Share

79

Author: Andromeda Timur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kembali dari liburan yang singkat namun penuh kenangan di Labuan Bajo, kehidupan kembali ke rutinitas sehari-hari. Jakarta yang sibuk menanti mereka dengan segudang aktivitas yang sudah menunggu.

Summer kembali bekerja sebagai asisten rumah tangga di apartemen Rain. Meski lelah karena aktivitas di rumah Rain, dia merasa lebih segar setelah liburan, seperti ada energi baru yang membuatnya lebih fokus dan bersemangat.

Rain, di sisi lain, mulai tenggelam kembali dalam pekerjaannya, terutama dalam persiapan acara launching produk kecantikan terbaru milik Wulan. Meskipun sibuk, pikirannya sering kembali pada momen-momen indah bersama Summer dan Haru di Labuan Bajo.

Di sekolah, Haru tampak ceria dan penuh semangat saat menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya. "Kalian harus lihat pasir pink itu sendiri! Rasanya seperti di dunia lain!" ujarnya dengan antusias. Cerita tentang pantai, komodo, dan snorkeling membuatnya menjadi pusat perhatian di kalangan teman-temannya.

Nam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ART Kesayangan Tuan Rain   80

    Wulan berdiri di luar pintu kantor Ben, merasakan denyut jantungnya yang tak menentu. Tangannya sedikit gemetar ketika dia hendak mengetuk pintu, namun rasa penasaran dan kecemasan memaksanya untuk segera masuk tanpa basa-basi. Dia tidak ingin menunda konfrontasi ini lebih lama lagi. Begitu pintu terbuka, ia melihat Ben duduk di balik meja kerjanya, tampak terkejut saat melihatnya."Wulan?" Ben mengangkat alis, bingung dengan kedatangan mendadak tunangannya. "Ada apa? Kok nggak bilang kalau mau ke sini?"Wulan tak membuang waktu. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang ia terima kepada Ben. "Ini apa, Ben? Kamu bisa jelasin ke aku?"Ben mengambil ponsel Wulan, menatap layar dengan wajah yang perlahan memucat. Ia memang tidak mengenal nomor telepon tersebut, tapi hanya ada orang yang bisa ia pikirkan dalam situasi serba kebetulan seperti ini. Sudah jelas, ini adalah ulah Sari yang juga mengancamnya beberapa waktu lalu. Sepertinya wanita i

  • ART Kesayangan Tuan Rain   81

    Ben duduk sendirian di sudut bar yang remang-remang, dengan segelas bourbon di tangannya. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, atau mungkin hanya imajinasi Ben yang terlalu terbebani dengan pikirannya. Setiap tegukan bourbon terasa berat, seperti beban di hatinya yang semakin menekan.Pikirannya terus berputar, memikirkan ancaman Sari yang semakin lama semakin intensif. Sari, dengan segala kecerdikannya, telah berhasil mengoyak ketenangan hidup Ben. Dan kini, Ben merasa terjebak dalam skenario yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Semua keputusan yang diambilnya selama ini tampak sia-sia di hadapan ancaman Sari yang begitu nyata."Ben," katanya pada dirinya sendiri, suaranya nyaris tenggelam oleh musik jazz yang lembut di latar belakang. "Kamu harus cari jalan keluar dari semua ini. Kalau nggak, semuanya akan hancur berantakan."Ben tahu bahwa posisinya saat ini sangatlah rentan. Jika Wulan sampai tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, tidak hanya hubungannya dengan Wula

  • ART Kesayangan Tuan Rain   82

    Malam itu, suasana di rumah Summer terasa lebih hening dari biasanya. Rain duduk di sofa, menyusuri layar ponselnya dan sesekali mengetik sesuatu pada laptop yang ada di depannya. Sesekali, dia meletakkan ponselnya dan memijat pelipisnya yang terasa berat. Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran yang tak berkesudahan—tentang pekerjaan, dan terutama tentang permintaan ibunya. Rain mendesah, karena ternyata liburan tidak menghilangkan pikiran dan kenyataan yang ada. Summer sedang berada di dapur, menyiapkan teh hangat untuk mereka berdua. Dia tahu bahwa Rain tampak lebih murung belakangan ini, meski Rain berusaha menutupinya dengan senyuman yang dipaksakan. Tetapi Summer cukup peka untuk merasakan perubahan halus dalam diri Rain. “Tehnya sudah siap,” ujar Summer, mencoba menyelipkan sedikit keceriaan dalam suaranya saat ia menghampiri Rain dengan dua cangkir teh. “Terima kasih, Summer,” jawab Rain dengan senyum tipis, menerima cangkir dari tangan Summer. Saat mereka mulai menyeruput t

  • ART Kesayangan Tuan Rain   83

    Setelah menenangkan Haru yang akhirnya tertidur dengan lelap, Summer dan Rain menuju ruang televisi. Meski malam sudah cukup larut, tak ada tanda-tanda kelelahan di wajah mereka. Malam ini, lebih dari sekadar jam tidur yang terlewatkan, mereka dibayangi oleh kecemasan yang masih belum terjawab.Summer duduk di sofa dengan posisi tubuh yang sedikit membungkuk, wajahnya terlihat lelah dan penuh dengan rasa bersalah. Rain menyusul, duduk di sampingnya, menyandarkan punggungnya ke sofa, mencoba mengusir kepenatan yang terasa di sekujur tubuhnya. Dalam keheningan yang menyelimuti ruangan itu, hanya suara detak jarum jam yang terdengar, menghitung setiap detik yang berlalu.Summer tahu, kejadian tadi mungkin menimbulkan tanda tanya pada Rain. Karena itu, Summer berusaha untuk menjelaskan pada Rain. "Aku... Aku bilang ke Haru kalau Ben sudah meninggal," ucap Summer dengan suara serak, memecah kesunyian. Rain mengangguk pelan, tidak terkejut dengan pengakuan itu. Ia sudah tahu tentang hal i

  • ART Kesayangan Tuan Rain   84

    Keesokan harinya, matahari baru saja menyembul di ufuk timur ketika Rain bersiap mengantar Haru ke sekolah. Meski pikirannya masih penuh dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab, ia berusaha menjaga sikapnya tetap tenang di depan Haru. Anak kecil itu tampak ceria seperti biasanya, mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi dan memeluk tas punggung kecilnya. Rain tersenyum, berusaha menyingkirkan kekhawatiran yang sempat menghantuinya sepanjang malam. Summer yang melepaskan kepergian mereka, melambaikan tangannya sambil tersenyum. Ia harap hari ini akan menjadi hari yang lebih baik, Haru maupun ia dan Rain. Perjalanan ke sekolah Haru diisi dengan percakapan ringan, lebih banyak tentang pelajaran dan teman-temannya. Haru, meski semalam sempat menangis dan bertanya tentang ayahnya, kini tampak ceria kembali. Namun, Rain tahu bahwa di balik senyuman polos Haru, ada sebuah keingintahuan besar yang masih mengganjal. Setibanya di sekolah, Rain mengantar Haru ke kelasnya, melambaikan

  • ART Kesayangan Tuan Rain   85

    Di sebuah kafe yang cukup tersembunyi di sudut kota, suasana yang biasanya tenang dan santai hari itu terasa lebih berat. Sari duduk di salah satu sudut, memandang jendela besar yang menghadap ke jalanan. Secangkir kopi hangat berada di depannya, namun ia tak menyentuhnya sama sekali. Perhatiannya tertuju pada ponsel yang terus-menerus ia cek, seolah-olah menunggu pesan yang tak kunjung datang. Ketika pintu kafe berbunyi, matanya segera beralih ke pintu masuk. Ben, dengan wajah yang tak menunjukkan emosi apapun, memasuki kafe dan langsung menuju meja tempat Sari menunggunya. Tanpa sepatah kata pun, Ben duduk di depan Sari, pandangannya lurus ke depan. Ia terlihat seperti seseorang yang baru saja menelan pil pahit, dan memang begitulah yang ia rasakan. Hubungannya dengan Sari semakin membelitnya dalam jaringan yang sulit untuk ia lepaskan. Ia menyadari bahwa tak ada lagi jalan keluar yang mudah dari situasi ini. Sari mengangkat alisnya, menyadari ketegangan yang jelas di wajah Ben. "

  • ART Kesayangan Tuan Rain   86

    Setelah bel sekolah berbunyi menandakan akhir hari, Rain menjemput Haru seperti biasa. Haru, dengan ransel yang lebih besar dari tubuhnya, berlari kecil menuju mobil Rain. Rain tersenyum melihat anak itu, dan membukakan pintu untuknya. "Bagaimana hari kamu di sekolah, Haru?" tanya Rain sambil menghidupkan mesin mobil dan mulai melaju perlahan. Haru yang biasanya ceria tampak sedikit murung. Dia duduk diam sejenak, seolah-olah sedang mempertimbangkan apa yang ingin dia ceritakan. "Baik-baik saja, Om. Haru main sama teman-teman, jajan, belajar... oh iya! Haru juga ikutin kata-katanya ibu buat nggak bicara sama orang asing." Rain melirik Haru dari kaca spion dalam, merasa ada sesuatu yang janggal. "Emangnya ada orang yang ngajak Haru ngobrol?" Haru mengangguk. "Ada, Om. Ada Om-om yang tadi datang ke sekolah waktu jam istirahat," jawab Haru, matanya menatap lurus ke depan. "Dia bilang dia temannya ibu." Rain merasakan napasnya tertahan sejenak. Ia merasa ada sesuatu yang tidak b

  • ART Kesayangan Tuan Rain   87

    Malam itu, setelah Haru tertidur lelap di kamarnya, Rain dan Summer duduk bersama di ruang tamu rumah Summer. Malam telah cukup larut, namun mereka tetap terjaga, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka. Suasana di antara mereka tenang, namun ada kekhawatiran yang menggelayuti hati mereka berdua. Rain duduk di sofa, sementara Summer duduk di kursi di seberangnya, memandangi Rain dengan sorot mata penuh perhatian. "Masih belum ada petunjuk," tanya Summer akhirnya, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran. Rain menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia tahu bahwa ia harus menceritakan pertemuannya dengan Sari kepada Summer. Ia tidak ingin menyembunyikan apapun darinya, terutama tentang hal-hal yang menyangkut Haru. "Aku ketemu dengan Sari sore tadi," ujar Rain, suaranya terdengar serius namun tenang. Summer mengernyitkan alisnya, sedikit terkejut mendengar hal itu. "Oh? Jadi gimana? Dia bilang apa aja?" Rain kembali menarik napasnya, pelan. "Aku tanya ke dia

Latest chapter

  • ART Kesayangan Tuan Rain   Epilog

    Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya

  • ART Kesayangan Tuan Rain   119

    Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe

  • ART Kesayangan Tuan Rain   118

    Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan

  • ART Kesayangan Tuan Rain   117

    Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem

  • ART Kesayangan Tuan Rain   116

    Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da

  • ART Kesayangan Tuan Rain   115

    Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b

  • ART Kesayangan Tuan Rain   114

    Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,

  • ART Kesayangan Tuan Rain   113

    Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p

  • ART Kesayangan Tuan Rain   112

    Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj

DMCA.com Protection Status