Dinda sekarang teriak-teriak. Nyuruh orang itu supaya berhenti secepatnya. Tapi orang itu nggak peduli. Dia nggak mau nurut apa yang Dinda punya dan malah menambah kecepatan untuk kabur dari lokasi minimarket secepat mungkin. Waktu mobil masih jalan pelan, sebetulnya Dinda punya peluang untuk kabur menyelamatkan diri. Tapi pikiran itu nggak jadi dilakuin karena sadar Dinda punya jabang bayi yang harus dijaga dan dilindungi. Wah, Dinda udah ketakutan setengah mati. Secara refleks nalurinya langsung melindungi perutnya yang sudah ada Dinda atau Ramond junior di dalamnya.“Jangan takut. Lu nggak bakal gue apa-apain koq. Tenang aja,” kata orang itu menenangkan.Orang itu lantas ngebuka tutup hoody dan menolah ke Dinda.Dinda kaget bukan main begitu dia lihat tampang orang itu.“Kamu?”*Ramond ingat kalo baterai ponsel Dinda udah habis dan dalam k
Nggak pake lama, Ramond dan Dinda udah sampe di rumahnya yang kecil tapi asri. Dan setelah mandi dan nyantap makan malam, baru deh Dinda cerita apa yang terjadi.Orang yang jadi penumpang terakhir mereka adalah orang yang kemudian bawa kabur mobil dengan Dinda masih ada di dalamnya. Dan orang itu ternyata adalah Panji, teman sekelas Dinda. Popularitas Dinda gara-gara prestasinya membuat dirinya diliput media dan dari sanalah Panji bisa melacak keberadaannya yang baru.Panji rupanya sedang dalam masalah besar. Pak Satya, selaku ayahnya, sedang diteror Rojab. Mantan anak buah pak Satya yang dendam gara-gara pernah setahun lebih masuk penjara karena kasus pencurian motor. Sudah berkali-kali dia bikin ulah tapi Pak Satya dan anaknya, Panji, nggak bisa bikin apa-apa. Mereka takut lapor ke polisi karena takut masalah jadi makin runyam. Rojab yang sekarang sangat beda dengan yang dulu. Rojab sekarang jadi kepala preman dan disinyalir ada bekingan o
Begitu lama-lama ngejomblo pun akhirnya tetap terasa lebih banyak gak enaknya. Argo umurnya jalan terus dan kalo dibiarin, akan jadi nggak enak juga karena kesannya dia itu nggak laku. Itu jelas situasi yang dia nggak suka. Jadi itulah sebabnya belakangan ini dia lagi dekatin seorang gadis perawan, namanya Rohmah. Pak Satya yang bergaya flamboyan ini rajin lakuin PDKT dan dia merasa cintanya nggak bertepuk sebelah tangan.Flexing atau berlagak dan pamer kekayaan emang udah jadi tabiat orang itu dari dulu. Tapi seiring mundurnya ekonomi, pak Satya sekarang hanya bisnis di satu bidang aja yaitu bisnis tangki truk tinja. Jadi bayangin aja apa yang terjadi ketika ada seorang Rojab yang gila – dengan dibantu beberapa anak buah – menteror dirinya. So pasti itu akan nyasar tangki truk tinja tadi. Mulai dari pentil ban dicopot, plat nomor di-pilox, wiper dicuri.Tapi itu rupanya masih belum seberapa. Hari itu ada kejadian lai
Panji tersenyum kecil. “Lu makin cantik, Din.”Tanpa banyak berekspresi dan sambil ia terus memperhatikan catatan, Dinda hanya menjawab singkat. “Thanks.”“Pasti lu ikut pilates ya?”“Mmm…”“Nge-gym juga kali.”“………..”“Luluran?”Dinda menghela nafas, melepas kacamata, dan mulai bicara. “OK, gue udah cek. Datanya cukup ini aja dulu. Mudah-mudahan aja gue bisa bantu ngatasin.”“Makasih. Lu yakin kasus ini bisa selesai cepat kan?”“Yakin.”“Terus, bayarnya gimana?”“Lu punya duit berapa?”“Ga ada,” jawab Panji tandas. “Tapi kalo lu mau gue bisa kasih ciuman lagi.”Muka Dinda spontan memerah. “Sialan. Ngungkit-ngungkit aja lu.”“Tapi lu suka kan?&rdquo
“Lu punya duit berapa?”“Ga ada,” jawab Panji tandas. “Tapi kalo lu mau gue bisa kasih ciuman lagi.”Muka Dinda spontan memerah. “Sialan. Ngungkit-ngungkit aja lu.”“Tapi lu suka kan?”“Buat gue itu bukan ciuman.”“Apa dong?”“Tipuan. Hukuman atas kelalaian gue dalam menghadapi elo.”“Ayolah, Din. Gue tahu itu first kiss-nya buat lu. Mustinya itu hal berkesan dong. Iya kan? Ayo dong jawab.”Dinda lantas pergi begitu saja. Sadar bahwa mereka sehabis ini memang harus berpisah, Panji tidak mengejar dan hanya meneriaki dari jauh:“Hei! Gue serius!”*Orang-orang yang bangkit dari masa lalu sekarang ngejar Dinda. Kalo tadi adalah kasusnya Panji, hari ini kasus baru yang muncul di depan mukanya adalah Sandro.Pasca tamat SMA, hubungan Dinda dengan Sandro biasa-biasa aja sih. Dekat nggak, akrab nggak. Yang pasti, mereka nggak musuhan. Mereka nggak bisa lagi akrab seperti saat SMA karena Dinda kan udah tinggal di tempat lain bareng suaminya.Nggak tahu gimana ceritanya, itu orang tau-tau aja
Mereka hanya kasih saran-saran sederhana yang intinya bagaimana pun juga hidup itu punya tantangan sendiri. Nggak ada seorang pun di dunia yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi besok. Jadi karena itulah perlu untuk manusia itu dalam ketidaktahuannya malah jangan jadi sok, jumawa, atau percaya diri terlalu berlebihan yang cenderung mendewakan kekuatan diri sendiri.Mengenai teknis bagaimana nanti nolong Sandro, Dinda dan Sandro akan pikirin lebih lanjut.*Biarpun udah sukses ngerjain pak Satya sampe putus hubungannya dengan calon yang jadi bininya, Rojab masih belum puas. Dia masih ingin membalas dan kalo perlu menjatuhkan pak Satya sampe orang itu kapok sekapok-kapoknya. Ancaman itu bukan hanya sekedar om-do, alias omong doang. Dengan didampingin tiga anak buahnya yang bodinya paling item, paling serem, paling tinggi, paling jelek, Rojab sampein pesan itu dengan dia mendatangi langsung di kantornya. Dan begitu ketemu langsung, makin stress aja itu orang. Pak Satya gementar keta
“Bukan mau negative thinking, tapi adakalanya kita juga harus ingat bahwa di dunia ini akan ada aja orang-orang yang manfaatin kebaikan kita.”Ceret yang tengah dipakai menjerang air, berbunyi. Dinda mau bangkit ke dapur tapi Ramond buru-buru mendahului.“Udah Mama duduk aja dulu. Biar Papa yang urus di dapur,” katanya. Ia mematikan kompor dan dengan sigap melakukan tugas lain yaitu menyiapkan makan malam.“Papa ada usulan apa yang kita perlu lakuin ke Sandro?”“Kalo maksud Mama adalah nyari pekerjaan ke dia, Papa nggak tau. Dengan skill dan pengalaman yang terbatas dari Sandro, memang apa yang bisa kita tawarin?” Sambil mulutnya berbicara, tangan Ramond juga sibuk menyiapkan makan malam yang menunya telah mereka pesan secara online.“Ayo Manis, duduk di sini.” Ramond menarik kursi dan menyilakan Dinda duduk.&nbs
Padahal semua orang tahu bahwa milih jodoh bukanlah hal yang gampang karena itu menentukan hidup seseorang di masa depan. Mau rumah tangga bahagia atau hancur, semua ditentukan dari kehidupan pernikahan yang bahagiaKasus yang dialami Pak Gumelar adalah contoh betapa Dinda sekarang jadi merasa bersalah karena merasa dirinya ikut bertanggungjawab atas hancurnya pernikahan orang itu. Belum lagi kasus Sandro yang merasa tercampakkan. Mengenai Bimbim, Dinda belum pernah ketemu atau ditelpon orang itu. Tapi apa yang dia alami juga membuktikan bahwa saran dari aplikasi ternyata nggak tepat karena – pikir mereka – kalo saran itu tepat, seharusnya Bimbim nggak perlu memutus hubungan dengan Bunga. Dimana Bunga jadi akhirnya ngambil kehidupan yang kacau dengan hidup bersama orang lain.Dan selain masalah berkaitan aplikasi, Dinda masih dihadapkan dua masalah rumit lain. Pertama, soal munculnya kembali Panji. Dan kedua, munculnya kembali Mi