larut seperti ini! Uhk, tapi bukankah biaya pengobatan di sana mahal? Uangku sekarang mana cukup? Walau di tambah uang Cahyo sekalipun. Belum tentu bisa mencukupi. Lagi pula itu tetap bukan tindakan yang bijaksana untuk merepotkan orang lain. Walau Cahyo selalu ada uang, karena ada orang tuanya selalu mengiriminya tiap bulan. Namun tetap saja dia merasa segan untuk merepotkan temannya. Karena Cahyo juga bukanlah anak orang kaya. Ayahnya Cahyo adalah seorang pekerja Honorer Desa, di Kampungnya. Ibunya memiliki warung kecil, dan berjualan kelontongan. Adiknya ada tiga orang, semuanya sudah bersekolah. Ada yang di TK, es-de dan es-em-pe. Mereka semua juga sama-sama memerlukan biaya. Di tambah dengan membiayai Kuliah Cahyo yang tidak murah. Sungguh sebuah beban yang cukup berat untuk sebuah keluarga! Namun dibandingkan dengan dirinya, Cahyo jelas lebih baik! Karena Langit jelas-jelas sebatang kara dan tidak mempunyai siapapun di dunia ini! Kalaupun ada, itu mungkin adalah ibu asuhnya di panti asuhan sana, yang sudah lama tidak dikunjunginya. Beberapa teman panti yang sekarang mungkin sudah saling jauh karena sama-sama sibuk mengadu nasib dan menjalani kehidupannya masing-masing. Ya, Langit adalah anak yatim piatu sejak kecil, bahkan sejak masih bayi! Versi ibu asuhnya, Ibu Ranti, pemilik panti asuhan yang membesarkannya, dia menemukan Langit di depan pintu Panti Asuhannya. Seperti versi cerita di sinetron, seseorang telah meletakkannya di sana. Entah siapa, Ibu Asuhnya tidak mengetahuinya, beliau sudah menemukan Langit tergeletak di sana. Dalam sebuah keranjang bayi sederhana! Langit tidak ingin bermimpi bahwa dia sebenarnya adalah anak orang kaya yang tidak diakui dan dibuang keluarganya, atau dia adalah anak haram seorang Penguasa yang mempunyai skandal dengan simpanannya, yang suatu saat akan di cari-cari oleh Keluarganya. Tidak, dia sama sekali tidak pernah berharap seperti itu. Dia sudah ikhlas dan menerima sejak lama dengan takdir hidupnya yang seperti ini. Menyikapi dengan penuh rasa syukur, apapun yang terjadi tanpa harus mengeluh dan berkeluh kesah. Dan memang pada kenyataannya selama ini, dari kecil hingga sekarang, di usianya yang per hari kemarin menginjak dua puluh tahun, tidak ada seorangpun yang datang mencarinya! Hehe, memang kehidupan tidak seindah di film ataupun sinetron. Dan itulah yang harus dijalaninya sekarang. Anak yatim-piatu sebatang kara yang harus berjuang untuk bertahan hidup, mencari makan, mencari pekerjaan, memperjuangkan pendidikannya dengan tertatih-tatih. Tapp! Seekor nyamuk hinggap di mukanya. Langit langsung menepuknya dengan keras! "Aauu!" dia merasakan sakit dan perih di wajahnya. Tepukannya tepat mengenai luka memarnya yang membiru. Langit menguap, rasa kantuk itu datang juga akhirnya. Dan Langit pun tertidur! *** "Hei, kamu! Ya, kamu!" seseorang memanggilnya. Langit menoleh sambil menunjuk dirinya. Meyakinkan orang tersebut, bahwa dirinya yang di panggil. Seseorang pria dengan pakaian Tuxedo putih-putih berenda, dengan rompi hitam di dalamnya. Terlihat mahal dan eksklusif. Dipadu dengan topi Laken Fedora hitam, menambah gagah penampilannya. "Kamu yang bernama Langit?" "Ya, itu..itu.. saya..." Langit agak gugup dengan kehadiran sosok di depannya tersebut. Dia mengerutkan keningnya, dan mulai berfikir keras, menduga-duga siapa adanya pria gagah setengah baya yang tiba-tiba ada di depannya ini. Pertanyaannya, apakah aku pernah mengenalnya? Dan kenapa dia sampai mengenaliku? Dan Pertanyaan terbesarnya, apa yang sudah aku perbuat hingga dia mengenaliku dan mencariku? Jangan-jangan aku membuat masalah besar lagi, dan membuat pria ini marah dan tersinggung! Wah, bisa bahaya kalau begitu! Apakah dia seorang Ketua mafia? Orang Kaya yang anaknya kusakiti? Atau Penguasa yang kesal dengan kelakuanku selama ini? Pertanyaan dan praduga negatif langsung muncul dan berputar-putar di benaknya. Langit merasakan hatinya takut. "Bagus! Sepertinya aku tidak salah! Kamu adalah orang yang aku cari selama ini!" "Ma..maksudnya? Apa...apa saya ada salah dengan bapak?" "Salah? Salahmu jelas banyak sekali! Dan kau harus menebusnya satu-persatu! Dimulai dari sekarang, detik ini dan kedepannya!" "Maksudnya apa? Saya tidak mengerti, mohon ampuni saya kalau memang saya ada salah, dan tolong kasih tahu saya bagaimana caranya menebus kesalahan saya itu," "Gampang sekali! Pertama, ini!" Plakkk! Sebuah tamparan keras mengenai pipinya! Langit berteriak kesakitan! Aaa!!! "Langit! Bangun, hei! Bangun! Ini sudah siang!" sebuah suara mengejutkannya! Itu suara Cahyo! Langit membuka matanya seketika. Napasnya tersengal-sengal. Seperti sudah berlari jauh, peluh nampak membanjiri bajunya. Ya, Tuhan! Sepertinya aku bermimpi! Tapi sangat terasa nyata sekali, tamparan itu, sakit sekali! Pria setengah baya itu menamparnya dengan sangat keras! "Langit, mukamu...mukamu..." "Hei, ada apa? Ada yang salah dengan mukaku?" Langit langsung memegang seluruh wajahnya. Lalu segera berlari ke cermin di samping closet. Sementara Cahyo masih belum bisa menutup mulutnya. Dia masih shock atas apa yang dilihatnya! "Masya Alloh! Luar biasa! Wajahku..." Langit mematut dirinya di cermin, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya! Wajahnya yang kemarin penuh dengan bengkak berwarna biru, tiba-tiba saja menghilang dalam satu malam, dan berganti dengan wajahnya yang putih bersih tanpa noda dan luka satupun juga! "Kamu...kamu...kenapa bisa begitu? Dada dan rusukmu bagaimana? Apaah sudah sembuh juga?" tanya Cahyo takjub. "Ya, aku...aku merasa baik-baik saja, Dada dan tulang rusukku, tidak terasa sakit lagi!" jawab Langit. Sambil mengangkat tangan, dan memegang rusuknya. Dalam hatinya bertanya-tanya. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan mimpi itu? Sosok pria itu? Tamparan itu? Apa maksudnya dengan ini semua? "Luar biasa! Aku baru sadar sekarang, bahwa ternyata kamu adalah seorang Mutan!" "Sembarangan kalau bicara! Mutan dari mana ceritanya? Aku ini manusia biasa! Aku tidak bisa berkelahi, aku tidak bisa terbang, aku tidak punya kemampuan super untuk bisa membaca pikiran orang lain, aku tidak bisa mengeluarkan api, aku tidak bisa..." "Cukup, jangan diteruskan! Itu bisa sangat panjang! Tapi kamu punya satu kemampuan hebat! Kamu bisa sembuh dengan cepat! Dan itu sangat-sangat luar biasa!" Cahyo tersenyum takjub. "Aku, aku merasa biasa-biasa saja. Tapi mungkin apa yang kau bilang barusan benar juga, tapi yang jelas aku manusia normal! Aku bukanlah mutan!" "Terus kalau bukan mutan apa lagi? Apakah kamu titisan Dewa? Atau turunan Alien? Itu lebih tidak mungkin lagi kan? Karena tidak ada Dewa di dunia ini, dan Alien juga tidak mungkin, karena daerah kita tidak terkenal dengan hal-hal seperti itu!" "Aku juga tidak tahu, tapi ..." "Tunggu, apa kamu pernah makan sesuatu yang asing selama ini, atau ada orang asing yang pernah kasih kamu sesuatu, atau kamu pernah jatuh ke tempat asing, dan menemukan sebuah pusaka atau senjata yang bisa membuatmu seperti sekarang ini, atau kamu ..." "Hei, hei...cukup! Tidak perlu setinggi itu mengkhayal nya! Semua yang kamu katakan itu, aku tidak pernah mengalaminya! Jelas!? Ya, sudah kita bahas itu nanti, kita ke Kampus sekarang! Bukankah kita ada tehnical meeting buat persiapan Camp Gathering besok?" "Hmm, hmm, hmm, tapi ini belum beres! Penyelidikan ku masih belum menemui titik terang, sepertinya aku harus bekerja sama dengan SHIELD, NASA atau FBI untuk bisa..." "Ngawur kamu! Kamu mau aku dijadikan bahan kelinci percobaan hanya gara-gara hal seperti ini? Kamu mau aku di mutilasi, dan di chek satu persatu organ tubuhku, dan disedot seluruh darahku untuk dijadikan bawahan eksperimen dan penelitian? Kamu mau aku seperti itu ? Kamu tega sekali ya!" "Hahaha, justru sekarang kamu yang mengkhayal ketinggian! Ya , mana mungkin lah aku melakukan hal seperti itu! Ini akan jadi rahasiaku, rahasia kita! Demi sumpah persahabatan kita, aku janji! Tapi kamu juga harus janji untuk terus terang kepadaku, apa yang terjadi sebenarnya!" "Itulah, aku sendiri juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini! Tapi aku pasti akan cari tahu, dan menyelidikinya sendiri. Nanti akan kuberi tahu padamu tentang kebenarannya!" "Oke sip! Aku juga tidak akan tinggal diam! Aku pasti akan bantu buat menyelidikinya, karena cita-citaku sebenarnya adalah menjadi seorang Detektif Profesional dan terkenal!" Cahyo mengangkat alisnya sambil tersenyum bangga. "Ya ,ya, ya...tidak masalah. Terserah kamu! Sebaiknya kita segera mandi dan siap-siap!" "Oke! Aku duluan!" Cahyo berlari dengan cepat ke Closet. Meninggalkan Langit yang masih mematut diri di cermin. Saat itulah telepon genggamnya berdering. Sebuah telepon Android versi lama yang sudah usang. Langit bergegas mengambilnya, sebuah nomor asing tertera disana. "Halo, ini dengan Langit?" "Iya, dengan siapa ini?" " Syukurlah, ini dengan Vania! Aku jemput kamu sekarang ya!" "Apa? Ja...jangan..." Tuutt! Tuutt! Tuutt! sambungan itu keburu putus. Langit menghela napasnya. Vania meneleponnya. Dan ingin menjemputnya! Masalah baru, rasa lama, akhirnya muncul kembali! ***"Aku minta maaf, gara-gara aku, Dave jadi membuat masalah denganmu!" ujar Vania, di balik kemudinya. Wajahnya yang blasteran Indo-Spanyol nampak sangat manis dan menggoda. Dengan mata coklat , serta hidung mancung yang lancip dan bibir merah yang tipis, membuat dirinya memiliki pesona tersendiri. Dia adalah satu dari Angel of Five! "Sudahhlah, gak masalah, lagi pula aku sudah gak kenapa-kenapa," jawab Langit canggung. Cahyo hanya diam sambil pasang muka masam di kursi belakang. Dia tidak mengerti dengan Langit, kenapa masih mau berhubungan dengan gadis-gadia bermasalah dan memiliki beberapa Herder galak di belakangnya! Walau tidak dipungkiri, mereka adalah gadis-gadis sosialita level atas, dengan kecantikan selangit yang menyandang gelar Angel of Five! Tapi tetap saja resikonya besar, dan hampir tidak sebanding! Yang lebih mengherankan, kenapa gadis-gadis ini mau terus-menerus mendekati Langit, padahal pada kenyataannya mereka sudah memiliki pasangan masing-masing! Pasti ada ses
Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan! Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" P
Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Mobil Truk itu melaju dengan kencang, seolah mengejar waktu. Langit dan dua kawannya menumpang di bak belakang Truk, bersatu dengan barang-barang properti kemping. Sekitar lima belas menit yang lalu, Langit menemukan seekor Kucing putih dengan corak warna hiasan hitam di kepala dan perutnya. Kondisinya cukup mengenaskan. Mahluk mungil itu itu entah kenapa bisa terjepit diantara tumpukan terpal besar. Beruntunglah Langit segera menemukannya, dan berhasil menyelamatkan Kucing Putih tersebut. Walaupun kaki belakang sebelah kanannya pincang, terluka dan mengeluarkan darah. Terjepit diantara besi dan terpal besar. Langit memberikan pertolongan pertama seadanya, membalut kaki kucing tersebut dengan perban. Sempat di cakar beberapa kali oleh sang kucing, dengan geraman khasnya karena dianggapnya Langit hendak bermaksud jahat. Namun akhirnya bisa tenang dan duduk diam, bahkan tertidur di pangkuan Langit! Sempat berdebat dengan Hardi, dan temannya yang lain, supaya membuang kucing tersebut
Langit dan Hardi segera berlari ke arah sungai, menuruni undakan-undakan bukit kecil, menyusuri jalan setapak tanah merah. Keduanya berusaha sampai di tepi sungai dengan segara. Mengejar asal sumber suara barusan. Tiba-tiba Hardi mendadak sontak menghentikan langkahnya. Membuat Langit hampir menabraknya dari belakang. "Kenapa? Ada apa berhenti?" tanya Langit. Napasnya nampak naik-turun. "Aku tanya, kamu bisa ngobatin orang kesurupan?" Hardi balik bertanya. Langit meggeleng kuat. "Tidak bisa, kamu?" "Sama! Kalau begitu, ngapain kita ke sini? Memang kita bisa menolongnya? Salah-salah malah kita yang ikut kesurupan!" ujar Hardi khawatir. "Ah, tidak mungkin. Kita sudah tanggung kemari! Kita lanjutkan saja, siapa tahu di sana sudah ada banyak orang, dan mungkin kita bisa bantu apalah gitu! Ayo lanjut!" "Tapi ini beresiko, sebaliknya kita kembali saja!" Hardi mendadak segan. Nyalinya seolah hilang, berceceran di belakang. "Ya, sudah! Kalau begitu, aku yang akan kesana sendiri, k
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi