Magiciantrick mendominasi sejarah peradaban Mesir, sorcerer tidak akan menyalahgunakan sihir mereka-Sihir itulah yang mempercepat mobilitas perekonomian Mesir. Membuat kilang minyak cukup dengan mengayun tongkat sihir dan membaca mantra sesuai kebutuhan. Sihir mereka juga digunakan untuk mempercepat pertumbuhan pohon-pohon kurma zaitun dan anggur, cukup menyiram dengan air mantra dari ritual tahunan untuk Dewa Reb-dan pohon itu tumbuh dengan cepat, berbuah lebat. Dalam hitungan tahun Mesir sudah menguasai negara disekitarnya, memenangkan pertempuran dengan Israel dan Suriah, orang-orang Het yang memakai topi kulit kucing-simbol pengabdian untuk Dewa Bastet sangat ganas menghabisi lawan mereka karena topi dengan kulit kucing itu membuat kekuatan mereka bertambah berkali lipat dan kebal sihir, pasukan tantara Firaun tidak akan mati selama topi itu duduk manis diatas kepala mereka. Kami menyebut sihir itu dengan-Magician. Dewa-Dewa Mesir menganugrahi setiap anggota kel
Ditengah gurun pasir yang tandus, tidak ada kabilah dagang yang lewat. Takhtat tidak tahu dia berada dimana, sejauh mata memandang hanya ada gurun dan hamparan pasir. Takhtat berjalan tak tahu arah tujuan, dia menuruti kata hatinya. Takhtat tiba di sebuah pohon rindang di hamapran pasir, cukup untuk berteduh ditengah panasnya terik matahari. Perutnya semakin buncit, usia kandungan terus bertambah sebagaimana perjalanan waktu. Sebentar lagi dia akan melahirkan anaknya, dia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang dan mendirikan pondok sederhana. Takhtat dengan sisa kekuatannya memotong dahan pohon dengan foundingmagiciannya, “tasyahuniam!” petir biru menyambar dahan pohon yang cukup besar, dahan pohon itu jatuh berdebum, mengepulkan butiran pasir di sekitarnya, dia mendirikan tiang pondok sederhana, lantas dirobeknya kain sutera yang lebih dari cukup menutup tubuhnya-sebelumnya kain itu adalah gaun permaisuri kerajaan Mesir yang menjadi idaman setiap Wanita, sekarang dirobe
Kabilah perampok itu sampai di Mesir membawa semua hasil rampokan, seorang Wanita, dan satu anak kecil berumur 5 tahun. Kabilah yang sangat beruntung mendapatkan harta yang banyak dalam sekali penjarahan. Mereka singgah di sebuah rumah yang disewakan oleh penduduk Mesir, ibu dan anak itu sudah dibawa ke pusat pedagangan Mesir oleh pria penunggang kuda putih yang tak lain adalah pemimpin perampok. Pusat perdagangan manusia terbesar saat itu, letaknya tak jauh dari pasar tradisional yang menjadi pusat kegiatan jual beli. Cahaya begitu menyilaukan mata, saat penutup kepala itu dilepas dari kepala Takhtat, matanya mulai mengerjap-ngerjap melihat sekelilingnya, Fenhrir duduk di sebelahnya dengan tangan terikat dan kain hitam menutup kepalanya. Banyak sekali orang yang berkumpul melingkarinya, bak pedagang yang datang dari kota jauh dengan membawa banyak emas untuk dijual dengan harga murah. Begitu juga dengan Takhtat dan Fenhrir yang sekarang menjadi emas itu-objek transaks
Matahari mulai terbit di ufuk timur, burung pipit hinggap di gandum-gandum ladang Huja, awan putih menyaput langit Mesir pagi itu, Fenhrir sangat bersemangat sepanjang pagi ini, Huja yang biasanya belum bangun sepagi ini, Huja terpaksa bangun lebih awal dan mengimbangi semangat Fenhrir. Sepanjang pagi ini Fenhrir sudah 3 kali mengingatkan Huja agar lebih cepat bersiap. Fenhrir mengajak Huja berlatih sihir di padang rumput milik Huja, Fenhrir tidak sabar melihat sihir Huja yang tidak pernah dia lihat, jadwal rutin Huja adalah mengurus ladang, karena Fenhrir memaksa Huja menurutinya untuk berlatih jadi apa salahnya menuruti permintaan anak ini. Diam-diam Huja juga tertarik dengan sihir Fenhrir yang langka, mereka segera menuju ke padang rumput untuk saling unjuk kemampuan sihir. Pria berusia 24 tahun itu berjalan di belakang, tentu karena Fenhrir berlari merangsek tidak sabar melihat padang rumput Huja. Saat Fenhrir sedang berlari kearah padang rumput itu
Waktu berlalu dengan cepat, usia Fenhrir 10 tahun. Itu artinya hari-hari baru dengan Huja sudah 5 tahun. Cukup lama dia berlatih dengan Huja hingga kemampuannya meningkat sangat pesat, tapi sayang belum bisa mengalahkan Huja. Dia terlalu kuat karena menguasai teknik percepat dan perlambat waktu. Dan Fenhrir belum bisa menguasai teknik sihir lain, hanya kemampuan bela diri yang diajarkan Huja. Kemampuan bela diri jarak dekat-pukul tendang. “Bisa kau bantu aku Fen?” tanya Huja di pagi hari itu. “Tentu apa yang haru kubantu? Kau hanya memasak seperti biasa.” Fenhrir yang sedang melatih fisiknya terhenti karena panggilan Huja. “Kau tidak perlu membantuku memasak Fen, aroma tanganmu tidak sedap, dan keringatmu bisa mengotori masakan ini,” balas Huja dengan nada mengejek lengkap dengan seringgai yang sangat dihafal Fenhrir 5 tahun ini. “Lalu apa?” jawab Fenhrir dengan ketus, dia berdiri di balik punggung Huja, ikut melihat masakan Huja. “Baiklah tolong pergi ke pasar sebentar, aku memb
Matahari terik membasuh pagi yang damai itu, usai sarapan Fenhrir dan Huja pergi berlatih. Di tempat biasa, padang rumput milik Huja dengan batu besar di tengah tempat istirahat Latihan. Lima tahun silih berganti, mereka berlatih dengan tekun. Mengembangkan potensi sihir mereka. Huja masih belum pensiun menjadi guru Fenhrir, teknik percepat dan perlambat yang dikuasai Huja semakin berkembang, dia baru saja menyempurnakan batu sihir yang bisa membuat subjek bebas dari jangkauan sihirnya, Fenhrir bisa menggunakan batu itu untuk kombo bertarung dengan Huja. Kemampuan Fenhrir juga berkembang pesat, fisiknya semakin kuat dan lincah. Lawan kesulitan melukainya, belum lagi dia punya kemampuan menyembuhkan diri pasti itu sangat merepotkan lawannya. Huja memberikan Latihan fisik ekstra karena dia belum bisa menguasai teknik sihir lain, dia memberikan latihan bela diri jarak dekat. Tendang pukul. “Lakukan pemanasan, Fen!” Bentak Huja, dia sekarang seorang guru sihi
Kuda melaju cepat dan lambat, menembus keramaian jalanan. Mereka melewati jalan utama kota Mesir, pemandangan kantor peradilan dan barak prajurit. “Jadi siapa Kares dan Feme itu? Aku baru mengenalnya tadi pagi.” tanya Fenhrir sembari menengok kanan kiri. “Mereka anak Panglima kerajaan dengan Nyonya Kaiys, sayangnya usia pernikahan mereka tidak bertahan lama, saat usia Kares dan Feme 5 tahun Panglima menikah lagi, kasih sayang Panglima sepenuhnya untuk istri barunya Belia, Wanita cantik yang didapatnya dari pelelangan. Nyonya Kaiys bunuh diri setelah satu tahun berikutnya setelah pernikahan mereka. Kares dan Feme sangat bandel dan sering kabur setelah kematian ibunya, entah faktor ibu tirinya yang jahat atau mereka yang cemburu perhatian ayahnya tertuju pada ibu tirinya, dan membuat ibu kandungnya bunuh diri.” jawab Prajurit. ‘Lima tahun tidak bertemu, apakah kau itu ibu?’ ‘Bagaimana mungkin itu kau? Kau sungguh tidak mencariku, aku disini sangat merindukanmu. Dan entah bagaimana pe
“Permisi, permisi, permisi,,” mereka bertiga membelah keramaian kota, beberapa buruh panggul minggir, menyisakan jalan untuk kuda Prajurit. “Yihhaaa,” Kuda yang mereka tunggangi melengos, gemelatuk suara sepatu kuda yang beradu dengan jalanan batu. Toko karet gelang berada di samping kantor keamanan kota, kantor keamanan kota adalah polsek jika di masa sekarang. Beberapa Prajurit yang sedang berjaga menyapa rombongan Johan, Johan dan Nahtan yang bersama Fenhrir menyapa kembali dengan anggukan dan lambaian tangan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di teras toko karet gelang. “Kita sampai!” seru Nahtan, mereka turun dari pelana kuda. Mengikat tali kuda ke tiang toko. Seorang Ibu paruh baya tersenyum, menyapa pelanggan yang datang sesiang ini, dia adalah penjaga toko karet gelang tetap, dia pasti mengenalnya. “Permisi Nyonya, kami sedang mencari anak kembar ini, apakah ibu mengenalnya atau pernah melihatnya?” tanya Nahtan dengan sopan s
Panglima Misri berdiri diantara sepuluh rekan penyihirnya, mereka mengadakan kumpul mendadak di sebuah gubuk kayu, tidak jauh dari rumah Panglima Misri, gubuk itu adalah rumah Bo dan Be, adik kakak yang dibesarkan oleh Penyihir hebat Mesir, sayangnya dia sudah meninggal dan namanya akan selalu dikenang oleh penyihir zaman itu.Mereka adalah penyihir abjad, kumpulan penyihir baik yang sangat kuat, bergerak sesukanya asalkan berniat baik dan tidak merugikan pihak lain, berada diluar teritorial hukum Mesir. Mereka menyembunyikan identitasnya, karena mereka adalah bagian terpenting dari pembuatan piramida. Upacara agung tidak akan berhasil tanpa kematian mereka.“Persetan! Berani-beraninya mereka menculik Bo!” pria bercambang putih itu memukul meja, berseru marah. Gelas air alkohol di meja ikut bergeming.“Tenanglah Be, kami turut berduka cita atas Bo, kita bisa mencari jalan keluar bersama-sama! Jadi bersabarlah, kita tidak bisa bergerak sekarang. Masih terlalu dini, bisa s
Huja dan Fenhrir dipersilahkan masuk ke rumah Paman Ruth, rumah sederhana yang luas. Huja ingat betul dengan kenangan rumah ini. Rumah inilah saksi bisu perjuangan Paman Ruth dengan Bibi Ruth. Dia juga ingat saat kecil suka bermain dengan Sepupunya di halaaman rumah ini, Jason Ruth. Huja terkenal nakal saat itu, dia suka menangkap anak ayam Bibi Ruth. Tapi itu sudah dulu, sekarang Huja bisa menangkap apa saja jika dia mau. “Brak,” pintu rumah itu di dorong keras oleh Paman Ruth, kemudian berseru keras. “Aku bawa tamu spesial Sayang!” Paman Ruth mencari istrinya, dia tidak ada di ruang tamu. Padahal dia hafal betul dengan istrinya, jam segini dia biasa membaca majalah di ruang tamu, menunggu kepulangannya. “Aku di kamar mandi Sayang tunggu sebentar!” Bibi Ruth berseru membalas, dia sedang di kamar mandi. “Psst, apakah mereka? Hmm, sejak dulu?” Fenhrir terheran dengan keributan suami istri itu juga memotong bagian yang tidak sopan, mereka tidak ada romantisnya. Memiliki kebiasaan ber
Di kediaman Panglima Mesir. Panglima Misri duduk dikursi goyang kesukaannya, kursi itu terbuat dari rotan jumlahnya ada dua, sepasang. Hanya Panglima dan Istri tercinta saja yang boleh duduk disana karena itu oleh-oleh dari negeri seberang. Dia duduk santai di kursi itu, menatap hilir mudik pusat Kota Mesir dari ketinggian tiga lantai rumahnya, pandangannya terfokus pada pembangunan piramida yang masih di lapisan kelima. Belia datang bergabung dengan membawa sepiring buah-buahan. Duduk di kursi goyang sebelahnya, dia menatap wajah Panglima yang mengkerut melihat pembangunan piramida yang sudah seperempat jalan. “Mau anggur suamiku?” Tanya Belia, Panglima Misri tersenyum, mengambil sebutir anggur dari piring buah-buahan. “No, no, no. jangan suamiku! Berikan anggur itu padaku!” sahut Belia ketus, dia manja sekali saat menghibur suaminya. Dia mengambil sebutir anggur dari tangan Panglima Misri. “Yang benar seperti ini! Aku menawarkan anggur bukan berarti a
“Blush!” tubuh Raps si kanguru Afrika menguap menyisakan asap putih pekat. Kanguru itu kembali ke dalam kertas gulungan.“Mantra pemanggil memiliki batasan waktu dan kemampuan, mereka akan keluar dari kertas gulungan ini hanya 10 menit, jika kemampuan hewan pemanggil sudah melemah, segera kembalikan! atau mereka bisa mati sia-sia.”Huja menunjukkan cara mengembalikan hewan pemanggil. Caranya dengan mengacungkan jempol kanan, otomatis mantra pemanggil akan lenyap dan hewan piaraan Huja akan menguap menjadi asap putih-menghilang.“Oke, selanjutnya apa?”“Bawa buku sejarah sihir Mesir, masukkan kedalam peti kayu!” Huja menyuruh Fenhrir. Huja mengecek kembali isi peti kayu itu. ‘Ada yang kurang!’.“Bawa baju ganti Fen!” Huja mengambil baju gantinya juga Fenhrir, melipatnya dan memasukkan kedalam peti kayu.“Baiklah semuanya siap!” Huja memakai topi Het kebanggan ayahnya, mengikat tali sepatu dan melangkahkan kaki. Mereka berangkat berpetualang.
“Tok,, tok,, tok!” Fenhrir mengutuk pintu rumahnya, pintunya sudah dikunci, wajar saja karena sekarang pukul sebelas malam. “Tok,, Tokk,, Ayah aku pulang!” Fenhrir mengetuk pintu sekali lagi. “Hoammhh,, astaga Fen kau baru pulang, cepat masuk udara malam tidak baik untuk Kesehatan!” Huja membuka pintu dengan menguap lebar. “Kau pasti kesusahan menemukan anak kembar itu, lagipula kenapa kau ikut mereka.” Jelas Huja, tentu karena Fenhrir pulang semalam ini. “Aku lelah ingin tidur saja!” seru Fenhrir ketus, dia sudah sangat lelah. “Baiklah, selamat malam Fen.” Jawab Huja, Fenhrir seudah masuk kamarnya. Keesokan harimya, Fenhrir sudah bangun lebih dulu dari Huja. Dia sibuk mengobrak-abrik rak buku Huja, mencari buku sejarah sihir Mesir yang pernah ditunjukkan padanya. Huja bangun, dia melihat Fenhrir terheran. “Hoamhh,, kau sedang apa Fen? Tumben kau bangun sepagi ini. Apalagi mencari buku.” Huja meninggalkan Fenhrir di rak buku, dia memilih untuk buang
Pemandangan begitu nyata di mata Fenhrir, tubuhnya tidak bisa bergerak, dia berdiri di samping patung leluhur Mesir, termangu. Ketinggian patung itu sekitar tujuh meter, dibawah pualam marmer bangunan mewah, layaknya istana. Fenhrir mencermati pemandangan indah bangunan itu, sangat indah dengan ornament Mesir yang menhias mengelilingi tembok ruangan. Dia melongok ke atas, dia berdiri dibawah perisai patung leluhur. Dia kembali mencermati pemandangan di depannya, makanan tersaji di meja makan super besar, sepuluh kali besar meja makan di rumah Huja. Dibawah lamp kaca makanan itu seperti hiasan yang tidak layak dimakan, terlalu indah dan rapi. Dibawah lampu kaca ruangan itu juga, keluarga harmonis Panglima akan berkumpul. Pria gagah yang usianya 40 tahun lebih tua darinya duduk di kursi meja makan, dia adalah Panglima juga Ayah baginya. Wanita yang dikenalnya sebagai Iubu muncul dari balik pintu, diikuti pembantunya. Membawa masakan yang baru sa
“Brakkk,,” tubuh Fenhrir terlempar dari pelana kuda, Johan sengaja melemparkannya ke atas tumpukan kotak kayu di samping gudang tua. Fenhrir mengaduh kesakitan, dia tidak bisa melihat sekitar, wajahnya tertutup kain hitam. Tubuhnya yang terikat berkelit ingin lolos, dalam waktu ini Johan dan Nahtan unggul lebih cerdik.“Tolooongg,, seseorang tolong akuu,,” Fenhrir berteriak hingga suaranya parau, tubuhnya ikut berkelit-kelit. Johan dan Nahtan tidak tinggal diam, agar tidak mendapat perhatian dari buruh panggul yang sedang istirahat, Johan terpaksa menyeret tubuh Fenhrir ke dalam gudang.“Ssstt,, kau aman disini, jangan ribut nanti kami bisa berubah pikiran, sekarang diam. Tenanglah!” Johan mencoba mengendalikan suasana.“Hujaaa,,, tolong akuu.” Fenhrir berteriak sekencang-kencangnya.“Plak,, brak, brak” Nahtan terganggu dengan teriakan Fenhrir, terpaksa melepaskan satu pukulan dan dua tendangan.“Hukk,” Fenhrir mengaduh kesakitan. Tubuhnya berkelit lagi efek ra
“Permisi, permisi, permisi,,” mereka bertiga membelah keramaian kota, beberapa buruh panggul minggir, menyisakan jalan untuk kuda Prajurit. “Yihhaaa,” Kuda yang mereka tunggangi melengos, gemelatuk suara sepatu kuda yang beradu dengan jalanan batu. Toko karet gelang berada di samping kantor keamanan kota, kantor keamanan kota adalah polsek jika di masa sekarang. Beberapa Prajurit yang sedang berjaga menyapa rombongan Johan, Johan dan Nahtan yang bersama Fenhrir menyapa kembali dengan anggukan dan lambaian tangan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di teras toko karet gelang. “Kita sampai!” seru Nahtan, mereka turun dari pelana kuda. Mengikat tali kuda ke tiang toko. Seorang Ibu paruh baya tersenyum, menyapa pelanggan yang datang sesiang ini, dia adalah penjaga toko karet gelang tetap, dia pasti mengenalnya. “Permisi Nyonya, kami sedang mencari anak kembar ini, apakah ibu mengenalnya atau pernah melihatnya?” tanya Nahtan dengan sopan s
Kuda melaju cepat dan lambat, menembus keramaian jalanan. Mereka melewati jalan utama kota Mesir, pemandangan kantor peradilan dan barak prajurit. “Jadi siapa Kares dan Feme itu? Aku baru mengenalnya tadi pagi.” tanya Fenhrir sembari menengok kanan kiri. “Mereka anak Panglima kerajaan dengan Nyonya Kaiys, sayangnya usia pernikahan mereka tidak bertahan lama, saat usia Kares dan Feme 5 tahun Panglima menikah lagi, kasih sayang Panglima sepenuhnya untuk istri barunya Belia, Wanita cantik yang didapatnya dari pelelangan. Nyonya Kaiys bunuh diri setelah satu tahun berikutnya setelah pernikahan mereka. Kares dan Feme sangat bandel dan sering kabur setelah kematian ibunya, entah faktor ibu tirinya yang jahat atau mereka yang cemburu perhatian ayahnya tertuju pada ibu tirinya, dan membuat ibu kandungnya bunuh diri.” jawab Prajurit. ‘Lima tahun tidak bertemu, apakah kau itu ibu?’ ‘Bagaimana mungkin itu kau? Kau sungguh tidak mencariku, aku disini sangat merindukanmu. Dan entah bagaimana pe