Anaknya mirip suamikuPart 22 memohonApakah masih ada setelah ini? Enam tahun dibohongi, aku seperti wanita bodoh. Tanpa kucari tahu, ternyata kebusukan pasti terbobgkar. Allah punya cara menunjukkan kebenaran meskipun sangat menyakitkan."Elya, tolong jangan begini, ingatlah, ada Nana masih butuh kita." Tiba-tiba mas Denis muncul. Dia duduk di lantai sambil memegang tanganku. "Jika kamu memikirkam Nana, kenapa sangat mudah bagimu mengkhianatiku, Mas? Apakah karena aku tidak muda lagi?" Aku berusaha tidak meneteskan air mata."Bukan itu, aku khilaf, aku salah ...." Mas Denis meneteskan air mata. Tapi terlambat, rasa kasihan tak hinggap di hatiku."Aku khilaf, aku khilaf, Elya ...." Baru kali ini kulihat mas Denis menangis sesegukan."Khilaf? usia putramu 6 tahun loh, Mas. Apakah ini khilaf?" Tidak perlu bersuara lantang. Aku menjawab setenang mungkin. "Mbak El, maafkanlah Mas Denis. Aku yakin wanita di luar itu merayunya karena melihat Mas Denis punya mobil dan toko." Jhoni juga ik
Anaknya mirip suamikuPart 23 (rencana busuk)Pov DenisAgrh! Sial! Kenapa Mia tiba-tiba muncul disaat aku belum bisa menaklukkan Elya. Aku bisa dihajar Bapak Mia jika putrinya kusakiti. Bapaknya preman pasar, bisa mati aku dipukul. Ugrh!"Mas, sekarang kita bisa apa? Mbak Elya mungkin nggak bakalan memaafkanmu.""Tenang Jhon, aku butuh ketenangan memikirkan ini. Sekarang tambang uangku hampir hilang." Kunyalakan rokok sambil bersandar menikmati hembusan asapnya. Aku betul-betul galau."Aku sudah peringati, jangan banyak main perempuan.""Kamu nggak ngerti Jhon, Mia tu muda dan cantik, kamu lihat sendiri, 'kan? Lelaki mana pun pasti terpikat," jawabku membayangkan kemolekan Mia."Iya, tapi bukan diembat semuanya, belum lagi Susi karyawanmu.""Kamu nggak ngerti sih, Susi tu mengundang hasrat, lihat aja tubuhnya, montok semua.""Iya, tapi sekarang gimana? Mobil belum berhasil kudapat, eh, malah ketahuan.""Tenang Jhon, beri aku solusi. Elya tu wanita yang mudah dibohongi, dia pasti mera
Anaknya mirip suamikuPart 23 (pengkhianat dikhianati)Malam ini mas Denis pulang larut. Kudengar suara mobil masuk. Aku tetap duduk sambil menikmati secangkir kopi dan menonton sinetron kesukaanku. Entah kenapa mirip dengan kisah hidupku. Apakah begini yang banyak terjadi di luar sana? Sepertinya aku harus belajar trik dari sini. Tidak ada yang tidak mungkin, jika manusia sudah kebelet ingin sesuatu, pasti berbagai cara akan ditempuh, termasuk mas Denis. Aku tak kan tertipu lagi. Enam tahun sudah cukup bagiku dibodohi. "Kamu belum tidur, El?" Mas Denis ikut duduk."Bukan urusanmu," jawabku tetap santai menonton."Jangan marah dong, El. Aku sudah ngaku salah, apakah ini tidak cukup?" Enteng sekali cara bicaranya. Kulirik lelaki yang masih berstatus suamiku. Kali ini rasa sakit mengalahkan cinta. Mungkin perlahan cinta ini tak akan ada seiring sakitnya pengkhianatan. Aku yang cari uang, dia yang menikmati. Enak saja."Tidak usah basa basi. Waktumu hanya 4 hari, Mas.""Apakah kamu mau
Anaknya mirip suamikuPart 25 (mobil papa bergoyang)Pov NanaPadatnya kuliah hingga jam lima sore baru ke luar kampus. Padahal hari ini hasil tes DNA ke luar. Menyetir mobil aku menuju ke rumah sakit. Jika seandainya terbukti Ayu anak Papa, akan kubalas mereka yang mengkhianati mama. Siapa lagi yang membela mama kalau bukan aku. "Uh! Macet," gumamku melihat mobil berinsut maju.Dari pada terjebak kemacetan. Kuputar jalur mencari jalan sepi. Yaitu jalan tidak dikeramaian meskipun berjarak lebih jauh dari yang biasa kulalui.Ponselku berdering, Wa masuk dari mama, segera kubuka meskipun tetap menyetir mobil.[Na, sudah jemput tes DNA?]Kubalas sambil melihat sejenak ke depan karena sedang menyetir.[Ini lagi di jalan, Ma]WA mama masuk lagi.[Di mana? Kok baru jalan]Kubalas.[Lagi cari jalan yang nggak macet, tadi kuliahku padat, Ma][Hati-hati menyetir, mama tunggu di toko][Oke Ma]Kulanjutkan menyetir. Tak terbayangkan rasa sakit hati mama kalau seandainya tante Nayla benar seli
Anaknya mirip suamikuPart 26 (karma pengkhianat)Pov Susi"Mbak Susi nggak apa-apa?" Salah satu karyawanku menuntunku duduk.Kuhapus air mata dengan tisu dari meja. Nafasku sesaak, aku berusaha tenang."Aku nggak apa-apa, lanjutkan kerjamu, Mbak," ucapku.Tidak mungkin! Tidak mungkin mbak Reni mengkhianatiku. Mas Denis suamiku sekarang meskipun menikah siri, ada anak di rahimku. Tapi ..., kenapa harus kakakku? "Mbak, aku ke atas dulu," ucapku menoleh ke belakang."Hati-hati, Mbak."Kubalas tersenyum kecil, berlalu menaiki anak tangga ke lantai dua.Di kamar kutumpahkan tangisku. Tentang video mbak Reni dan mas Denis masih terbayang, bahkan membuka ponsel pun rasanya tak sanggup. Aku terus berpikir ini tidak benar, pasti video itu tidak nyata, tapi ..., itu hanya keinginanku yang berusaha mendustai kenyataan. "Aaaaa ...." Teriak pun rasanya tak cukup menggambarkan pedihnya hatiku. Jika itu wanita lain tak kan seperti ini pedihnya, tapi ini kakak kandungku.Apakah ini karma bagiku? A
Anaknya mirip suamikuPart 27 (pertengkaran)Astagfirullah'alazim. Mas Denis? Ya Allah ..., kali ini bukan bersama Susi, tapi Reni kakaknya Susi. Perbuatan gila macam apa ini, setahuku Susi sudah menikah siri dan hamil anak mas Denis. "Ma, Mama."Aku terperanjat. Saat melihat video ini berulang kali, rasanya tak percaya kalau itu mas Denis dan Reni. Kali ini aku tidak menangis atau merasa sedih seperti awal mengetahui perbuatan mas Denis. Mungkin inilah pengalaman membuatku kuat."Kamu bikin kaget," ucapku mematikan video itu.Nana duduk di kursi depan mejaku. Senyum-senyum sendiri seperti membayangkan sesuatu."Kenapa senyum-senyum, Na?""Maaf ya Ma, aku sudah jadi anak durhaka." Nana menyatukan telapak tangan seperti memohon."Ada apa, Na? Kamu salah apa?" Alisku bertaut menatapnya. Aneh saja tiba-tiba datang minta maaf."Tadi, tadi aku berhasil membuat gigi papa copot, Ma," jawab Nana pelan."Ha ha ha ha, jadi itu makanya papamu marah di video? Ha ha ha." Tak bisa menahan tawa. Ba
Anaknya mirip suamikuPart 28(dilaporkan masalah KDRT?)"Apa yang sudah dapat, Mbak?" tanya Nayla lagi."Bukan apa-apa, Tante. Hanya hasil ujian semesterku," sahut Nana duluan. Aku saja masih pikir jawab apa."Oh, aku kira ada masalah," jawab Nayla sambil duduk.Mereka duduk di sofa, tempatku biasa menonton televisi."Ma, aku berangkat dulu." Nana mencium punggung tanganku, lalu punggung tangan Nayla, Ratih dan Jhoni."Hati-hati ya, Na," ucap Ratih."Iya Tante." Nana berlalu menuju pintu.Kini, kami sudah duduk berkumpul di ruang tengah."Loh, kok televisinya nggak ada, Mbak?" Ratih menujuk ke arah televisi yang biasa terpajang. Kini tak terlihat."Mungkin dijual mas Denis," jawabku enteng."Dijual Mas Denis? Kok bisa, Mbak?" timpa Jhoni terkejut."Karna aku nggak kasih uang pinjaman.""Tapi mas Denis, 'kan, masih suamimu, Mbak," ucap Nayla. Terdengar ia seperti kurang suka dari ucapanku."Status di KK aja, bentar lagi KK-ku juga bakalan berubah.""Kamu nggak serius, 'kan, Mbak?" Nayl
Anaknya mirip suamikuPart 29 (hasil tes DNA)"Sabar, Mbak, mungkin Mas Denis khilaf atas laporan ini," ucap Jhoni, lagi-lagi membela saudara sepupunya."Oh, jadi khilaf lagi? Nggak masalah, aku iklas kok dilaporin," jawabku santai, lalu melangkah ingin pergi."Mbak El, sebaiknya pulang bareng aja."Langkahku terhenti."Nggak usah Jhon, aku nggak mau semobil ma dia, ntar ada KDRT lagi gimana? Lagian tu mobil juga mau kujual.""Kok dijual? Ini kan mobilku, El." Akhirnya mas Denis bersuara."Uangmu? Kerja keras dari mana? Toko aku yang punya, modal juga aku yang punya, lah kamu? Kamu tu cuma numpang hidup, Mas," cerocosku."Tapi aku yang kelola toko kain selama ini.""Iya Mbak El, Mas Denis juga usaha kok," timpa Jhoni."Usaha apaan? toh uangnya pergi entah ke mana.""Setiap bulan sepuluh juta, kan?""Sepuluh juta dikasih, habis tu lima belas juta diminta lagi, alasannya bantu ini lah, buat itu lah. Nyata uang dipakai untukmu bikin anak lagi."Mas Denis terdiam lagi, mukanya merah tanpa
Anaknya mirip suamikuPart 44 (Tamat)"Mbak El, ini laporan penjualan kain hari ini, Alhamdulillah tiga kali lipat dari bulan kemaren." Ratih menyodorkan buku penjualan dan buku orderan di mejaku."Coba kucek dulu, Rat." Kubuka kedua buku itu lalu membacanya.Lalu, Ratih duduk di kursi depan mejaku."Alhamdulillah, belum sebulan kamu di toko kain, pendapatan kita meningkat, Rat." Senang sekali aku melihat nominal angka yang tertera."Alhamdulillah, Mbak. Semua berkat rejeki dari Allah, aku hanya bekerja, Mbak." Ratih tersenyum.Ratih jujur dalam bekerja. Bahkan dalam kesibukkan ibadah salatnya tidak lupa, ia juga mengingatkanku di saat kesibukan jangan tinggalkan salat. "Assalamu'alaikum, Bunda."Kami tersentak mendengar seseorang mengucapkan salam. Kami lihat ke pintu, Vina melangkah mendekat. Aku dan Ratih menyambutnya dengan senyum sambil menjawab salamnya."Gimana kabar Bunda Elya dan Bunda Ratih?""Alhamdulillah baik, Nak," jawabku."Alhamdulillah, kami semua sehat," jawab Ratih
Anaknya mirip suamikuPart 43 (akibat dari mengemukakan nafsu)Pov DenisAstaga, gadis ini putriku? Cantik dan sukses. Sejenak aku malu, ia sudah lama mencariku, bahkan bertemu pun di kondisiku seperti ini. Nuri, kenangan bersamamu tak akan terlupakan, saat itu kita dimabuk cinta dan gelora jiwa muda tak terkendali. Kutinggalkan kamu tanpa kutahu kehamilanmu. Hebat, tanpaku kamu bisa membuat anak kita sukses. Senyumnyu sejenak melintas diingatanku."Ayah kenapa menangis?" Vina duduk kursi samping tempat tidur aku berbaring."Entah lah, tiba-tiba aku rindu Nuri. Aku merasa bersalah," jawabku menyeka air mata."Ibuku selalu cerita betapa Ayah lelaki yang romantis, meskipun aku sudah punya Ayah pengganti yang juga menjagaku dan Ibu. Aku tetap ingin bertemu Ayah, kucari ke kampung dan bahkan ke rumah Bunda Elya.""E-Elya?" Mendadak mulutku tergagap menyebut nama Elya. Bayangan putriku-Nana juga melintas. Aku punya banyak anak gadis. Astaga, kenapa aku jadi cengeng?Diam. Aku malu, untuk m
Anaknya mirip suamikuPart 42 (Part khusus 18 tahun keatas!)____________________________________________Pov Susi"Su-susi, ka-kamu mau ngapain?" Suara mas Denis tergagap. Ia menatapku memegang pisau. Aku perlahan mendekatinya."Mas ..., aku melakukan semua ini demi kamu dan Mbak Reni. Aku tau kamu suka tubuhku, hubungan diam-diam itu kita jalani bertahun-tahun. Aku pasrah asalkan kamu bertanggung jawab dengan biaya ibuku di kampung. Tapi ...." Kutatap pisau di tanganku, lalu aku tersenyum sinis sambil melihat burung mas Denis. "Ta-tapi apa, Sus?" Burungnya mendadak loyo. Mau terbang nggak punya sayap, sukanya mencari sarang. Bahkan ikut bertengger dengan mbak Reni. Menjijikan!"Kenapa takut, Mas?"Kulihat mas Denis perlahan ingin mengambil celananya yang berserakan di lantai."Ja-jangan Sus, ini asetku," jawab mas Denis tetap tergagap. Aku suka melihatnya takut. "Jangan bergerak!" teriakku. Rasanya ingin segera kupotong. Seenak hati main cinta menjijikkan bersama kakakku. Dikiran
Anaknya mirip suamikuPart 41 (Jaga sikap, Nay!)Pov Nayla"Kamu apaan sih, Mas? Aku tu bicara ama Ratih, kok kamu menariku? Ia adikku! Jadi kalau ia coba-coba menceramahiku biar kugampar," cerocosku kesal. Aku ini lebih tua dari Ratih, tapi seenak perut menceramahiku dan tak tahu sopan santun. Kesal!"Bukan gitu, Nay. Aku tidak suka melihatmu ikut mencaci Mbak Elya." Lagi-lagi bela perempuan tua itu. Deperti dia saja yang beri makan."Kok belain dia? Istrimu aku atau dia!" Suaraku lantang. Tak peduli orang-orang memperhatikan kami, toh jalan ini bukan milik mereka."Lah kamu lah istriku, Nay. Masak itu aja masih nanya."Kuhentikan langkah. "Makanya! Dengar aku dong, lagian apa untungnya sih, belain wanita tua itu?""Nay, lihat nih." Mas Jhoni mengeluarkan uang dari sakunya."Uang?" Mataku langsung segar melihat warna merah uang kertas pecahan seratus ribu. Rasanya bahagia ingin loncat tinggi. Tapi kutahan demi harga diri.Uang itu langsung kuambil. "Kita bisa makan enak hari ini, Mas
Anaknya mirip suamikuPart 40 (kesenangan yang menghancurkan)Khusus 18 !!Part ini terinspirasi dari kisah nyata dalam sebuah kasus yang ditangani seorang teman. Sebelumnya juga ada part "Dilaporkan KDRT?" itu juga bentuk kasus lainnya. Selamat membaca😊----Pov DenisMau apa aku sendirian di sini. Bosan, yang ada cuma wanita penyakitan yang bucin. Tak bisa melepaskan hasrat. Kalau bukan karena butuh uang dan tempat tinggal, ogah tinggal bersama Reni."Mas! Mas! tolong aku."Terdengar Reni memanggil dari kamar. Huuuh! Mau apa lagi dia. Tidak tau aku lagi merokok dan minum kopi. Baru juga santai pulang mengantarinya berobat. Merepotkan saja!Aku bangkit dan melangkah ke kamar. Di ambang pintu kamar kulihat Reni terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan bertambah kurus. "Apa Ren?" tanyaku sambil menghisap rokok."Tolong ambilin aku minum, Mas." Reni menujuk ke meja kecil yang terletak di sudut kamar. Ada teko air dan gelas.Terpaksa deh, kalau bukan karena satu atap, malas sekal
Anaknya mirip suamikuPart 39 (Tak sengaja bertemu) "Maafkan aku, Bunda, aku bukan mencari keributan atau menuntut sesuatu. Aku hanya ingin bertemu Ayah kandungku, sebelum ibu meninggal hanya foto ini bukti wajah Ayahku."Aku tahu maksud Vina. Dari lahir tak pernah bertemu mas Denis, bahkan keberadaanya tidak diketahui. Entah masa muda apa yang dilakukan mas Denis dan ibu Vina hingga hamil saja tidak diketahui mas Denis."Tak masalah bagiku, lagian kami sedang proses cerai. Oh ya, Vina tinggal di mana?"Rasa penasaran membuatku bertanya. Vina terlihat gadis berpendidikan, cara pakaian dan berucap pun sangat sopan."Kebetulan ini hari ke tigaku di kota ini. Aku pindah tugas di salah satu rumah sakit. Aku ngontrak di jalan Juanda nomor 5, Bunda.""Sepertinya Nak Vina seorang dokter?" Aku menerkanya, takut juga salah makanya bertanya."Betul Bunda, aku dokter bedah." Vina tersenyum menanggapinya."Hebat, ibumu sangat hebat membesarkanmu bisa jadi dokter."Percakapan ini terasa hangat. V
Anaknya mirip suamikuPart 38 ( keributan dalam karma )Pov Nayla"Api! Tolong padamkan apinya!"Aku terus berteriak menangis agar api itu secepatnya dipadamkan. Beberapa warga membantu mengambil air dan bahkan mobil pemadam kebakaran sudah diarahkan."Tenang Nay, tenang, ingat kamu lagi hamil," ucap mas Jhoni memegang kedua lenganku.Rasanya duniaku hancur. Hidupku perlahan menderita. Rumah satu-satunya yang kuharapkan untuk mendapatkan penghasilan, terbakar ulah kelalaianku. Untung putriku berhasil kubawa ke luar, kalau tidak bisa mati kami dibakar."Gimana mau tenang! Kita tinggal di mana Mas?" Panikku belum juga hilang."Kita bisa tinggal di mesjid untuk sementara.""Uh!" Kudorong mas Jhoni. "Mesjid! Lihat aku lagi hamil, kamu tega membawaku tinggal di mesjid," jawabku kesal."Tenang, Nay. Saat ini hanya itu yang sanggup kulakukan, atau kita balik kampungmu aja.""Mikir dong! Rumah orang tuaku sudah dikontrakkan, kita tinggal di mana lagi?""Kita cari kontrakkan murah di kampungmu
Anaknya mirip suamikuPart 37 (episode 18 keatas )Pov DenisEnak saja Nayla berkuasa. Statusnya hanya istri Jhoni tapi seolah dia lah yang punya rumah. Dikiranya aku bodoh? Saat aku tak punya uang, mulutnya pedas seakan melupakan bantuanku selama ini. Awas kalian! Saat nanti aku punya uang, tak akan kuhiraukan meskipun kalian mengemis."Udah beberapa hari ini kamu sibuk amat, Mas?" tanya Reni saat aku duduk baru datang."Aku lagi nggak enak badan," jawabku sambil melihat kesekitar, Susi tidak terlihat."Tu mukamu kenapa?" Reni menatap wajahku. Bekas lebam belum hilang."Aku dirampok," alasanku. Terpaksa bohong, dari pada ketahuan main cabe-cabean."Dirampok? Trus apa yang hilang?""Mobilku.""Trus, sekarang kamu nggak punya mobil dong.""Iya ....""Udah lapor polisi?""Sudah," jawabku pelan."Yah, trus kita jalan-jalan naik apa dong.""Kita di sini aja, Ren.""Bosan di sini, aku butuh jalan-jalan juga, Mas.""Di kamar aja, bisa lebih bebas," rayuku. Namanya juga hasrat, kulihat Reni
Anaknya mirip suamikuPart 36 (musibah)Pov Jhoni"Kalau bukan karena baktiku pada suami, ogah bantuin kalian, mana uangku habis, antingku juga dijual." Nayla menghentakkan kaki saat melangkah masuk setelah kami pulang."Aduh Nay, suami tak jadi di penjara, seharusnya senang," ucapku berusaha sabar. Aku duduk sambil menahan nyerinya hidung akibat siku tangan. Sakit ...."Iya, Nay. Tolong ambilkan kain dan air panas, pipiku sakit ...." Mas Denis seperti sulit berucap. Kulihat lukanya bertambah parah."Ambil aja sendiri, aku udah bantuin bebaskanmu, Mas," jawab Nayla sewot.Semenjak hamil, istriku berucap selalu kasar. Aku maklum, mungkin bawaan hamil, tapi aku juga takut kalau ucapannya membawa petaka bagi anakku dalam kandungannya. Saat kunasehati, Nayla ngambek, bahkan bisa sampai dua hari. "Sudah, Mas, kamu urusin dirimu sendiri, istriku lagi hamil.""Sakit, Jhon. Bantuin gimana?" Mas Denis memegang pipinya. Lebam semua.Kenapa sial sekali nasibku. Semenjak mas Denis berpisah dari