"Kamu sudah gila ya? Ngapain kamu bawa gadis itu ke sini? Kamu tahu siapa dia?" Cahyo memaki panjang pendek.
"Ya aku tahu, dia adalah Angeline, terus kenapa? Masalahnya dimana?""Pertanyaan macam apa itu? Kamu ini bodoh atau gimana? Dia adalah salah satu dari Angel's of Five di kampus kita! Dan kamu bilang masalahnya dimana? Apa kamu tidak kapok dengan wajahmu yang babak belur hampir setiap hari!?""Sabar, Cahyo! Aku hanya menolong dia, gak lebih! Perkara nanti ada orang yang mengklaim pacarnya lalu memukuli ku, itu urusan belakangan! Yang penting aku sudah tolong dia, karena aku gak tega melihat dia pingsan di jalan, dilempar dari mobil!""Ya, kenapa harus kamu yang menolong dia! Kenapa kamu gak pura-pura buta aja, dan biarkan dia disana! Kamu pasti akan selamat dari masalah selanjutnya! Karena aku punya firasat, ini bakal ada buntutnya!""Apa kamu gak punya nurani dengan membiarkan dia terbaring di jalan? Kalau dia dibawa sama orang jahat bagimana? Aku pasti akan menjadi orang yang sangat bersalah!""Kamu terlalu berlebihan! Kenapa gak kamu bawa aja ke Rumah Makan, Rumah Sakit atau ke Kantor Polisi sekalian? Biar masalahnya selesai?""Aku gak terfikir kesana. Yang pasti aku harus tolong dia, itu saja!""Jadi kamu lebih memilih mendapat masalah dari pada selamat karena menghindari masalah?""Aku lebih memilih menolong orang!""Walau harus babak belur dan menderita?""Aku gak masalah!""Dasar bodoh! Aku gak mau terlibat lagi kalau kamu ada masalah!" hardik Cahyo kesal."Ya sudah!" jawab Langit sama-sama kesal."Aaahh...Dimana aku?" sebuah suara merdu mengejutkan mereka. Spontan keduanya menoleh. Gadis itu sudah sadar."Eh, kamu ada di kost-an kita! Maaf, tapi jangan salah faham, kamu dibawa kesini karena waktu itu...""Langit, kaukah itu?" tanya Angeline. Tidak memperdulikan penjelasan Cahyo."I..iya, maaf...Aku yang bawa kamu kemari...""Wajah kamu, kenapa?" Alis cantik Angeline melengkung membentuk dua bulan sabit. Langit salah tingkah sambil memegangi wajahnya yang masih memar membiru."Ah, ini...Aku jatuh di jalan tadi...""Oh, begitukah? Bukannya kamu...""Aku tidak apa-apa, kamu gak perlu khawatir!" tukas Langit cepat."Oh, oke...baiklah,... Emh, Bisa bantu aku berdiri? Aku ingin ke kamar kecil!""Oh, eh..itu...""Ya sudah, sama aku saja, aku antar...""Apa aku memintamu mata empat?" Mata Angeline mendelik. Membuat hati Cahyo menciut."Langit, tolonglah! Aku mau...pipis...?" Angeline malu-malu. Wajah cantiknya meringis."Ba..baiklah..." Langit menuntunnya dengan segan. Angeline memegang bahunya, namun tiba-tiba terpekik dan secara refleks memeluk Langit!"Aauuw...Maaf, kakiku sepertinya keseleo, kamu bisa bawa aku ke kamar kecil?" Angeline menatapnya nanar. Langit merasa salah tingkah. Hatinya bergetar tak karuan. Wangi parfum di tubuh Angeline nyaris membuatnya mabuk kepayang."Baiklah..." Langit melepaskan pelukan Angeline dengan halus, lalu memapahnya ke kamar kecil. Cahyo menatap dengan pandangan iri dan memelas."Kamu tidak akan ikut masuk kan?" tanya Angeline seraya tersenyum."Oh, tentu saja tidak!" Langit langsung menutup pintu closetnya. Menunggu beberapa saat, dengan perasaan canggung."Sssttt... Sini bentar!" bisik Cahyo."Ya, ada apa?""Giliranku yang papah dia! Kamu duduk di sini saja!" ujar Cahyo dengan wajah bak Serigala, tidak bisa menyembunyikan rasa iri di hatinya."Oh, gitu? Gak masalah!" Langit angkat bahu sambil tersenyum simpul. Suara air di Closet masih terdengar."Menurut kamu, kenapa dia sampai di lempar dari mobil? Apa itu gara-gara bertengkar dengan pacarnya atau bagaimana?" tanya Cahyo sambil berbisik."Mana aku tahu? Itu urusan dia, bukan urusan kita!""Ya, terus menurut pendapatmu bagaimana?""Aku gak punya pendapat apa-apa!""Dasar bodoh! Masa kamu gak punya pendapat apa-apa? Apa kamu gak curiga kenapa dia seperti itu?""Apa itu harus? Sudahlah, jangan menebak segala sesuatu yang belum pasti, apa lagi sampai menuduh yang tidak-tidak, Itu tidak baik!""Aku tidak nuduh, aku hanya penasaran saja!""Kenapa tidak kamu tanyakan langsung kepada orangnya?""Mana bisa begitu? Ya sudahlah, susah bicara dengan kamu!" Cahyo bersungut.Krieettt!Pintu closet terbuka. Keduanya segera bertukar tempat. Cahyo menunggu di depan pintu closet. Sementara Langit duduk di sisi tempat tidur."Hei, lagi ngapain kamu di sini? Apa kamu sedang ngintip aku?" tanya Angeline ketus. Wajah cantiknya menunjukan rasa tidak senang. Cahyo gelagapan seperti orang kebakaran jenggot. Hatinya malu sekali. Sementara Langit menutup mulutnya, berusaha menahan tawanya yang hampir mengembang."Maaf, ti..tidak.. tidak seperti itu! Sama sekali tidak.. itu...saya...""Langit, kemarilah!" panggil Angeline. Cahyo langsung menepi. Mau tidak mau Langit beranjak mendekatinya."Kakimu sudah baikan?""Belum, papah aku ke tempat tidur, please!""Eh, iya..." sekali lagi Langit dengan ragu, mendekap tubuh Angeline dari samping. Diiringi tatapan lava yang panas dan membara milik Cahyo."Bolehkah aku sementara disini dulu, sambil menunggu supirku datang?""Eh, itu...tidak masalah!" Langit menggaruk kepalanya. Angeline tersenyum dengan manis. Wajah bidadari miliknya nampak putih bercahaya."Kamu tinggal sendiri di sini, Langit?""Aku bersama temanku, Cahyo!""Ooo...berdua ya? Tapi, kalian masih normal kan?""Normal? Maksudnya?" Langit tidak mengerti. Angeline tersenyum simpul."Oh, tentu saja kita normal! Normal banget!" Cahyo menjawab dengan cepat. Mengerti apa yang di maksud sang gadis."Baguslah, aku fikir..." Angeline tersenyum lucu dan manis sambil memberi kode dengan kedua jarinya."Hehe, kita tidak sampai kesana, paling cuma peluk-pelukan saja!""Apa?" Angeline menoleh cepat."Becanda...Becanda!" Langit tesemyum lebar sambil menggaruk kepalanya. Cahyo menatapnya sewot. Sebal dengan ucapan Langit. Gak lucu! Fikirnya kesal."Langit, bisa pijat kakiku?" tanya Angeline tiba-tiba. Langit terkejut. Begitu pula Cahyo. Bara api cemburu di hatinya kembali merambat dengan cepat sampai ke ubun-ubun!Sial! Langit menang banyak malam ini!"Ba..baiklah!" Langit dengan perasaan segan memijat pergelangan kaki dan betis mulus putih milik Angeline. Terasa licin dan halus. Dia berusaha tenang dan mempertahankan pikirannya untuk tetap positif supaya tidak melayang kemana-mana."Langit, kamu sudah punya pacar?" tanya Angeline tiba-tiba."Eh, oh itu..tidak..belum. Ya, siapa yang mau dengan orang seperti aku?" ujar Langit apa adanya. Angeline tertawa kecil."Kenapa jadi minder kayak gitu? Tampang dan penampilan kamu oke, Pasti tidak akan susah buat menjaring para gadis! ""Haha, kamu bisa aja. Ikan kali dijaring! Untuk hal itu... aku belum terpikir kesana!""Oh ya? Kenapa?" Angeline meilirk Langit."Tidak kenapa-kenapa. Mungkin karena keadaanku yang tidak terlalu baik saat ini, dan aku sepertinya belum layak untuk itu. Selebihnya aku ingin lebih fokus dengan kuliahku dulu!" jawab Langit jujur."Oh, begitu ya? Aku rasa kamu hanya terlalu pesimis dengan keadaanmu sekarang, tapi itu bisa kamu rubah dengan kerja keras! Bersemangatlah! Aku yakin kamu bisa jadi lebih baik kok!" Angeline memberi motivasi. Langit hanya bisa menggaruk kepalanya. Ucapan gadis itu ada benarnya."Sudah cukup, sepertinya kakiku agak baikan sekarang!""Oh, syukurlah!" Langit menyeka keningnya yang tiba-tiba berkeringat."Aku ingin kita video bersama! Boleh?" pinta Angeline. Cahyo dan Langit kembali saling pandang."Video live sama kita berdua?" tanya Cahyo dengan muka bersinar. Namun kembali redup mendengar kalimat selanjutnya dari 'Sang Bidadari'."Dengan kamu saja Langit, boleh ya? Kemarilah! Anggap saja ini sebagai rasa terima kasih dan kenang-kenangan bahwa aku pernah masuk ke kost-an kamu!""Oh, oke, baiklah!" Langit mendekat dengan segan. Cahyo mengkerut di sudut ruangan. Hatinya merana. Sementara Angeline langsung berpose dengan manis sambil memeluk Langit. Membuatnya kembali nervous. Beberapa kali ponsel canggihnya mengabadikan momen tersebut."Oke, aku sedang bersama Langit malam ini, aku sedang ada di kost-an dia! Nah, kalian jangan iri ya! We found the winner!" ujar Angeline tersenyum manis sambil berbicara di mode video."Oke, terima kasih Langit. Aku tidak akan melupakan pertolonganmu. Selain tampan, kamu juga baik hati! Hanya satu saja kekuranganmu, dan mulai sekarang harus bisa kamu rubah ...""Oh ya? Apa itu?" Langit penasaran."Andai saja kamu mapan, dan kaya, mungkin akan banyak gadis yang mengantri untuk berada di samping kamu!" ujar Angeline sambil tersenyum simpul."Hehe, sepertinya itu adalah hal yang mustahil bisa ku raih.Tapi aku sangat bersyukur dengan keadaanku saat ini, Tuhan sudah memberiku hidup yang sempurna!""Ya, bersyukur adalah baik. Tapi lebih baik lagi kalau kita bisa terus bekerja keras untuk mewujudkan mimpi kita supaya jadi orang kaya! Banyak uang! Karena dengan kekayaan, kita bisa menguasai banyak hal! Dengan uang kita biasa membeli segala hal, apapun itu! Termasuk cinta! Jadi berusahalah dan jangan pesimis!" Angeline lagi-lagi tersenyum simpul. Langit hanya bisa menggaruk kepalanya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.Cahyo menggigit bibirnya. Menahan perasaan cemburunya yang siap meledak. Dia langsung termotivasi untuk menjadi kaya. Karena dia ingin membeli cinta! Cinta seorang Bidadari cantik seperti Angeline!"Sepertinya sopirku sudah datang, dia menunggu di luar! Terima kasih atas waktu dan pertolongannya, Langit!""Tidak masalah! Ngomong-ngomong Kaki kamu sudah gak kenapa-kenapa?""Kakiku sudah agak baikan sekarang. Pijatanmu sangat manjur! Oh ya, Langit, tolong pertimbangkan dengan baik kata-kataku yang barusan!""Oh ya? Yang mana?""Bekerja keras, dan jadilah kaya!"***"Saranku, sebaiknya kamu jangan kuliah hari ini!" ujar Cahyo sambil memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Langit mengerutkan keningnya. Dia baru saja beres memakai baju, dan bersiap untuk menyisir rambutnya, sambil berkaca di cermin. Seraut wajah gagah rupawan nampak di sana. Wajahnya sendiri.Jujur saja, Langit sedikit bangga dengan wajah dan penampilannya. Wajahnya yang putih bersih, perpaduan antara ras Arya dan Asia. Mata Coklat, alis yang tebal, hidung mancung yang kokoh serta rahang yang kuat. Didukung dengar postur tubuh yang cukup tinggi, berdada bidang dan terlihat proporsional, dengan tinggi badan 178 centimeter! Membuatnya tidak pernah bosan memandang wajah dan penampilannya sendiri di cermin.Apa mungkin karena ini para gadis senang berada di dekatnya, dan sering terlihat mengejarnya, walaupun akhirnya dia harus menerima resiko dipukuli atau di bully oleh para fans dan pacar gadis-gadis cantik tersebut! Ya, mungkin saja begitu. Tunggu, bicara di bully dan dipukuli, bukanka
"Sudah kubilang, jangan masuk kampus hari ini! Kenapa kamu bebal sekali? Lihatlah, lukamu parah sekali hari ini!" "Sudahlah, uhk...Nanti juga sembuh sendiri..." "Kamu percaya diri sekali! Gak akan ada luka yang sembuh tanpa di obati! Lhatlah, sepertinya tulang rusukmu ada yang kena, ini memar sekali Langit! Aku khawatir retak di dalamnya! Ini bahaya! Apa mereka memakai alat untuk menghajarmu?" "Sepertinya iya, ada beberapa menggunakan Keling, tongkat kasti dan sepatu Lars panjang. Ya sudahlah, aku yakin aku akan sembuh besok pagi," "Kita ke Rumah Sakit sekarang! Jangan mengambil resiko dengan eksperimen mu yang konyol itu, memangnya kamu Vampire yang mempunyai regenerasi penyembuhan sel lebih cepat dari manusia biasa? Kita berada di dunia nyata, Langit! Ini bukan film Super Hero ataupun dunia Mutan dan cerita para Dewa! Sadarlah!" "Aku hanya penasaran saja, dan kalau besok aku masih belum sembuh, baru kita ke rumah sakit," "Itu sudah terlambat namanya! Kamu mau lukamu infeksi d
"Aku minta maaf, gara-gara aku, Dave jadi membuat masalah denganmu!" ujar Vania, di balik kemudinya. Wajahnya yang blasteran Indo-Spanyol nampak sangat manis dan menggoda. Dengan mata coklat , serta hidung mancung yang lancip dan bibir merah yang tipis, membuat dirinya memiliki pesona tersendiri. Dia adalah satu dari Angel of Five! "Sudahhlah, gak masalah, lagi pula aku sudah gak kenapa-kenapa," jawab Langit canggung. Cahyo hanya diam sambil pasang muka masam di kursi belakang. Dia tidak mengerti dengan Langit, kenapa masih mau berhubungan dengan gadis-gadia bermasalah dan memiliki beberapa Herder galak di belakangnya! Walau tidak dipungkiri, mereka adalah gadis-gadis sosialita level atas, dengan kecantikan selangit yang menyandang gelar Angel of Five! Tapi tetap saja resikonya besar, dan hampir tidak sebanding! Yang lebih mengherankan, kenapa gadis-gadis ini mau terus-menerus mendekati Langit, padahal pada kenyataannya mereka sudah memiliki pasangan masing-masing! Pasti ada ses
Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan! Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" P
Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p
Bronze Shine Cafe terletak di Pusat Pertokoan Elit di Kota Banda bernama Istana Cendrawasih. Salah satu Check Point terkenal dengan harga propertinya yang sangat mahal. Hanya kalangan orang-orang kaya dengan harta selangit yang bisa membeli properti mewah di kawasan ini. Disana ada ratusan ruko dan rukan mewah lima tingkat yang di sulap menjadi Hotel Bintang Lima, Cafe, Restauran, dan Tenan dengan brand-brand terkenal dari dalam dan luar negeri. Dibalut dengan segala kemewahan dan keunggulannya, menjadikan Kawasan Pertokoan Elit Istana Cendrawasih sebagai aset properti pilihan utama dan paling diminati di Kota Banda. Dan kesanalah tujuan Langit sekarang. Mereka bertiga, bersama Bagas dan Riza, dua orang mahasiswa di kampusnya yang juga merupakan fans dari Tiffani Ambarita, alias Fani yang sekarang sedang berada dalam kondisi tidak baik di bawah cengkraman Gavin dan geng nya. Langit masuk ke sebuah Cafe yang cukup mewah, dengan penjagaan ketat beberapa security bertampang sangar da
Krieeettt! Tiba-tiba pintu terbuka! Hampir bersamaan dengan sepuluh orang pengawal Diego yang bersiap untuk bergerak! Diego secara spontan memberikan tanda! Mereka pun berhenti dengan serentak! Seorang waitress cantik masuk ke ruangan, dengan membawa nampan berisi minuman beralkohol kelas atas. "Maaf tuan-tuan yang terhormat, minuman utama sudah siap!" ujar Waitress cantik itu, bola matanya yang cantik sekilas melirik ke arah Langit. "Hmm, oke miss Lintang! Terima kasih banyak! Kenapa kamu tidak sekalian bergabung bersama kita di sini?" tanya Gavin, tertarik dengan kecantikan Waitress bernama Lintang ini. "Maaf sekali, Tuan Gavin! Tamu saya banyak yang belum dilayani, banyak Waitress yg mendadak sakit, jadi saya harus lembur dari tadi siang!" jawabnya sopan. "Hmm, oke lain waktu kita nyanyi bareng ya!" Gavin mengedipkan matanya. Lintang membalas dengan senyuman manis. "Ya sudah, kamu boleh keluar sekarang! Nih buat kamu!" Diego mengeluarkan beberapa lembar seratus ribuan se
"Hei, kamu! Bangun! Bangun!" seseorang berkali-kali menepuk-nepuk pipinya. Langit membuka matanya. Dia kembali terkejut! Langit menemukan dirinya di sebuah ranjang kecil, di tempat yang tidak di kenalnya sama sekali! Di sampingnya, seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat bermata sejuk memperhatikan dia dengan tatapan tajam dan serius. "Di...dimana aku? Siapa kau?" tanya Langit pelan. Dia meraba wajahnya! Deg! Jantungnya berdetak keras! Dia merasakan wajahnya baik-baik saja. Dan dia merasakan seluruh tubuhnya baik-baik pula! Tidak ada rasa sakit ataupun ngilu dan perih sedikitpun! Ya, memori Langit langsung mengingat dengan jelas, apa yang terjadi. Dia sudah dihajar secara sadis beramai-ramai oleh para Pengawal Diego yang sangar dan bengis tadi malam! Dan sesudahnya, dia bertemu dengan Paman Wangsa, seorang pria perlente paruh baya yang berbicara aneh tentang dirinya. Dan sekarang, dia berada di tempat ini. Bersama seorang gadis cantik!
Langit sudah tahu siapa orang ini sebenarnya. Bahkan dia adalah sosok yang selama ini diingat dan sedang di cari olehnya. Laporan dari teman-temannya di Sky Kingdom tempo hari, ketika ada penyerangan ke Kampus, terkait Kasus Bintang Pop Jepang Yuni Hanasaki yang menyebabkan Langit kena Skrosing keras. Dan muaranya adalah dia dan Kelompoknnya. Hazel, Golden Table dan Royal Knight! Sejatinya Langit sudah melupakan masalah itu, karena insiden ini sudah memakan waktu cukup lama. Bahkan ketika pertemuannya dengan Royal Knight di Istana William Burgez, dan akhirnya bertemu dengan Hazel, Bullock, Neil dan lainnya, dia menganggap semuanya biasa-biasa saja. Namun karena sikap dari Hazel yang selama ini selalu menyebalkan, dan selalu memancing konfrontasi dengannya, membuat Langit yang semula santai dan enggan menggubris akhirnya mulai tersulut juga. Walau dia masih melihat beberapa tokoh konkrit dan sangat penting di Royal Knight, dari mulai Master Shin Wu, Bullock, Neil bahkan Roman Arc
'Kenapa aku tidak boleh memukulnya Tuan?" Bullock berusaha menahan diri. Langit menggelengkan kepalanya."Kamu tidak boleh melakukannya Bullock....""Tapi mereka sudah menghina dan menuduh Tuan Langit!""Betul Tuan! Mereka sudah berani merendahkan Tuan! Mereka memang wajib di hajar!" David Huang ikut merasa geram."Setuju! Kita tidak boleh diam saja, nanti mereka bisa ngelunjak dan menghina kita terus Tuan!" timpal yang lain."Tuan, tolong untuk kali ini izinkan aku untuk memberi mereka pelajaran!" Bullock setengah memaksa."Ya, aku juga akan menghajarnya! Aku tidak peduli walau harus dapat hukuman atau di diskualifikasi sekalipun!""Sudahlah, kalian jangan terbawa emosi,""Tidak bisa Tuan, baiknya, kita sikat saja sekalian biar mereka tidak kurang ajar lagi kedepannya!""Sudah kubilang, tidak boleh!""Ta..Tapi kenapa Tuan?""Kalian tidak perlu banyak bertanya!""Tapi kami ingin kejelasan Tuan!""Kalian ini! Sudah kubilang, jangan lakukan itu...! Karena....Aku sendiri yang akan mengha
Beberapa saat sebelumnya. Zaghold dan Gurrick tidak menduga sama sekali ada serangan cepat dan mendadak, disertai dengan kekuatan yang tidak main-main siap menghantam keduanya! "Sialan! Aku tidak sempat..." Zaghold panik. "Kekuatan ini...Matilah kita!" teriak Gurick ikut ketakutan. Dia merasa kekuatan tinju yang datang ini jauh lebih kuat dari yang tadi. Sebelum kedua tinju Langit sampai dan mengenai mereka... "Berhenti anak muda!" sebuah suara keras entah datang dari mana mengejutkan semuanya. Bersamaan dengan itu sebuah bayangan Luning keemasan bergerak sangat cepat menghadang kedua tinju Langit! Dess! Dess! Duaarrr! Dua kekuatan besar beradu secara berturut-turut, menimbulkan. suara ledakan yang dahsyat seperti bom, hempasan angin yang ditimbulkannya mampu menerbangkan jutaan material pasir dan batuan, bahkan sanggup menerbangkan Zaghold dan Gurock secara bersamaan. Namun justru itu yang menyelamatkan mereka, karena kedua Tinju Langit ada yang meng-counter, hingga tid
"Kenapa kalian lama sekali heh? Kami sudah boson menunggu!" seru seseorang di muka gerbang. Mereka adalah beberapa orang yang sudah berada di Pintu Gerbang Akademu yang nampak berdiri dengan megah dan menjulang. "Nel!? ....l Neil!" Bullock berteriak gembira. Di Pintu Gerbang berdiri beberapa orang yang sudah menunggu mereka. Para sisa Kandidat yang sepertinya sudah lolos dari Ujian Masuk Akademi. Jumlah mereka tidak lebih dari Dua Puluh Orang saja! Neil Langsung menyambut Bullock, keduanya saling berpelukan seperti layaknya sahabat karib. yang sudah lama tidak bertemu. "Kalian hanya bertiga? Mana Jones dan yang lainnya?" tanya Bullock. "Jones...Dia...Dia..." "Tidak perlu kamu tanyakan itu! Dia adalah bibit gagal yang memang sudah seharusnya disingkirkan sejak lama!" jawab Hazel dingin. Bullock terdiam. Neil dan Chen nampak saling pandang, namun tidak berani berkomentar. "Selamat Kak Bullock, kamu berhasil. Dan sepertinya... Kalian semua masih dengan Kelompok yang Utuh seja
Langit bukannya tidak mengetahui kekuatan para Mahluk menyeramkan di depannya. Jika dibandingkan dengan kelompoknya, mereka jelas berada di atas kelompok Langit. Bahkan masih berada di atas Bullock yang menguasai Ranah Cakra Langit Level dua! Setidaknya diantara mereka berada satu dua tingkat di atasnya. Dan itu tidak termasuk Zaghold! Langit melihat Salah satu Kepala Suku Ras Terkuat Bangsawan Troll itu berada di ranah Alam Master tingkat Enam, satu tingkat di atas Gurrick, sang Jenderal Goblin! "Mungkin ini adalah satu-satunya cara terbaik aku menguji kekuatan ku, sebelum kedepannya aku harus menyimpan rapat-rapat ketika aku masuk Akademi! Mungkin akan kelihatan aneh dan timpang nantinya.Tetapi tidak masalah. Aku sudah berada di sini. Aku jelas harus membela diri. Dan aku akan berjuang untuk melakukan yang terbaik! Biarlah aku memberi sedikit kejutan pada mereka. Pada Kumpulan Badut ini, juga kepada orang-orang yang sejak tadi terus mengawasi kami. Ya, semoga aku tidak salah b
Sialan! Kenapa mereka bisa ada di sini? Bukankah mereka harusnya berada di... " Sharock bergumam kesal dalam hatinya. "Kakak, kenapa para Bajingan Troll ini bisa berada di wilayah kita?" "Ya, mereka seharusnya berada di Padang Monster bersama dengan Mahluk sialan lainnya. Bahkan mereka dengan seenaknya menerobos Gua Kabut. Apa tidak ada yang menjaga di sana?" "Kakak, bukankah idemu yang menyuruh kita mengerahkan hampir setengah Pasukan untuk menyambut mereka di sini? Karena kamu khawatr Gua Kabut akan hancur?' "Ya, kamu benar Rydock. Coba kamu lihat sekarang. bahkan para pasukan kita masih belum bisa siuman. Dia berhasil menghajar telak Pasukan Inti kita! Hei, ini adalah Visiku! Penerawanganku! Aku akhirnya berhasil menghindarkan malapetaka yang seharusnya terjadi!" Sharok teringat sesuatu. "Maksudmu?" "Dasar bodoh! Belajarlah menjadi Goblin yang cerdas! Kamu lihat apa yang sudah dia lakukan dengan area ini? Dia berhasil membuatnya hancur berantakan! Bukan cuma pasukan, daerah
"Ada apa sebenarnya dengan para Penguji di sana? Apa mereka hendak membunuh para Kandidat?" Andromeda memukul meja dengan geram. "Itu adalah bagian dari prosedur yang aku ceritakan kepadamu. Setiap Kandidat disesuaikan dengan para Pengujinya. Aku fikir ini masih dalam tahapan yang wajar dan bisa di benarkan," "Wajar apanya? Ratusan Goblin dan Tiga Jenderal nya ikut turun tangan. Ini jelas tidak bisa di benarkan sama sekali, Tuan Muda Veganza!" "Kakak, sabarlah, tidak perlu panik dan protes seperti itu. Ini adalah kurikulum yang sudah disetujui oleh para Petinggi Akademi, dan juga... " "Diam kau Aurora! Apa kamu tidak pernah berfikir, sehebat-hebatnya para pemuda ini, mereka tetaplah Kandidat yang belum memiliki Pengalaman luas dan Mental yang kuat! Walau terlihat berbakat..." "Mereka, terutama pemuda ini terlihat spesial Kak. Dan aku yakin, dia masih sanggup mengatasinya, justru ujian ini sangat penting untuk menentukan sampai dimana batas kekuatannya, Kak!" "Tapi ini sudah san
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer